Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Dosen - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital Lecturer Guru SMP Al AKHYAR

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tinggalkan Sekolah Anda Sebelum Menyesal

30 Agustus 2012   08:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:08 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cover buku nya.. Buku ini cukup menarik dan baru saja saya melahap habis materi yang ada di dalamnya..isi buku ini memaparkan secara gamblang dengan metode belajar bajak laut..sebenarnya kita bisa sukses dan berhasil tanpa harus bersusah payah sekolah dengan mengejar selembar ijazah ,kemudian berkelana ke sana ke mari ..mancari pekerjaan..STOP..waktunya berhenti dengan melakukan hal-hal BIASA seperti ini..SAATNYA ..anda yang dicari oleh para perusahaan ,, mari kita simak metode belajar bajak laut: Di dalam dunia bajak laut ketika berlayar adalah  mengikuti kemana angin berhembus., sama dengan belajar ..pelajari lah apa yang anda senangi ,..perasaan takut gagal kerap kali membuat kita ragu dalam bertindak..so percayalah dengan kemampuan anda sendiri. Pada buku ini juga membahasa bagaiman sang penulis James berhenti dari sekolahnya karena menganggap guru di sekolahnya lebih cenderung memerintah daripada belajar bersama mereka..sedikit-dikit..di hukum..gak kerja PR dihukum bahkan saking seringnya di hukum penulis seringkali dikirimi surat dari sekolah kepada orang tuanya,,namun hal ini tak berpengaruh..sama sekali ia menganggap bahwa sekolah memenjarakan dirinya dan cenderung masuk kategori perbudakan yang persis sama pada zaman dahulu..dengan mengerjakan PR .,,MAKA ia pun ingin bebas dan berkelana melakukan apapun yang ia sukai ,,mempelajari apapun yang ia senangi ,,dan siapa sangka,,James seorang yang tidak bergelar sarjana dapat mengalahkan beberapa pesaingnya yang lebih "BERGELAR" dalam melakukan uij tes produk APPLE ..sehingga ia pun diterima bekerja di sana walaupun tanpa ijazah sama sekali...ia drop out dari sekolahnya pada saat kelas 2 SMU.. Banyak kisah menarik dan inspiratif di dalam buku ini taatkala James menjadi penguji test produk dari APPLE ,,ternyata saya mendapat inspirasi bahwa selembar ijazah yang kita punya hanyalah sebuah kertas saja..tetapi reputasi kitalah yang menentukan sukses atau tidaknya kita di dunia kerja ,,dengan reputasinya yang mumpuni akan keahliannya..orang tidak ragu lagi menawarkan jasa dan pekerjaan padanya,,beda halnya dengan anak kuliahan yang kualitas nya belum teruji,,karena seringkali materi di bangku sekolah dan kuliah tidak berkorelasi langsung di dunia nyata ,,seperti dunia kerja, Selain itu Kegiatan belajar di sekolah Cenderung  Otoriter Saya ingin menambahkan opini pribadi yakni  pada kegiatan pembelajaran dengan ‘karakteristik Otoriter  (dan) skenario: 1. Guru mengajar, murid diajar, 2. Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa, 3. Guru berpikir, murid dipikirkan. 4. Guru bercerita, murid patuh mendengarkan. 5. Guru menentukan peraturan, murid diatur. 6. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menyetujui. 7. Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya. 8. Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu. 9. Guru mencampur-adukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid. 10. Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah obyek belaka.

Siswa merasa frustasi terhadap sekolah. Dengan konsep pendidikan gaya otoriter , lahirlah generasi pasif, tidak begitu mendambakan perubahan, atau mendambakan juga tetapi begitu sinis-nya sehingga tidak melakukan apa-apa, tidak kreatif,tidak berpikiran terbuka, sempit dan dangkal. Jika masuk ke dalam ekstrim yang lebih buruk, lahirlah pribadi-pribadi yang malas berpikir, picik dan kelewatdefensive-offensive apabila asumsi dan keyakinannya terusik. Hampir bisa dipastikan, orang pola pikir jenis terakhir ini adalah hasil investasi dari pendidikan gaya otoriter . Ajaran guru-nya dogmatis dan sebagaian besar wawasannya hasil indoktrinasi. Pengetahuan, apalagi pengetahuan yang berbau agama, merupakan barang jadi yang turun dari langit tanpa perlu melihat konteks. Saya terkadang heran dengan kondisi psikologis siswa yang cenderung takut-takutan ketika ditanya satu persatu. Keterdiaman dan takut-takutan mereka menyebabkan saya berpikiran bahwa tampaknya mental para siswa ini mengalami ‘ketertindasan’. Tapi apakah yang menindas mental mereka?
gaya belajar aktif Bahkan Pengalaman seorang guru ketika mengajar tak habis pikir ketika ia  bertanya, apa menurutkamuarti “komunikasi”, siswa-siswa SMP ini langsung dengan spontan membolak-balik halaman buku teks-nya. Atau ketika siswa diminta pengertian mereka tentang suatu istilah, terus saja memberikan defenisi dari teks, pengertian-hafalan tanpa ada pemahaman. Mereka belajar secara mekanistis. Mereka salah belajar. AKU BOSAN SEKOLAH Puisi Ilham.MAK Aku bosan sekolah Aku galau setengah mati Aku ingin berhenti Aku muak sekali Aku tidak peduli Aku Bosan sekolah Aku tak nyaman disini Aku tidak mengerti Aku bingung lagi Aku mau pergi Pengalaman di Bangku Kuliah Pengalaman di bangku kuliah kayaknya tidak jauh beda dengan di sekolah .Sering kan kita mendengar: “Dulu waktu kuliah IPnya tinggi mentong, tapi kok pas kerja kayanya ndak secemerlang itu ya?” atau “Padahal dia waktu kuliah cuek , ndak pernah belajar, kali. Cuma sibuk ke sana ke mari. Tapi tidak sangka, sekarang sudah bisa jadi Bos.” Fenomena seperti itu adalah salah satu indikator lemahnya korelasi antara perguruan tinggi dengan tuntutan kerja di dunia nyata, di mana teori-teori yang “kelihatannya” usang masih menjadi andalan pada saat ujian, dihafalkan, dan kemudian… dilupakan setelah nilai keluar dan A sudah di tangan. Kelihatannya? Ya, sebenarnya tidak semua teori usang, begitu juga tidak semua buku musti di-tongsampah-kan karena diterbitkan duapuluh tahun yang lalu. Tetapi masalahnya terlalu sering dosen, atau guru, tidak mengaitkan (atau tidak menstimulasi mahasiswanya untuk menganalisis) antara teori dengan fenomena riil sehingga akibatnya kita hanya menilai teori tersebut usang, kuno, tidak aplikatif, dan akhirnya: dihafalkan saja... So, mulai sekarang yuk kita tinggalkan sekolah dan kuliah sebelum menyesal.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun