Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mulai Berinvestasi, Caraku Menghadapi Globalisasi Ekonomi

15 September 2018   23:17 Diperbarui: 15 September 2018   23:32 3392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://financebuddha.com/blog/investment-options-regular-monthly-income

Globalisasi ekonomi adalah sebuah fenomena yang mengacu pada meningkatnya interdependensi ekonomi dunia sebagai hasil dari berkembangnya perdagangan internasional, baik perdagangan barang, jasa, penanaman modal, dan penyebaran teknologi (Shangquan, 2000:1). Fenomena ini masih kita hadapi sampai detik ini. Adanya globalisasi ekonomi membuat perekonomian negara-negara di dunia tergantung satu sama lain secara ekonomi. Sehingga, peristiwa ekonomi di suatu negara pasti akan berdampak pada kinerja ekonomi di negara-negara lainnya. Salah satu contoh yang paling aktual adalah pelemahan berbagai mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah terhadap mata uang Dollar AS, yang terjadi karena kebijakan perdagangan internasional Amerika Serikat yang semakin proteksionis. Adanya fenomena ini mencerminkan sebuah aksiom, bahwa globalisasi ekonomi memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia.

Apa dampak positif globalisasi ekonomi bagi masyarakat Indonesia? Tisdell (2008:33-35) menyatakan bahwa terdapat berbagai dampak positif globalisasi ekonomi bagi dunia, termasuk Indonesia. Berikut adalah manfaat-manfaat tersebut:

  • Mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai negara berkembang, termasuk Indoensia.
  • Mendorong pertumbuhan ekonomi di dunia secara keseluruhan melalui perubahan lokasi industri yang lebih efisien serta meningkatnya pergerakan modal internasional, termasuk penanaman modal internasional (Foreign Direct Investment).
  • Menurunkan tingkat kemiskinan global dalam jangka panjang.
  • Meningkatkan efisiensi ekonomi di berbagai negara.
  • Meningkatkan pendapatan per kapita global secara keseluruhan.
  • Meningkatkan variasi komoditas/barang/jasa yang tersedia di berbagai negara

Meski globalisasi memiliki banyak sekali dampak positif, tidak semua dampak globalisasi ekonomi bersifat positif. Terdapat juga dampak-dampak negatif globalisasi ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Tisdell (2008:33-35) menggambarkan kontras ini dengan cukup jelas. Berikut adalah dampak-dampak negatif dari globalisasi ekonomi:

  • Meningkatkan ketimpangan pendapatan (income inequality) di berbagai negara di dunia.
  • Meningkatkan ketimpangan pendapatan per kapita antara negara maju dan berkembang di dunia.
  • Mengurangi tingkat keamanan pekerjaan (job security).
  • Meningkatkan instabilitas dan sensitifitas ekonomi terhadap berbagai fenomena, seperti terorisme dan perang.
  • Membuat mekanisme penyesuaian ekonomi menjadi tidak efektif.
  • Mendorong kerusakan lingkungan di tingkat dunia.

Sebagai manusia Indonesia, tentu kita ingin memaksimalkan dampak positif dan meminimalisir dampak negatif dari globalisasi ekonomi. Lalu, bagaimana upaya yang harus kita lakukan untuk melakukan hal tersebut?

Bagi penulis, manusia Indonesia perlu kembali kepada 3 nilai-nilai utama yang merajut identitas kita sebagai sebuah bangsa. Ketiganya harus bersinergi satu sama lain untuk menjadi suatu mekanisme penyaring yang sempurna. Sehingga, dampak positif globalisasi bisa dimaksimalkan untuk keuntungan masyarakat Indonesia, dan dampak negatif globalisasi bisa diminimalisir demi kemaslahatan bersama. Apa saja nilai-nilai tersebut?

Pertama, kita harus kembali kepada kearifan lokal. Dalam menghadapi globalisasi ekonomi, manusia Indonesia perlu mengamalkan kembali tiga nasihat ini; "Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit", "hemat pangkal kaya", dan "rajin pangkal pandai." Ketiga nasihat ini mampu kita terapkan dengan berinvestasi kepada diri sendiri dalam bidang ekonomi dan pendidikan (investing in oneself's wealth and education). 

Dalam bidang ekonomi, kita dapat memulainya dengan menabung secara rutin serta membeli berbagai instrumen di pasar uang (untuk berjaga-jaga/jangka pendek) dan pasar modal atau aset tetap (untuk investasi jangka panjang). Sementara, dalam bidang pendidikan, kita dapat memulainya dengan membeli berbagai literatur yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas kita sebagai manusia Indonesia.

Penulis sendiri sudah memulai upaya ini. Sebagai seorang yang tergolong sebagai investor pasif dan pemula, penulis sudah mulai membeli instrumen reksadana. Apa itu reksadana? Reksadana adalah sebuah instrumen yang menghimpun modal yang berasal dari investor, dan diinvestasikan dalam bentuk portofolio investasi yang dikelola oleh Manajer Investasi (Nofalia dalam Finansialku.com,  2018). Untuk mencapai tujuan investasi penulis, maka penulis menanamkan dana di reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana pasar uang.

Sumber: Screenshot penulis.
Sumber: Screenshot penulis.
Upaya ini penting dalam rangka pembangunan modal nasional. Mengapa? Dana yang kita tanamkan ke dalam reksadana akan dialokasikan untuk membeli saham berbagai perusahaan di Indonesia (reksadana saham), obligasi pemerintah dan swasta (reksadana pendapatan tetap), serta surat utang/sertifikat deposito dengan tenor di bawah 1 tahun (reksadana pasar uang). 

Setelah itu, dana tersebut akan digunakan untuk membiayai operasional, intensifikasi, dan ekstensifikasi sektor publik dan privat. Pembangunan kapasitas sektor publik dan privat inilah yang perlu kita lakukan untuk menghadapi globalisasi ekonomi, dan setiap manusia Indonesia harus berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.

Selain itu, sejak penulis berada di sekolah menengah pertama (SMP), penulis juga mulai membangun sebuah koleksi literatur. Penulis membangun koleksi ini dalam rangka pengembangan diri sebagai individu. Bagi penulis, hal ini sangat penting dipersiapkan untuk menghadapi globalisasi ekonomi. Mengapa? Sebab globalisasi ekonomi melibatkan persaingan SDM antar negara. Jika penulis tidak mempersiapkan diri dengan 'senjata' berupa pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keinginan untuk selalu memperbaiki diri dengan belajar, maka penulis akan kalah dalam pertarungan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun