Mohon tunggu...
MOH. ABD. RAUF
MOH. ABD. RAUF Mohon Tunggu... Mahasiswa -

World knows you, if then you create words to be a great text

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada vs Valentine's Day: Manakah yang Harus Dirayakan?

14 Februari 2017   00:52 Diperbarui: 14 Februari 2017   14:12 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Ilustrasi Pribadi

Bulan Februari 2017 menjadi bulan yang penuh makna bagi semua kalangan, dari remaja dan orang-orang dewasa. Selain diperingati sebagai Hari Pers Nasional pada awal bulan kemarin, masih banyak momen penting yang tidak bisa kita lewatkan. Fenomena ini sangat jarang terjadi ketika semua bidang berkumpul di satu bulan dalam rangka merayakan momen tersebut. Perayaan sosial, politik, demokrasi bahkan percintaan pun akan terjadi pada bulan ini. Setelah bangsa (dari: anak-anak,remaja, sampai dewasa) ini diambang oleh polemik yang mengakibatkan terjadinya demokrasi yang masif dalam menentukan pemimpinnya. 

Dalam hal tersebut remaja yang juga ikut andil dalam demonstrasi itu. Apakah mereka akan tetap fokus dalam perjuangan membela paslon yang akan memimpin daerahnya selama lima tahun ke depan? Karena sejatinya beberapa hari lagi akan ada momen yang pada umumnya event ini dirayakan oleh remaja. Tanggal 14 Februari kalangan remaja tidak akan pernah melewati momen romantis ini.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 disebutkan bahwa Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dilaksanakan setiap 5 tahun sekali secara serentak di seluruh wilayah NKRI. Dalam hal ini disetujui oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu 18 Maret 2015 secara simbolis . Pesta demokrasi ini harus diikuti secara cermat dan bijak dalam memilih. Jika fatal dalam memilih maka selama lima tahun kedepan mereka akan mendapatkan bukan kesejahteraan akan tetapi kesengsaraan. 

DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara yang menjadi sorotan publik sejak beberapa bulan lalu menghadapi persiapan pesta demokrasi ini masih tetap dalam kondisi panas. Karena Sabtu kemarin terulang kembali aksi damai yang dikomandoi oleh Fron Pembela Islam (FPI) di beberapa kawasan ibu kota. Aksi yang dinamakan 112 itu mampu menghadirkan ratusan ribu masyarakat dalam penolakan pemimpin non-muslim.

Perjalanan pesta demokrasi tahun ini memuai diberbagai sektor, dari politik, ekonomi, dan sebagainya. Remaja sebagai kaum muda juga terlihat memiliki peran penting dalam mengikuti event tersebut. Terbukti mengalir dari sektor pendidikan yang dominasinya dihuni oleh mahasiswa. Banyaknya mahasiswa yang juga berbondong-bondong dalam meramaikan aksi tersebut. 

Beberapa dari mereka yang sangat konsisten dalam membela aksi tersebut tetap berada dibarisan terdepan yang sudah berulang kali terlihat. Sebelum berpartisipasi dalam memilih paslon yang diagungkan, mereka akan dilanda oleh ujian yang bersifat resiprokal. Karena dilain momen sebagai kaum muda mereka telah mengenal suatu hari yang penuh dengan romantisme. Peringatan Valentine’s day yang pada umumnya dikenal sebagai hari romantsime bagi pasangan muda-mudi ini akan terjadi ditengah animo pilkada serentak.

Valentine’s day atau kerap disebut Hari Kasih Sayang merupakan hari atau momen tertentu untuk suatu pasangan dalam memperoleh kasih sayangnya. Biasanya momen ini dirayakan oleh pasangan muda-mudi walaupun dalam kenyataannya momen ini bisa dirasakan oleh semua kalangan.

Pada 2008 silam di Semarang, momen Hari Kesayangan itu digunakan oleh mahasiswa untuk menuntut pilkada damai. Dalam aksinya, para mahasiswa meminta penegak hukum tegas terhadap kandidat paslon yang telah memasang spanduk, baliho, dan atribut kampanye di saat jadwal kampanye belum dimulai.

Bagi kaum muda atau yang lebih akrab disapa remaja, Valentine’s Day memiliki self-interested atau kesenangan tersendiri dalam merayakan momen tersebut. Ironisnya, euforia remaja saat ini dalam merayakan momen tersebut tidak ramai. Karena faktor lain bersamaan dengan pilkada serentak. Beberapa dari mereka telah menuangkan kesibukannya dalam berpartisipasi untuk mendukung paslon yang dibela.

Dalam hal ini, penulis dapat berasumsi untuk mengkategorikan peran remaja dalam menghadapi kedua momen tersebut. Perayaan manakah yang mereka prioritaskan.

Pertama, Pro Valentine’s Day golongan ini biasanya memang dikategorikan sebagai kaum romantisme dalam menjalin hubungan. Beberapa opini lain menganggap bahwa Valentine’s Day sebagai acuan hari raya sepasang kekasih yang telah menjalani hubungan dengan langgeng. Maka dari itu mereka tidak akan melupakan momen yang berkesan ini walaupun meninggalkan beberapa perihal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun