Mohon tunggu...
Restu Bumi
Restu Bumi Mohon Tunggu... -

Merah Putih Harga Mati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

@SBYudhoyono dan Drama Tasripin

19 April 2013   19:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:56 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tasripin. Tubuhnya lencir. Usianya baru menginjak 12 tahun. Mukanya agak legam berkat sinar matahari. Tapi siapa sangka, dari sosok seperti ini, tersimpan cerita patriotik yang berhasil menyihir seluruh bangsa Indonesia.

Ya. Tasripin memang bisa dikategori sebagai pahlawan. Jika bukan pahlawan nasional, ia merupakan super hero bagi tiga adiknya yang masih kecil dan lugu. Mungkin Dandi yang berusia tujuh tahun, Riyanti yang berusia enam tahun dan Daryo yang berusia empat tahun, yang merupakan adik-adik Tasripin, belum tahu apa itu arti pahlawan. Mereka pun saya yakin belum memahami apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka. Namun kelak, mereka bakal tahu siapa sosok Tasripin sebenarnya, kakak yang rela putus sekolah demi tersambungnya kehidupan ketiganya.

Namun kalau ditelusuri, drama Tasripin ini hanya akan menjadi cerita biasa saja seandainya Presiden SBY tidak membuka account pribadi dijejaring social, twitter. Berkat peluncuran @SBYudhoyono, cerita tasripin ini bisa langsung kepangkuan orang pertama dinegeri ini tersebut. Karena tak perlu memakai “ribetnya” jalur birokrasi, Presiden SBY bisa langsung merespon dengan cepat dan bertindak dengan sigap.

Sebagaimana diketahui, cerita haru Tasripin ini bisa sampai ketelinga SBY berkat banyaknya mention pemberitaan bocah Banyumas ini ke account SBY. Beberapa mention yang kemudian di twit @SBYudhoyono antara lain, “@armandmaulana @kompascom @detikcom @shanty78 @ulinyusron terima kasih atas kepedulian & kemanusiaannya terhadap Tasripin *SBY*” begitu twit SBY.

Drama Tasripin menjadi-jadi, saat Presiden SBY memerintahkan TNI untuk merehab rumah memprihatinkan yang ditinggali empat bocah itu di Dusun Lurah. Selain merahabilitasi rumah, SBY juga menyerahkan bantuan melalui staf khususnya dibidang Pangan dan Energi, Hariyanto, berupa uang yang digambarkan sampai tak bisa digenggam oleh Tasripin. Yang lebih mengundang air mata, Tasripin ternyata lebih bahagia ketika menerima bantuan kambing. (mata saya juga berkaca-kaca :-()

Pertanyaanya, apa yang perlu kita maknai dari kisah haru ini?

Hemat saya, kita perlu apreseasi terhadap langkah sigap SBY dalam merespon masalah publik yang menyambangi twitternya. Sikap presiden yang terkesan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan selama ini, tak terlihat dalam kasus Tasripin.

Meski demikian, cerita ngilu kerasnya perjuangan hidup bukan hanya dimiliki oleh Tasripin di negeri kita tercinta ini. Sejatinya, masih banyak Tasripin-Tasripin lain yang juga bernasib serupa. Bedanya, mereka tak mampu menjangkau account @SBYudhoyono guna memperbaiki rute nasib mereka.

Itu sebabnya, langkah Presiden SBY ini hendaknya kita jadikan trigger. Untuk melakukan kebaikan, tidak harus kita selalu melulu menunggu langkah negara. kita hendaknya juga bisa menengok tetangga kiri-kanan kita. Adakah yang juga bernasib seperti Tasripin.

Kita tak perlu menunggu. Meski bantuan kita nantinya tak terekspose layaknya yang terjadi pada di Presiden SBY, namun setidak-tidaknya kita akan dicatat oleh yang Maha Kuasa.

Saatnya, kisah Tasripin ini bisa menjadi langkah awal kesadaran kita bahwa memang masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan. Janganlah kita abai. Melalui tulisan ini, karena hanya itu yang bisa saya lakukan, saya menyerukan, ayo kite perbaiki hubungan baik sesame manusia kita. Ulurkan tangan bagi orang-orang disekitar kita. Karena jika itu terjadi, beban hidup Tasripin-Tasripin lain tentunya bisa kita reduksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun