Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 100 x Prestasi Digital Competition (67 writing competition, 23 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajah Weltevreden Bersama Backpacker Jakarta (BPJ)

22 Agustus 2017   23:51 Diperbarui: 23 Agustus 2017   19:12 7203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Gambaran masa lalu Weltevreden I Sumber : The Djadoel

Sebuah reuni / comeback trip bersama Backpacker Jakarta (BPJ) bisa daku bilang untuk travelling kali ini. Mungkin terakhir kali daku trip bersama BPJ di pertengahan tahun 2015. Karena menjelang tahun 2015 daku sudah disibukkan mengurus almarhum Bapak dan Kakak di rumah sakit secara bergantian yang berujung mereka kembali ke pangkuan Alloh SWT di akhir tahun 2016.

Backpacker Jakarta merupakan komunitas travelling yang bergaya backpacker dengan pembiayaan secara patungan (cost sharing ). Menurut perkiraan daku, jumlah membernya dikisaran lebih dari 20 ribu. Sedangkan untuk member yang aktif berkomunikasi dengan komunitas ini sekitar 6 ribu member. Perkumpulan traveller ini memiliki jumlah group What Apps (WA) berjumlah 30 group. Satu Group WA atau BPJ menyebutnya RT berjumlah 100 backpacker.

Selain group WA / RT terdapat pula group berdasarkan spesific interest seperti; Badminton, Futsal, Fotografi, Renang, Jelajah Masjid, Buku & Blogger, KTB Be The Light, Lari, Basket, Weekday Holiday, Talent, Touring dan Sejarah-Museum. Nah, untuk trip menjelajah Weltevreden diselenggarakan oleh group Sejarah & Museum. Pelaksanaanya trip Weltevreden pada hari minggu tanggal 20 Agustus 2017 yang di ikuti sekitar 10 orang peserta.

Deskripsi : Mas Rayhan memberi penjelasan kepada kami menyangkut sejarah Weltevreden I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Mas Rayhan memberi penjelasan kepada kami menyangkut sejarah Weltevreden I Sumber Foto : Andri M
Kenapa daku begitu tertarik, karena sebetulnya trip yang ada hubungannya dengan sebuah history dengan insight didalamnya memberi tambahan pengetahuan dan pemahaman. Daku sulit menghafal tahun dan nama, jadi sebuah trip dengan ada cerita disebuah objek bagaikan drama radio ''sahur sepuh''. Begitupun dengan trip Weltevreden ini.

Mengenal Weltevreden

Ketika melihat flyer yang di unggah BPJ di account Instagram Backpacker Jakarta (@backpackerjakarta) menyangkut trip Weltevreden, daku langsung tertarik. Didalam flyer tersebut disebutkan titik lokasi berkumpul di Pasar Baru. Ketika itu daku langsung berfikir bahwa ini merupakan trip yang tidak hanya sekedar menikmati alam dan pemandangan.

Pasar Baru identik dengan pusat perbelanjaan / pasar yang telah berdiri cukup lama (tahun 1820), jadi dalam otak menyimpulkan, perjalanan ini merupakan trip sejarah. Apalagi dalam flyer diperlihatkan sebuah gambar gedung bernuansa hitam putih yang terlihat sebagai gedung peninggalan kolonial Belanda. Menurut daku ini merupakan trip yang akan menambah wawasan.

Kami para Backpacker dari komunitas Backpacker Jakarta (BPJ) dalam trip Weltevreden berkumpul di Pasar Baru. Lokasi ini lah tempat dimana sepuluh orang ini mendapatkan pengetahuan kawasan Weltevreden. Komunitas travelling ini merangkul lulusan sejarah dari UIN Yogyakarta menyangkut sejarah Weltevreden, individu tersebut bernama Reyhan.

Deskripsi : Peta lama Weltevreden dimana saat ini berada di daerah jakarta pusat. Weltevreden merupakan pusat pemerintahan baru Kolonial yang dirancang oleh deandles I Sumber : Arsip Nasional
Deskripsi : Peta lama Weltevreden dimana saat ini berada di daerah jakarta pusat. Weltevreden merupakan pusat pemerintahan baru Kolonial yang dirancang oleh deandles I Sumber : Arsip Nasional
Reyhan menyampaikan kepada kami Weltevreden dirancang menjadi pusat pemerintahan Batavia dengan lokasi yang baru. Kawasan ini dibentuk menjadi pusat pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, juga tempat  kediaman orang-orang Eropa. Areanya sekarang terletak di sekitar Lapangan Banteng. Di daerah ini juga Daendels mendirikan istana yang saat ini menjadi gedung Kementerian Keuangan.

Weltevreden timbul ketika Gunung Salak meletus pada 1699, akibatnya  kota tua Batavia terbenam lumpur  dan menjadi sarang penyakit. Debit air yang mengalir ke kanal yang membelah kawasan kota tua makin menurun. Dikisahkan, tujuh dari sepuluh orang Eropa yang singgah ke kawasan Batavia Lama meninggal dunia.  

Akibat letusan itu terjadi proses sedimentasi dan pendangkalan sungai membuat meluapnya kotoran.  Air menjadi keruh dan berbau. Nyamuk dan lalat berkembang biak dengan subur di rawa-rawa yang tergenang. Selain itu, banyaknya mayat yang ditemukan di muara kali-kali Batavia akibat tingginya tingkat kriminalitas. Masalah lainnya kekurangan air  bersih, membuat Batavia dijangkiti wabah  penyakit.

Batavia lama menjadi kawasan yang tidak sehat ditambah pula mulai padat dan sumpek, untuk itu Deandles membongkar tembok kota dan kastil Batavia lalu kemudian mengembangkan Weltevreden menjadi pusat pemerintahan, religi, tempat tinggal dan pergaulan masyarakat. Lokasi Weltevreden dikisaran silang monas sampai dengan Rumah Sakit Gatot Subroto, atau saat ini berada di area Jakarta Pusat. Sepertinya banyak yang belum tau kalau dahulu Kota Tua Jakarta di kelilingi oleh tembok.

Jalan kaki menjelajah Weltevreden

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun