Mohon tunggu...
Cerpen

Pesan Berharga Sang Ayah

20 Maret 2017   23:10 Diperbarui: 20 Maret 2017   23:15 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika saya menginjak bangku perkuliahan saya baru menyadari arti kasih sayang dari sang ayah yang dulu sempat tak pernah kurasakan kasih sayang itu. Massa putih abu menjadi masa kelam yang memulai keretakan hubungan saya dengan ayah saya, dimana hubungan itu sampai pada puncak klimaks yang membuat ayah saya tidak pernah mengeluarkan perkataan ketika bertemu dengan saya. Kami memang hidup serumah namun sama sekali tidak ada kata anak dan bapak. Hal ini disebabkan karena prilaku saya yang membangkan, mungkin memang karena pada massa ituu saya mersa bahwa saya bukan anak kecil yang bisa dikenkang lagi, dan mungkin semua orang merasakan massa itu.

Ketika massa itu berlalu daan sekarang saya mulai menyadari arti kasih sayang dari seorang ayah, dimana ayah saya selalu menelpon walaupun sesaat hanya untuk mengecek keadaan saya, seorang ayah sangat menyayangi anaknya mereka rela menitikan keringatnya demi menghidupi anaknya, rela berjalan dan berlari di panasnya terik matahari, rela tidak makan demi mementingkan gizi untuk anaknya.

Ayahku menyampaikan pesan yang berharga "Jangan pernah puas dengan apa yang kamu raih hari ini nak". Pesan yang sangat membuat saya termotivasi adalah "Bapak rela jual kepala bapak nak, demi sekolah mu". Pesan yang mungkin akan selalu saya ingat dalam hidup ini, ketika sang ayah betul-betul ingin mengorbankan seluruh hidupnya demi ilmu untuk anaknya. Hati ini menagis seakan-akan dunia sudah menjustifikasi bahwa yang miskin sulit untuk mendapat pendidikan yang layak. 

Pengorbananmu takkan sia-sia ayah, anakmu akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk membuatmu bangga, sehingga apa yang ayah lakukan dapat terbayarkan dengan keberhasilan anakmu. Terimakasih atas semua yang ayah korbankan untukku, doa mu selalu terucap dari bibirmu yang mulai mengering, dan doa anakmu selalu menyertai setiap langkah kaki, semoga ayah hidup lebih lama agar kelak melihat kesuksesan anakmu.

Amin Ya Rob...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun