Mohon tunggu...
Ratsari Mardika
Ratsari Mardika Mohon Tunggu... -

seorang anak manusia yang sedang menggodok diri di kawah candradimuka..

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hutan Indonesia...Riwayatmu Dulu..

7 April 2013   22:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:33 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sajak sajak tentang hutan jarang saya dengar dan dapatkan penyair penyair Indonesia masa kini. Entah karena pengetahuan saya yang terbatas atau kurang akrabdengan puisi puisi  jaman sekarang. Mengapa harus syair? Tentang hutan pula? Bukankah itu menjadi terlalu naif dan terdengar seperti melakukan pemaksaan idealisme untuk mencampuradukkan dunia kealaman riil dan  alam imajinasi kata kata yang estetik, namun tak jarang pula sarkastis dan sinis.

Berbicara mengenai hutan Indonesia, saya sulit untuk mengambil sudut pandang sebagai peneliti atau aktivis yang telah benar benar terjun di dalam dunia kehutanan. Membayangkan dari data data yang telah tersediapun saya merasa menjadi orang awam yang hidup jauh dari hijau dan rimbunnya hutan yang terbentang luas dan memberi segala aroma kesegaran bagi paru paru manusia. Saya hanya pernah menjadi seorang anggota pecinta alam sekolah menengah yang idealismenya menggebu namun tak mengerti harus berbuat apa. Saya hanya pernah singgah 2 malam dan mendirikan tenda di sebuah hutan kecil kawasan Wonogiri yang kondisinya sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan hutan hutan besar di Kalimantan. Hutan kecil itu memerlukan pembaharuan karena hutan kecil itu sesungguhnya mampu menyimpan air tanah untuk pengairan lahan desa desa di sekitarnya.  Dan kami, para anggota kegiatan kepecintaalaman sekolah menengah, dibekali beberapa bibit tanaman dari perhutani kota kami untuk berpartisipasi dalam proses pengembalian lagi kesehatan hutan itu.

Lagi lagi membayangkan. Akar akar besar mencengkeram tanah yang strukturnya agak liat, dan dari atas terlihat liukan air kecoklatan mengalir di tengah tengahnya. Hutan dan sungai selalu menjadi sebuah kesatuan alami yang bahu membahu untuk menyeimbangkan ketersediaan air di muka bumi.  Namun bayangan itu tetap saja hanyalah bayangan.  Di Kalimantan ataupun Sumatera, alih fungsi lahan meninggalkan jejak jejak yang melukai. Hamparan hijau itu tergantikan secara besar besaran, menjadi pertambangan, atau perkebunan sawit yang secara rakus menyedot air.

Tentu masyarakat kita menanggung akibatnya, bagaimana bila kita menanamkan rasa peduli kepada hutan kita, mulai dari anak anak kita,  melalui puisi puisi cinta dan dongeng kepada hutan, berkata kata kepada sungai, air, tanah yang liat, dan kepada gambut?  mulai dari pola pikir yang menumbuhkan cinta kepada aksi nyata dan pembelaan pada hutan kita tercinta. Semoga.

Sumber: Http://Hutanindonesia.Com/1-Juta-Hektare-Hutan-Di-Jambi-Lenyap-10-Tahun/.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun