Mohon tunggu...
Reni Dwi Lestari
Reni Dwi Lestari Mohon Tunggu... -

MULIALAH BERSAMA TULISANMU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Hal untuk Menyiasati Kekurangan Pelajaran Agama di Sekolah-sekolah

4 Maret 2019   12:34 Diperbarui: 4 Maret 2019   16:07 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.flickr.com/photos/ibnugozali

Pendidikan agama menjadi pendidikan utama yang wajib didapat oleh siswa. Dikarenakan, pendidikan agama berpengaruh terhadap tingkah laku siswa, pemahamn siswa, serta hubungan siswa dengan keluarganya, teman sebayanya, dan lain sebagainya. Namun, banyak sekolah-sekolah yang menghadirkan kurikulum dengan sedikit mata pelajaran agama. Hal ini terjadi dikarenakan pihak sekolah pada umumnya memang tidak menjadikan siswa yang ahli agama sebagai tujuan dari sekolah tersebut, seperti sekolah madrasah pada lazimnya.

Di zaman milenial saat ini, siswa dirasa kurang mumpuni dalam memfilter pergaulan antar sebayanya, atau dengan lingkungannya. Oleh karena itu, sangat mudah disapa mata berbagai pemandangan yang tak apik, seperti pergaulan bebas, mabuk-mabukan, dan kenakalan remaja lainnya.  Untuk itu, sangat diperlukan bagi siswa pendalaman agama, agar siswa dapat memahami dan memilah mana yang harus dijadikan tauladan, dan mana yang harus dihindari.

Lalu, bagaimana cara mengatasi kekurangan pelajaran agama di sekolah-sekolah?

Berikut 5 hal untuk mengatasi persoalan tersebut:

1. Dengan mengubah orientasi dan fokus pengajaran agama yang semula bersifat subject matter oriented, yakni dari yang semula berpusat pada pemberian pengetahuan agama dalam arti memahami dan menghafal ajaran agama sesuai kurikulum, menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada pengalaman dan pembentukan sikap keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama.

2. Dengan cara menambah jam pelajaran agama yang diberikan di luar jam pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam kaitan ini kurikulum tambahan atau kegiatan ekstrakurikulum perlu ditambahkan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan, dengan penekanan utamanya pada pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini seperti sholat berjamaa'ah, tadarus bersama di bulan Ramadhan, khotmil Qur'an, manasik haji, dan sebagainya.

3. Dengan  cara meningkatkan perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan pengawasan yang diberikan oleh kedua orangtuanya di rumah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa anak-anak yang sedang tumbuh dewasa dan belum membentuk sikap keagamaannya sangat memerlukan bantuan dari kedua orangtuanya. Anak-anak sangat membutuhkan kasih sayang yang secara psikologis dapat menentramkan jiwanya. Mereka mendapatkan sesuatu yang diharapkan di rumahnya, sehingga ia akan mau tinggal di rumah. Sebaliknya, bila jiwa anak-anak tidak mendapatkan kasih sayang di rumahnya, maka ia akan mencari kasih sayang di luar rumah, dengan cara berteman dengan kelompoknya yang tidak selamanya mengajak kepada kebaikan.

4. Dengan cara melaksanakan tradisi keislaman yang didasarkan pada Al-Qur'an dan sunnah yang disertai dengan penghayatan akan makna dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

5. Pembinaan sikap keagamaan tersebut dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan berbagai mass media yang tersedia, seperti radio, surat kabar, buku bacaan, televisi, dan lain sebagainya. Diketahui bahwa salah satu ciri era modern saat ini adalah tersedianya berbagai media dan komunikasi tersebut di samping menawarkan berbagai pilihan yang negatif, juga menawarkan berbagai pilihan yang positif.

Namun, lebih dari itu,  hal terpenting yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan guru sebagai tauladan yang baik untuk siswanya. Seperti guru BK, beliau sebagai fasilitator di sekolah haruslah menjadi tauladan yang baik untuk siswanya. Oleh karena itu, seorang guru wajib memiliki etika-etika serta sikap yang terpuji. 

Sebab, guru adalah cerminan pertama yang dapat dicontoh oleh siswanya, dan pengajaran terbaik adalah pengajaran yang tidak hanya sekedar teori, melainkan langsung dipraktekkan atau di aplikaiskan. Untuk itu,  guru haruslah menjadi tauladan dengan menerapkan akhlak yang baik sesuai tuntunan agama, untuk menghasilkan  siswa yang berakhlak baik pula. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun