Mohon tunggu...
r dhenis
r dhenis Mohon Tunggu... seniman -

Pekerja seni

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Bulu Garudaku Tercabut dan Kalian Hanya Bersedih

22 Agustus 2017   12:55 Diperbarui: 22 Agustus 2017   13:02 5842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara kepulauan ini kaya akan karunia limpahan dari Yang Maha Kuasa. Hingga berabad-abad terjajah karena kekayaan alamnya, salah kah kita yang terlahir dan hidup di negeri ini? Sanggupkah kita menjaganya serta mempertahankannya agar tetap utuh sampai anak cucu kita kelak nanti? Tatkala seluruh pejuang dan pahlawan menyerahkan jiwa raganya agar pertiwi ini terlepas dari tindasan penjajahan dari jaman negeri ini belum bernama "Indonesia".

Jutaan tetes darah dan genangan air mata yang harus tertumpah hanya demi untuk tetap berkibarnya sang "Merah Putih" diatas sana, saat semua negara kuasa merasa mampu untuk menaklukannya. Cukupkah sekedar bintang jasa atau sebuah penghargaan kepada mereka yang kini terkubur di bawah sana? Yang rela menghabiskan hidup dan matinya untuk tanah air ini, dan kini kita hanya tinggal menikmatinya. Perjuangan belum berhenti disini, masih panjang dan terus hingga anak cucu kita sampai akhir hayatnya. Kini peperangan bukan lagi hanya dengan senjata semata, namun sudah lebih mutakhir dari bentuk saint teknologi, bisnis, maupun peradaban.

Ilustrasi : technotsuck-blogspot.com
Ilustrasi : technotsuck-blogspot.com
Ketika bulu garudaku tercabut, apa yang kita perbuat? Bersedihkah, berperangkah? Ironis sekali ketika helai bulu tangan atau kaki anda di cabut, dan anda hanya berteriak "auww" pertanda bahwa sakit namun anda tidak bereaksi apapun. Seperti halnya orang yang mengidap sakit atau dalam kondisi pengaruh obat sehingga hormon adrenalin nya tidak berfungsi baik, saat di sulut api berteriak setelah kulit melepuh, bukan menjerit karena hawa panas ketika sebelum api mengenai anggota tubuh. Ini lah yang di derita negeri ini. Bersediakah kita pulih dan mampu untuk lebih peka akan sekitar agar pertiwi ini tidak tersungkur dan di perolok oleh bangsa diluar sana. Harga diri akan kebanggaan sebagai negeri kepulauan yang kaya alam, budaya, suku dan ras.

Ilustrasi : pulsk.com
Ilustrasi : pulsk.com
Dahulu kebudayaan tarian ku di klaim milik bangsa tetangga, entah dari mana asal usulnya mereka hingga merasa memiliki hak untuk mengklaim bahwasanya itu miliknya. Dan kita hanya diam? Kemudian batik peninggalan leluhur kita dari jaman kerajaan abad sebelum masehi pun juga di klaim milik negara tetangga, yang jelas sejarahpun mencatat akan peninggalannya. Dan kita hanya diam? Kini terulang kembali dimana harga diri ibu pertiwi ini di injak untuk yang ke sekian kalinya, dengan viralnya pesta olah raga sea games sekelas benua ternodai oleh fatalnya ulah negara tetangga yang amat sangat sudah membuat darah ini mendidih. Memasang bendera kita terbalik serta tertukar dengan bendera negara lain. Yang pasti itu bukan ketidak sengajaan, ada unsur dibalik semua yang tanpa kita sadari sudah berada diatas kepala bangsa ini dan suatu saat akan menginjak seketika.

Ilustrasi : tribunnews.com
Ilustrasi : tribunnews.com
Dimanakah kalian? Ketika bulu garudaku tercabut oleh ulah bangsa lain, dan kita hanya bersedih. Apakah harus berjuang sendiri untuk harga mati martabat bangsa ini? Bangunlah negriku, bangkitlah bangsaku, kita tidak sedang sakit hingga harus tersentak disaat luka itu sudah ada. Berbuatlah, beraksilah dan berjuanglah sebelum luka atau sayatan itu kembali merobek sehelai demi sehelai sang Merah Putih hingga habis. Jangan pupuskan perjuangan mu meski polemik bangsa ini tak kunjung usai. Negri ini terlalu indah dengan guratan hiasan darah para pejuangnya jika untuk direlakan martabatnya terinjak.

Ilustrasi : kompasiana.com
Ilustrasi : kompasiana.com
Jangan merasa bangga dengan busana dan dasimu ketika terdiam bila bangsamu terhina. Jangan merasa hebat dengan pangkatmu disaat termangu hanya bergumam kala negri ini dibenamkan.

Bangkitlah Indonesiaku

Salam hangat

Cucu pejuang

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun