Mohon tunggu...
Razali Hasibuan
Razali Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Mahasiswa dapat membuat karya dengan cinta, hasil nyata tanpa biodata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Agama Konghucu, Tempat Peribadatan dan Filsafat yang Terkandung

25 Maret 2020   16:53 Diperbarui: 25 Maret 2020   17:13 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu, 22 Februari 2020 saya bersama teman-teman saya mengunjungi klenteng yang merupakan rumah beribadah bagi teman kita yang beragama konghucu, namun tahukah kalian? Bahwa klenteng merupakan rumah beribadah bagi tiga agama yaitu Konghucu, Buddha Mahayanna dan Tao.

Saat berkunjung ke sana kami disambut dengan ramah oleh penjaga yang kemudian diarahkan untuk menuju kantor agar mendapat izin untuk melakukan observasi di rumah ibadah yang didominasi warna merah itu, selain mendapat izin kami juga diberi air mineral agar bisa menghilangkan dahaga saat mengelilingi rumah ibadah yang berselera arsitektur  tinggi itu, kemudian untuk kemudahan dalam mendapat informasi kami diarahkan untuk  mewawancarai Bapak Bunsu Anton Triyono, yang seterusnya akan saya sebut Bapak Anton, bunsu itu merupakan jabatan yang diberikan kepada rohaniawan agama Konghucu yang resmi dari yayasan klenteng tertentu, selain bunsu ada juga kausing dan haksu. Perbedaan dari ketiga tingkatan ini akan dapat dipahami sebagai berikut :

kausing, dikatakan sebagai penebar agama dimana perannya akan melakukan pelayanan dalam kerohaniaan serta pembinaan umat.

Bunsu, dapat dikatakan sebagai rohaniawan yang mengambil peran pengajaran atau guru agama yang berperan sebagai kaum rohaniawan yang berintelektual tinggi, dimana biasanya bungsu merupakan para kausing yang sudah senior dan tempat para kausing berkonsultasi.

Haksu, merupakan orang yang sudah mengabdikan dirinya dan seluruh hidupnya untuk kemajuan agama, dapat dikatakan pendeta yang sudah sangat senior diantara para bungsu.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Saat berkunjung ke Klenteng Eng An Kiong yang bertempat di jl. Martadinata, Kotalama, Kec. Kedungkandang, Malang, Jawa Timur . Disana saya menanyakan perihal sejarah dari Klenteng secara umum kepada Bapak Anton, beliau bilang bahwa penyebutan kata "klenteng" itu sendiri merupakan penamaan dari suku jawa, "ini dinamakan klenteng, karena yang menamakan klenteng itu adalah dari suku jawa sendiri" begitu jelas Bapak Anton. "Sebab di negara kita ada suku jawa, dan suku jawa bila membuat nama paling gampang, seiring dengan bunyi saja" lanjutnya. karena agama konghucu memanggil  umatnya dengan lonceng, sehingga bunyinya "teng-teng-teng" maka disebutlah klenteng, begitulah penjelasan Bapak Anton.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Warna merah yang mendominasi Klenteng  itu juga memiliki makna filsafat yang dalam yaitu melambangkan kehidupan, "Tuhan menciptakan dunia beserta hukum-hukumya, dan manusia dapat hidup dengan gratis itu merupakan nikmat Tuhan dan kehidupan manusia tidak akan berlanjut tanpa adanya yang selalu mengalir dalam tubuh atau kita sebut dengan darah" begitulah kira-kira pemikiran dan makna filsuf yang dituturkan Pak Anton.

Warna merah dari darah yang melambangkan kehidupan itulah yang kemudian menjadi alasan didomonasinya rumah ibadah ini dengan warna merah. Klenteng ini juga dibangun menghadap kea rah barat, namun bukan berarti kiblat, melainkan sebagai makna bahwa selalu berada pada posisi yang tinggi dan menghadap ke yang rendah.

Kemudian perihal tentang  agama konghucu itu sudah ada dari 2571 tahun yang lalu, dimana hal itu sejalan dengan lahirnya Nabi bagi agama tersebut yaitu Nabi Konghucu yang lahir 551 SM, dan dalam agama konghucu mereka mengimani bahwa kedudukan yang tertinggi ada pada Tuhan Yang Maha Esa atau mereka menyebutnya "THIAN" dan saat saudara kita yang beragama konghucu ingin mengucapkan salam maka mereka akan menyebut "wei de dong tian" yang berarti hanya kebajikan Tuhan berkenan dan "Xian You Yi De" yang berarti hanya ada satu kebajikan, dan dibarengi dengan tangan yang dikepal dan ibujari direkatkan sehingga membentuk huruf "ren" yang berarti manusia. Kemudian untuk kitab suci yang digunakan agama Konghucu ini memiliki kitab suci yang bernama "Sishu Wujing". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun