Mohon tunggu...
Rg Kresna
Rg Kresna Mohon Tunggu... Bankir - Economic and Financial Enthusiast

I am trying to be an economist who is able to improve global economic

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sistem Belajar Mengajar di Faculty of Economics & Business, University of Groningen

9 Agustus 2017   05:56 Diperbarui: 11 Agustus 2017   02:55 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

University of Groningen atau yang dalam bahasa Belanda disebut dengan Rijksuniversiteit Groningen (RUG). Universitas ini terletak di propinsi yang paling utara dari Negara Belanda. Oleh karena itu, slogan propinsi ini adalah "nothing tops Groningen". Universitas ini merupakan salah satu kampus tertua di Belanda karena telah berdiri sejak 1614 atau lebih dari empat abad yang lalu. 

Dalam kurun waktu tersebut, tentu kampus ini telah banyak melahirkan orang - orang hebat yang telah memberikan kontribusi positif diberbagai disiplin ilmu. Dalam kurun waktu tersebut, ratusan atau bahkan ribuan mahasiswa internasional dari berbagai Negara dan bangsa telah mengenyam pendidikan di universitas ini. Dalam kurun waktu tersebut, kampus ini telah banyak melakukan improvisasi pada system belajar dan mengajarnya dengan tujuan untuk peningkatan kualitas dan menjawab tantangan zaman yang terus berubah dan berinovasi.

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman mengenai system belajar di RUG, khususnya Faculty of Economics and Business (FEB). Namun, perlu saya tekankan bahwa setiap mata kuliah, program kuliah, dan fakultas di kampus ini memiliki kebijakan yang berbeda - beda satu dengan yang lain. Apa yang coba saya bagikan disini adalah beberapa hal unik dan menarik bagi saya.

Beberapa pendidikan tingkat Master di kampus ini berdurasi 1 tahun dengan total 60 ECTS. Umumnya satu mata kuliah memiliki bobot 5 ECTS, dimana 1 EC sama dengan 28 jam. Artinya, untuk dapat lulus dalam satu mata kuliah, seorang mahasiswa harus menghabiskan waktu 140 jam. Uniknya, 140 jam ini dilakukan selama 8 minggu, 7 minggu berupa perkuliahan di kelas dan 1 minggu untuk ujian. Berarti, seorang mahasiswa dituntut untuk belajar sedikitnya 2,5 jam perhari selama 8 minggu tersebut, termasuk sabtu dan minggu.

Dalam satu semester akan dibagi menjadi dua blok dengan durasi satu blok adalah 8 minggu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam satu blok, seorang mahasiswa hanya dapat mengambil maksimal empat mata kuliah. Namun jangan berpikir bahwa empat mata kuliah tersebut sedikit sehingga si mahasiwa masih memiliki waktu luang yang banyak untuk foya - foya atau jalan - jalan. Logikanya, apabila seorang mahasiswa mengambil empat mata kuliah mata setidaknya ia harus menghabiskan waktu 10 jam sehari untuk belajar keempat mata kuliah tersebut, termasuk di hari sabtu dan minggu. Kenyataanya, untuk satu mata kuliah dapat menghabiskan waktu yang lebih panjang untuk menyelesaikan tugas individu dan kelompok serta membaca 2 atau 3 jurnal per minggu untuk satu mata kuliah. Oleh karena itu, umumnya mahasiswa hanya akan mengambil 3 mata kuliah dalam satu blok, dan itu sudah terasa cukup berat dan menguras banyak energy.

Secara umum, system mengajar di FEB mirip dengan system mengajar di Indonesia. Dosen akan menyajikan materi kuliah dalam bentuk power point. Biasanya, mahasiswa dapat mendownload power point tersebut sebelum kuliah dimulai. Selain kuliah seperti pada umumnya, juga ada kelas tutorial. Bedanya, pada saat kuliah, dosen akan menyampaikan materi secara umum sebagai pengantar bagi mahasiswa untuk lebih mendalaminya melalui membaca 2 atau 3 jurnal referensi setiap minggunya, sedangkan di kelas tutorial, dosen akan lebih mendalami jurnal - jurnal tersebut melalui diskusi.

Agar dapat berpartisipasi dengan baik di diskusi tersebut, seorang mahasiswa telah dituntut terlebih dahulu untuk membaca dan memahami jurnal tersebut. Dosen akan menuntut mahasiswa untuk dapat berpikir kritis agar dapat menemukan kekurangan dari jurnal - jurnal yang telah ditulis oleh professor yang telah melalui review dan saringan ketat oleh publisher top. Pernah suatu kali, professor saya marah di tutorial karena kami tidak dapat menemukan kelemahan dari jurnal yang ditulis oleh beliau. Ini adalah salah satu study culture shock yang saya alami. Biasanya, kita berpikir bahwa hasil karya seorang professor adalah sempurna. Namun kali ini, kami diminta untuk kritis dan menemukan kelemahan hasil karya beliau. Perdebatan antara mahasiswa dan dosen adalah hal lumrah. Apalagi dengan karakter orang Belanda yang kritis dan akan berkata apa adanya. Seorang professor akan sangat terbuka untuk menerima pemikiran dari mahasiswa dan sangat senang untuk menjawab pertanyaan dari mahasiswa. "There is nothing stupid question", begitulah kira - kiranya.

Keunikan lainnya, ada professor yang meminta mahasiswa untuk membuat ringkasan maksimal 1 halaman per-jurnal yang dipelajari perminggunya. Ringkasan - ringkasan tersebut dapat diserahkan kepada dosennya yang kemudian akan diserahkan kembali ke mahasiswa saat ujian berlangsung. Cara ini saya nilai cukup positif karena mahasiwa akan secara "sukarela" untuk membaca semua materi kuliah agar dapat membuat ringkasan yang sangat baik agar bermanfaat disaat ujian. Untuk mencegah plagiarisme atau contek - mencontek, diberlakukan aturan berupa dua ringkasan yang sangat mirip dari dua mahasiswa yang berbeda tidak akan diserahkan kembali saat ujian. Namun jangan berpikir setelah ada ringkasan tersebut ujian akan jadi lebih mudah. Kenyataannya, disalah satu mata kuliah yang menggunakan system ini, hampir setengah dari peserta ujian gagal, termasuk saya. Setelah selesai ujian dan nilai diumumkan, akan ada ujian review atau ujian inspeksi. Pada saat ini, kita dapat melihat kertas jawaban kita yang telah diberi nilai oleh dosen serta kunci jawabannya atau feedback dari tugas akhir yang kita buat apabila tidak ada ujian tulis. Kita dapat mengajukan argumen apabila kita merasa telah menjawab dengan benar namun tidak mendapatkan nilai maksimal. Apabila argumen kita diterima, maka kita akan mendapatkan nilai tambahan.

Berbicara mengenai kegagalan ujian, di RUG dan universitas lainnya di Belanda ada yang namanya resit. Resit adalah ujian untuk memperbaiki nilai bagi yang gagal saat ujian pertama atau bagi yang ingin mendapatkan nilai yang lebih tinggi. Resit hanya ada satu kali per-mata kuliah. Biasanya resit akan diadakan diblok berikutnya setelah ujian. Apabila gagal diujian pertama dan gagal kembali di resit, maka mahasiswa harus mengambil kembali kuliah tersebut di tahun ajaran berikutnya atau dengan kata lainnya, durasi kuliah menjadi lebih panjang. Bagi mahasiswa internasional yang mengandalkan beasiswa, hal ini yang paling dihindari karena penyedia beasiswa tidak akan memberikan dana tambahan untuk perpanjangan masa belajar sehingga si mahasiswa harus mengeluarkan dana pribadi yang tidak sedikit.

Keunikan lainnya adalah evaluasi mata kuliah dan dosen. Evaluasi dilakukan secara online atas mata kuliah yang ditawarkan diblok tersebut setelah berakhirnya ujian. Pada evaluasi ini, mahasiswa dapat memberikan penilaian atas materi kuliah hingga dosen yang mengajar mata kuliah tersebut. Selain itu, di FEB juga ada organisasi mahasiswa yang bertujuan untuk peningkatan kualitas pendidikan FEB. Organisasi ini beranggotakan mahasiswa -  mahasiwa dari setiap program studi yang ada di FEB. Organisasi ini akan mengadakan rapat rutin dengan pihak FEB setelah berakhirnya satu blok untuk mendengarkan langsung "keluh kesah" dan apresiasi mahasiswa atas mata kuliah yang telah ditempuhnya. Perlu saya tekankan disini bahwa evaluasi ini tidak hanya sekedar evaluasi. Pihak kampus akan secara serius menanggapi setiap evaluasi dan "keluh kesah" mahasiswa agar dapat menyajikan pendidikan yang berkualitas tinggi. Saya pikir hal ini sangat positif untuk diterapkan di Indonesia.  

Demikianlah sedikit cerita pengalaman mengenai system belajar dan mengajar di FEB, RUG. Beberapa keunikan sistem belajar mengajar ini mungkin dapat diterapkan di Indonesia. Selama menempuh pendidikan, kegagalan dan keberhasilan, sedih dan tawa, dan benci dan suka akan datang silih berganti. Semua menjadi kenangan dan bekal yang sangat berharga untuk menjadikan kita lebih dewasa dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Groningen akan selalu terbuka dan senang hati menyambut kedatangan mahasiswa baru dari berbagai Negara dan bangsa. Para alumni akan selalu menambatkan hatinya di Groningen meski mereka telah kembali ke kota dan negaranya masing - masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun