Mohon tunggu...
Sosbud

Menikmati Teh di Sarvvadharmma Mandala

26 April 2019   18:20 Diperbarui: 26 April 2019   18:53 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulungagung sangat kaya akan tinggalan sejarah, mulai zaman pra aksara hingga kemerdekaan. Hal ini terbukti dengan tinggalan cagar budaya yang sangat melimpah di kabupaten Tulungagung. Salah sebuah di antara banyak situs arkeologi-sejarah di wilayah Tulungagung adalah situs Penampihan.

Lokasinya di lereng Gunung Wilis pada penghujung desa Geger di Kecamatan Sendang menjadikan situs ini tidak banyak diketahui orang, kecuali bagi yang berniat khusus untuk medatanginya. Lokasi situs penampihan terletak di tengah-tengah eks perkebunan teh milik perusahaan Belanda, namun saat ini hanya tersisa satu petak lahan teh yakni disebelah utara situs Penampihan.

Akses ke situs Penampihan dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal ini karena jalan di Desa Geger sudah mendapat pengerasan, namun saat ini sudah mulai rusak sehingga setelah masuk Dusun Turi jalannya terjal dan menantang. Situs Penampihan terdiri dari tiga halaman.

Halaman ketiga (paling bawah) merupakan tempat sebuah prasasti batu (Linggoprasasti) yang ditempatkan diatas pedestal (lapik), dibelakang Linggoprasasti terdapat dua buah kolam persegi yang diisi dengan tanaman teratai dan ikan. Pada halaman dua merupakan teras atau lahan datar, dan halaman pertama Bangunan candi induk dan empat candi perwara.

Linggoprasasti ini di identifikasi sebagai peninggalan Raja Dyah Balitung. Hal ini karena angka tahun yang dapat terbaca adalah 820 Saka (Brandes, 1913). Prasasti Penampihan I ini merupakan prasasti tertua di Jawa Timur setelah prasasti Dinoyo 682 saka. Hal unik lainnya yang terdapat di situs Penampihan adalah sebuah bangunan candi yang menggambarkan Samodramantana (pengadukan samudra untuk mencari amerta), candi tersebut berada di halaman pertama yakni halaman paling atas.

Pada 15 maret 2018, saya berkunjung ke situs penampihan tersebut. Awal datang saya sudah disambut dengan keramahan warga sebelum masukke situs, pemandangan yang asri disekitar situs dan sebuah sumber mata air yang ada di sebelah barat candi. Sebelum masuk ke sebuah candi saya melewati lahan tanaman teh. Berdasarkan penuturan Ibu Winartin (35th), dahulu disekitar candi penampihan sampai ke bawah merupakan kebun teh. Saat ini kebun teh yang bertahan hanya lahan milik Pak Bambang.

Pada prasasti Penampihan II yang dikeluarkan oleh Raja Wisnuwardhana pada masa Singhasari (1191 saka) didapatkan sebuah informasi bahwa Sarvvadharma merupakan nama arkhais dari situs Penampihan ini. Keberadaan Sarvvadharma tidak berakhir pada masa Singhasari, namun berlanjut hingga masa Majapahit akhir. Hal ini berdasarkan informasi dari prasasti tembaga (tamra prasasti) yang bernama prasasti Penampihan III yakni dikeluarkan oleh Raja Wikramawardhana.

Ketentraman hati akan didapatkan jika berkunjung ke situs Penampihan. Hal ini karena didukung dengan tempatnya yang berada dilereng timur Gunung Wilis dan jauh dari keramaian kota. Mata kita akan akan dimanjakan dengan sebuah peninggalan arkeologi masa Hindu Buddha dan hijau-hijauan dari lahan teh dan ladang disekitarnya.

Pengunjung situs Penampihan relatif banyak jika hari sabtu-minggu, namun untuk hari effektif pengunjung situs penampihan sedikit sekali, kadang berjumlah satu orang dan dua orang saja ujar Ibu Winartin yang menjabat sebagai Juru Pelihara situs penampihan. Hal ini tidak mengecilkan hati seorang perempuan yang sudah punya cucu tersebut untuk tetap merawat dan melestarikan cagar budaya tersebut.

Hari itu cuaca di situs Penampihan cerah, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu turun hujan. Hal ini menjadikan saya ingin berlama disitus ini, pada saat menikmati sore hari di situs Penampihan saya diberi minuman teh oleh Ibu Winartin.

Teh tersebut merupakan teh yang tumbuh disekitar candi Penampihan. Rasa teh tersebut berbeda dengan teh-teh yang beredar di pasaran. Teh Penampihan merupakan terbaik di Tulungagung, sehingga sangat disayangkan jika saat ini hanya terdapat satu lahan saja yang bertahan. Rasa kecewa akan berkurangnya lahan perkebunan teh juga diungkapkan mbah Suryani (95th) " orang-orang saat ini tidak mikir kalau disini itu tanahnya cocok untuk tanaman dedaunan bukan tanaman buah" ujar lelaki tua yang masih sehat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun