Mohon tunggu...
Resy Al Charis
Resy Al Charis Mohon Tunggu... Guru - Sedang belajar

Terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengubah Sudut Pandang

30 Maret 2017   07:44 Diperbarui: 30 Maret 2017   17:00 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bila ingin mengubah dunia, ubahlah dirimu sendiri terlebih dahulu. Dan ternyata esensi mengubah diri sendiri itu bukan berfokus pada mengubah penampilan, tapi mengubah sudut pandang. Mengubah sudut pandang terhadap cara memandang kehidupan. Dunia itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Begitu juga semua peristiwa dalam hidup ini, semua rasa yang merupakan efek dari suatu kejadian juga tergantung dari sisi mana kejadian tersebut dilihat. Mau dibuat senang atau sedih semua tergantung pada cara kita menyikapi dan memandang peristiwa tersebut.

Dan sebaik-baik manusia adalah manusia yang bisa berbaik sengka atas kejadian apapun yang menimpanya. Selalu memnadang segala peristiwa dari sudut pandang positif. Selalu yakin bahwa Allah memberikan semua yang terbaik untuknya saat itu. Selalu percaya bahwa ia memang berada di saat dan tempat yang tepat. Tak peduli sesakit apapun kejadian yang menimpanya, ia selalu berbaik sangka dan percaya bahwa memang inilah yang terbaik untuknya.

Manusia-manusia seperti ini biasanya memiliki wawasan yang luas. Memiliki kesabaran tingkat dewa. Memiliki pengendalian diri yang luar biasa. Tidak mudah meledak. Ibarat air ia adalah air yang jernih, dalam, dan menghanyutkan.

Semua orang bisa seperti mereka. Hanya satu kuncinya, yaitu kemauan. Kemauan untuk belajar. Tekad untuk menjadi lebih baik. Keinginan untuk maju. Dan harapan bahwa selalu masa depan cerah menanti di sana.

Ibarat seorang petarung, maka kerja keras dan latihan yang konsisten selalu diperlukan untuk dapat mencapai level si baik sangka. Semakin berat tempaan yang diterima semakin cepat seseorang menjadi dewasa. Kabar baiknya, seseorang tidak perlu mengalami sendiri semua peristiwa pahit dan menyakitkan itu. Seseorang bisa belajar dari orang lain, belajar dari pengalaman orang-orang yang pernah mengalaminya untuk kemudian diambil hikmahnya, ambil pelajarannya, disimpulkan sendiri, untuk ditiru apa yang baik dan dibuang apa yang buruk. Sungguh di setiap sudut bumi ini tergelar hikmah. Mutiara terbaik sepanjang masa adalah hikmah. Barangsiapa bisa mengambil hikmah dari segala kejadian yang ada di muka bumi ini maka ia adalah orang yang paling beruntung. Dan semoga kita semua termasuk di dalam golongan orang-orang tersebut.

Hal lain untuk menjadi orang yang selalu berbaik sangka adalah dengan meluaskaan pergaulan. Bukan berarti menjadi sosialita, bukan berarti pilih-pilih dalam berteman, tapi lebih kepada bergaul dangan banyak orang dari berbagai profesi dan latar belakang yang berbeda. Dengan meluaskan pergaulan maka seseorang akan belajar banyak. Belajar bahwa ternyata di bukanlah orang termalang di dunia, belajar bahwa ternyata dia bukanlah orang terhebat, terpandai, terkaya di dunia. Di atas langit masih ada langit. Begitu pula masih banyak orang yang berada di bawahnya. Masih jauh lebih banyak orang yang lebih menderita darinya. Maka dia bukanlah orang paling menderita di dunia. Dengan begini tidak akan pernah ada rasa sombong, pun tidak akan ada rasa minder. Yang ada hanyalah rasa bahwa semua sesuai dengan porsinya.

Wallahua’lam bissowab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun