Mohon tunggu...
Relawan Jokowi Yogyakarta
Relawan Jokowi Yogyakarta Mohon Tunggu... -

Kompasiana resmi dari Relawan Jokowi Jogja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tetapi Mengapa Jokowi ?

3 Juni 2014   17:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14017650411155115289

sumber gambar : NN

Tetapi mengapa Jokowi ?

Karena Jokowi tidak mencalonkan diri, karena Jokowi dicalonkan oleh rakyat. Karena ia bersedia mendengar, dan ia bekerja.

Tetapi Jokowi terlalu muda ? Dia hanya anak bawang dalam politik Indonesia ?

Jokowi berusia 52 tahun. Soekarno memproklamasikan Indonesia di usia 44 tahun, saat itu Hatta berusia 43 tahun, Bill Clinton terpilih menjadi presiden saat berumur 47 tahun, J.F. Kennedy berusia 44 tahun, Obama 48 tahun. Semuanya adalah sosok yang fenomenal dan mampu mengemban pemerintahannya dengan amat baik. Kemudaan adalah energi, kemudaan adalah perubahan.

Bukankah Prabowo menawarkan pembaharuan ? Prabowo ingin menyelamatkan Indonesia?

Lihat partai pendukung Prabowo : PKS, PPP, PAN, Golkar, PBB, Demokrat ini sama dan sebangun dengan Pendukung SBY. Perubahan apa yang diharapkan ? Menyelamatkan Indonesia dari apa ? Dari rejim SBY ? Kebijakan SBY diletakkan oleh menteri-menteri dari partai yang sama yang mendukung pencapresan Prabowo.

Joko Widodo tidak tegas ?

Tidak mungkin bisa memerintah kota Solo yang keras, menyelesaikan Tanah Abang tanpa sikap tegas yang berani melawan premanisme lokal. Juga mendorong MRT (mass rapid transport) yang sudah berpuluh tahun terkatung-katung.

Tegas itu berarti berani memilih koalisi berdasarkan kesamaan prinsip danvisi misi, bukan bagi-bagi kursi menteri (bahkan mengada-adakan jabatan menteri utama) dan transaksi, meskipun beresiko tidak mendapat dukungan banyak partai lain sebagaimana capres lawan yang mengumbar jatah kursi dan jual beli dukungan. Tegas tidak sama dengan adu fisik.

Tetapi Joko Widodo bisa di bawah bayang-bayang Jusuf Kalla ?

Barack Obama yang muda memilih Joe Biden, politis senior di AS. Demikian juga mengapa Jokowi memilih JK. Sepanjang karya Jokowi, ia memiliki wakil yang kuat dan mampu membangunsinergi dengan mereka : FX Rudy di Surakarta, Ahok di DKI Jakarta adalah orang-orang yang kuat dan tegas, tetapi seorang Joko Widodo mampu bekerja sama dengan sangat baik dengan mereka melahirkan karya yang menumental dalam pemerintahan. Jusuf Kalla adalah sosok yang serupa dengan mereka. Paduan muda dan tua adalah kombinasi antara daya gerak dan kedalaman. Kesatuan antara impian dan pengalaman untuk mewujudkannya. Hebatnya lagi, kedua-duanya sama-sama pekerja keras, berorientasi tindakan kongkrit, dan problem solver.

Bukankah Joko Widodo dekat dengan AS ?

Membangun kerjasama antar bangsa adalah keharusan dalam pergaulan hidup internasional. Berinteraksi dengan negara-negara besar tidak mungkin tidak dilakukan. Semua itu demi memperjuangkan kepentingan nasional di ranah global.

Tetapi, mari disimak rekam jejak ini : Prabowo adalah anak dari Sumitro Joyohadikusumo, yang diasingkan pemerintahan Soekarno ke luar negeri karena terlibat dalam PRRI/Permesta yang didukung CIA. Prabowo mengikuti pelatihan militer di Army Special Forces Training Course at Fort Bragg, N.C. (1980), mengikuti Special Forces Officer Course, Ft. Benning U.S.A. (1981), dan Advanced Infantry Officers Course at Fort Benning, Ga., (1985). Oh ya simak juga pidato Hashim Djojohadikusumo di USINDO Washington Special Open Forum Luncheon.

Bagaimana dengan Jokowi ?

Joko Widodo adalah petugas partai ?

Ini jauh lebih baik, karena itu berarti kepemimpinan itu bisa dikontrol oleh partai–partai dan para simpatisannya. Kekuasaan bisa dikontrol dan tidak terpusat pada satu orang, tetapi ditopang oleh tim kerja yang efektif. Kekuasaan yang tunggal di satu tangan penguasa yang ambisius sangat berbahaya dan bisa tidak terkendali.

Jokowi tidak mendirikan partai. Dalam sistem politik yang sehat dan matang ini menunjukkan fungsi partai yang benar sebagai sarana kaderisasi pemimpin masyarakat. ini sangat berbeda dengan Prabowo yang mendirikan Gerindra seakan-akan hanya sebagai kendaraan ambisi pribadinya semata.

Jokowi pemimpin boneka ?

Jokowi meraih lebih dari 90 persen suara rakyat saat kedua kali terpilih sebagai walikota Solo. Mereka jelas tidak memilih boneka.

Joko Widodo meninggalkan tanggung jawabnya sebagai Gubernur DKI Jakarta ?

Joko Widodo meninggalkan jabatannya, tetapi ia tidak meninggalkan tanggung jawabnya, sebaliknya ia ditambahi tanggung jawabnya. Ia dipanggil untuk tanggung jawab yang lebih besar bagi bangsanya.

Jokowi belum menunjukkan prestasinya?

Silakan cek ulang penghargaan dan hasil kerja Jokowi di Solo dan Jakarta. Lihat apa yang dilakukannya selama 2 tahun di Jakarta : menata pemukiman kumuh (kampung deret), memastikan jaminan kesehatan rakyat, menata sistem pengelolaan jabatan publik (lelang jabatan), menata transportasi (MRT, Transjakarta), merenovasi pasar-pasar tradisional (misalnya Pasar Tanah Abang), menata waduk-waduk (Waduk Pluit misalnya), bahkan memperbaiki penataan lingkungan di kawasan Puncak sebagai penopang DKI Jakarta, serta mengembangkan kerja sama antarprovinsi untuk mengurangi impor pangan. Sebaliknya, apakah prestasi lawan politiknya ? Apa yang dilakukannya bagi rakyat ?

Tetapi Jokowi tidak punya visi ?

Jokowi sedikit berbicara iya, tetapi tidak punya visi jelas bukan. Orang yang bisa mengubah wajah kota Solo sebegitu hebatnya jelas punya visi. Orang yang bisa bergerak sangat cepat dan bekerja tanpa henti memperbaiki Jakarta dalam waktu yang singkat jelas digerakkan oleh sebuah impian. Simak dan bandingkan visi dan misi Jokowi dan Prabowo di website KPU. , dan temukan kualitas kedalaman di antara keduanya. Jelas Jokowi-JK tidak hanya punya visi, tetapi mendasarinya dengan pengetahuan mendetail tentang persoalan dan memiliki perspektif dalam menuliskan visi-misinya, khususnya keberpihakan pada rakyat dan bangsa.

Jokowi kuat hanya karena politik pencitraan ?

Politik pencitraan itu ketika orang bertahun-tahun memasang iklan bermilyar-milyar, naik helikopter hanya untuk rapat, memilih cara berpakaian dan meniru gaya pendiri bangsa, atau naik kuda di depan pendukungnya. Orang yang mengecek sempitnya gorong-gorong di jalanan Jakarta, bertemu dengan kemiskinan dan melihat apa yang bisa dilakukkan, melihat persoalan apa yang terjadi di lapangan dan mencari solusinya tidak mungkin pencitraan. Itu langkah riil menyelesaikan persoalan.

Pendukung Joko Widodo adalah bayaran, mereka relawan nasi bungkus ?

Terlihat beberapa pemuda menangis haru saat menyanyikan Indonesia Raya. Menurut Supriyadi dukungan kepada Jokowi-JK hasil kesepakatan dan murni dari mereka. "Kita ini tanpa ada sokongan dana dari pihak tertentu atau dari perusahaan tertentu. Kita beli seragam saja patungan," pungkas Supri. (http://m.liputan6.com/indonesia-baru/read/2057027/di-makam-raja-mataram-pemuda-yogya-deklarasi-dukung-jokowi-jk)

Joko Widodo beretnis Tionghoa dan Kristen ?

Apakah menjadi masalah menjadi Tionghoa dan Kristen di negeri ini ? Indonesia adalah negara yang sangat beragam dan setiap warga negara memiliki hak yang sama sebagai warga negara. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan kita. Keberagaman sejak awal diterima dalam Sumpah Pemuda 1928 dan menjadi dasar penting bagi tercapainya kemerdekaan nasional dan keberlanjutan bangsa hingga saat ini dan masa depan. Kualitas kepemimpinan tidak tergantung dari identitas suku, agama, dan golongannya. Kenyataannya Jokowi 100 % suku Jawa dan 100 % Muslim. Tetapi yang lebih penting, bukankah kita semua satu Indonesia ?

Pemilu adalah Perang Badar ? Jokowi adalah musuh agama ?

Maaf, pemilu adalah pesta demokrasi. Kita sedang berpesta, bukan saling memnghancurkan satu sama lain. Pemilu adalah perayaan dan aktualisasi hak-hak kita sebagai warga negara. Ia sama sekali bukan kompetisi yang mempertaruhkan agama, apalagi benar salahnya. Politik adalah tata kelola publik, bukan kemenangandan kekalahan agama.

Jangan sampai pula sikap politik kita mudah dimanipulasi oleh penggunaan kutipan dan terminologi agama yang tidak benar.

Mari kita perjuangkan pemilu menjadi elegan, terhormat, tanpa terminologi yang saling merusak dan menghancurkan. Kualitas dan kematangan kita dalam berpolitik ada dalam kesantunan dan kemauan kita membangun sikap terhormat dalam pemilu, menjadikan pemilu damai, anggun, dan bermartabat.

Jokowi kurang pengalamannya ?

Kenyataannya, kompleksitas pemerintahan kota (Solo) dan daerah setingkat provinsi (DKI Jakarta) dapat ditangani dengan amat baik oleh Jokowi.

Seorang pemimpin yang baik tidak harus menguasai segala-galanya, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa menyusun dan mengelola tim kerja secara optimal, dan memberdayakan anggota-anggotanya.

Untuk itulah ia membutuhkan tim kerja yang baik yang harus dipilih secara baik pula, dibutuhkan menteri-menteri yang ahli sesuai bidangnya, dan tidak hanya sekedar hasil dari deal politik semata.

Itulah mengapa Jokowi membutuhkan anda dan saya, karena ia bukan segala-galanya. Karena ia tidak serba bisa. Ia mengundang kita semua untuk turut berpartisipasi aktif dan saling berkontribusi bagi masa depan negeri ini. Bersatu bergandeng tangan tanpa membeda-bedakan, dan bersama melangkahkan kaki bersama membangun bangsa.

Tetapi Jokowi tidak banyak bicara dan menguraikan gagasannya ?

Ada banyak bentuk kekuasaan. Dan ciri seorang Jokowi ketika mengemban kekuasaan adalah mendengarkan dan bekerja keras. Jokowi datang melihat persoalan, mencari solusi, dan segera melakukan perbaikan. Ini dibuktikan Jokowi dalam banyak persoalan riil yang dihadapinya. Kepemimpinan tidak hanya membutuhkan kata-kata tetapi aksi nyata. Jokowi siap mendengarkan Anda dan saya. Ia siap bekerja untuk Anda dan saya.

Jadi mengapa kita semua memilih Jokowi ?

Karena ia bersedia mendengar, dan ia bekerja.

Joko Widodo matang dan utuh dalam kepribadian, memiliki rekam jejak yang sangat jelas dan terukur, serta ditopang oleh partai-partai dan pendukung non partai yang nasionalis, anti politik kotor, dan berpihak pada orang kecil.

Kemenangan Jokowi adalah kemenangan sebuah politik yang jujur, siap mendengar, dan bekerja untuk rakyat. Sebuah kemenangan yang mengembalikan politik kembali sebagai pengabdian kepada rakyat, Kemenangan Jokowi adalah kemenangan politik terhormat, anggun, dan bermartabat. Kemenangan Jokowi adalah kemenangan kita, kemenangan Indonesia.

Yogyakarta, 2 juni 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun