Mohon tunggu...
Reza Febriana
Reza Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ahok-Djarot Ibarat Buah yang Matang di Pohon

18 Januari 2017   15:35 Diperbarui: 18 Januari 2017   15:49 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari sosok pemimpin perlu kriteria dan penilaian tersendiri, rakyat perlu menyeleksi calon pemimpin untuk mencari figur yang pas. Kriteria pemimpin perlu dicari agar rakyat tidak membeli ‘Kucing dalam Karung’. Pemimpin yang tidak diketahui bibit, bebet, bobotnya selayaknya dipikir-pikir lagi dehsebelum dipilih. Integritas sejalan dengan rekam jejak, integritas seorang pemimpin teruji konsistensinya jika dalam rekam jejaknya dapat kita lihat profesionalitas dan integritasnya dalam menjalankan pemerintahan.

Menjelang kontestasi Pilkada DKI Februari nanti tentu masih banyak di antara kita yang masih bingung menentukan pilihan. Ada beberapa metode dan kiat memilih calon pemimpin. Mengutip kata-kata Cawagub Petahana Djarot Saiful Hidayat, pemimpin itu haruslah yang sudah matang dan bukan karbitan. Jika diibaratkan buah, kalau dipaksa dimatangkan maka akan cepat busuk lagi. Mencari pemimpin haruslah seperti buah yang matang di pohon, seperti Ahok-Djarot.

Calon Pemimpin yang sudah teruji seperti Ahok-Djarot sangat cocok dijadikan acuan dalam Pilkada Kali ini. Bagaimana tidak, keduanya sudah teruji memangku jabatan dengan amanah. Ahok memulai karir sebagai Bupati Belitung Timur, Anggota DPR RI, Wakil Gubernur Jakarta dan Gubernur Jakarta. Djarot berkarir sebagai rektor, Walikota Blitar, Anggota DPR RI dan Wakil Gubernur Jakarta. Pengalaman mereka pada bidang kepemimpinan dan birokrasi perkotaan menunjukkan kompetensi dan kapabilitas mereka dalam memimpin Jakarta.

Lebih lanjut, Djarot memaparkan ada tiga kriteria utama yang harus dimiliki calon pemimpin. Pertama, Niatnya harus diperhatikan, apakah benar-benar tulus melayani rakyat atau memiliki agenda pribadi yang lain. "Kita bekerja prinsip dasarnya membangun komitmen yang bersih. Bukan hanya dari praktik korupsi, tapi juga hatinya. Bersih niatnya. Niat jadi pelayan masyarakat itu apa," tutur Djarot

Kedua, pemimpin haruslah bersih dari segala praktek korupsi. Pemimpin yang korup menandakan pemimpin yang mendzalimi dan mengabaikan rakyat yang dipimpinnya. Penanganan korupsi sangatlah vital dalam membangun karakter dan kepribadian pemimpin yang didambakan masyarakat. "Saya sampaikan maka kenapa bersih hati itu penting. Ikhlas dalam melayani. Apa cukup? Enggak. Kita butuh transparan. Buka. Makanya pungli sekarang enggak ada karena bayarnya enggak ke orang tapi langsung ke bank," jelas Djarot.

Terakhir, Djarot menegaskan pemimpin harus memiliki profesionalitas dan rekam jejak yang baik sebagai tolak ukur kompetensi sebagai pejabat publik. "Butuh pengalaman yang panjang. Saya bersyukur dan merasa sangat terhormat karena dapat kesempatan melayani ibu bapak. Dapat menunjukkan kepada masyarakat Jakarta, kita dapat membangun Ibu Kota ini sejajar dengan ibu kota negara lain," pungkas Djarot

Penjelasan diatas menunjukkan kesiapan Petahana dalam melanjutkan kepemimpinan mereka di Jakarta hingga dua periode. Semoga penjelasan singkat ini dapat menjadi dasar acuan dan tolak ukur bagi Warga Jakarta untuk memilih pemimpin yang sudah teruji dan terbukti bekerja untuk rakyat. Salam Dua Jari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun