Mohon tunggu...
Rakhmat Basuki
Rakhmat Basuki Mohon Tunggu... -

Warga Negara Biasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Antara Tsubasa, Madun dan Evan Dimas

16 Mei 2014   17:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:28 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

TSUBASA

Membaca komik Kapten Tsubasa memang menarik. Komik jepang karya Yoichi Takahashi ini menceritakan perjalanan karir sepak bola seorang bocah bernama Tsubasa Ozora. Tsubasa adalah seorang anak SD yang baru saja pindah dari kota lain ke Nankatsu. Dia ingin bermain sepak bola dan menjadi pemain terbaik. Ketika masuk ke sekolah barunya, dia langsung bergabung ke klub sepak bola di sekolah itu. Kapten klub itu adalah Ishizaki.

Mereka lalu berlatih di lapangan, tetapi diganggu oleh klub lain yang dipimpin oleh Genzo Wakabayashi. Mereka lalu bertanding, bila Nankatsu bisa membuat gol satu saja, maka mereka diizinkan memakai lapangan untuk berlatih.

Awalnya, Nankatsu selalu kebobolan dan bermain setengah lapangan. Ketika salah satu pemainnya cedera, Tsubasa didaulat menjadi bek. Dia menjalankan tugasnya dengan baik. Ketika pertandingan hampir selesai, tanpa diduga Tsubasa berhasil mendapatkan bola dan menceploskannya ke dalam gawang. Sesuai perjanjian, Wakabayashi tidak akan mengganggu mereka lagi. Maka dimulailah petualangan Tsubasa menjadi salah satu pemain bola yang terbaik di dunia.

(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapten_Tsubasa&oldid=6967907)

Komik menarik ini meledak di pasaran. Kemudian komik ini diangkat ke layar kaca. Filmnya digemari jutaan pemirsa dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.

MADUN

Di Indonesia juga ada sebuah sinetron tentang sepak bola. Tendangan Si Madun namanya. Madun adalah anak berbakat. Kemampuannya bermain bola nyaris tak tertandingi oleh anak-anak seusianya. Cita-citanya adalah menjadi pemain bola profesional. Sementara itu, Syafei; ayah Madun tidak menyukai hobi Madun. Bagi Syafei bermain bola hanya membuang-buang waktu. Akibatnya Madun selalu sembunyi-sembunyi jika menyalurkan hobinya.

Martin memiliki hobi yang sama seperti Madun. Dialah yang banyak membantu Madun dalam segala hal yang berkaitan dengan bola. Ayah Martin, yaitu Udin adalah orang kaya yang menyukai bola. Udin mendukung upaya Martin dengan cara membiayai segala kebutuhan klub bola yang didirikan oleh Martin dan Madun (http://www.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5766&Itemid=176). Perjuangan Martin dan Madun untuk mewujudkan cita-citanya terus berlanjut. Perjalanan mereka masih panjang.

EVAN DIMAS

Nama lengkapnya Evan Dimas Darmono. Evan lahir di Surabaya 13 Maret 1995, merupakan anak dari pasangan Condro Darmono dan Ana. Ayahnya bekerja sebagai tenaga security di salah satu komplek perumahan elit di kawasan Surabaya Barat. Ia pertama kali tekun bermain sepakbola sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Ia sempat menimba ilmu di SSB Sasana Bhakti (Sakti) bersama saudara sepupunya, Feri Ariawan. Bakatnya semakin terasah, ketika bergabung dengan SSB Mitra Surabaya pada 2007, saat itu Evan masih berusia 12 tahun.

Di lapangan hijau, Evan berperan sebagai gelandang. Meski postur tubuhnya mungil, daya jelajahnya sangat tinggi. Evan juga dikenal sebagai gelandang yang memiliki tenaga ekstra.

Pada tahun 2012 Evan terpilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang pencarian bakat bertajuk “The Chance”, yang disponsori oleh salah satu apparel terkenal. Ia kemudian terbang ke Barcelona, menyisihkan ratusan ribu pemain muda lainnya di Indonesia. Di Barcelona, Evan mendapat pelatihan dan arahan langsung dari eks pelatih Barcelona, Pep Guardiola.

Tahun 2013 Evan Dimas dipercaya sebagai kapten Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-19 dan mengantarkan garuda muda menjadi juara. Tak lama setelah berhasil menjuarai piala AFF U-19, Evan Dimas dan garuda muda lainnya kembali berlaga di piala AFC U-19. Laga perdana mereka melawan Laos pada 8 Oktober 2013 berakhir manis, Timnas U-19 menang telak atas laos 4-0. Evan Dimas menyumbang satu goal dalam laga itu.

Dalam laga kualifikasi piala Asia U-19 berikutnya melawan Korea Selatan, Evan dimas membuat Hattrick. Timnas U-19 mengalahkan juara bertahan Piala Asia 11 kali, Korea Selatan dengan skor 3-2. Kemenangan ini membuat Timnas U-19 menjadi Juara Group G Kualifikasi AFC U-19 dan mengantarkan Timnas U-19 ke Piala Asia U-19 2014 Oktober mendatang di Myanmar. (http://uniqpost.com/profil/evan-dimas/) Perjalanan karir sepak bola Dimas sepertinya masih panjang.

HUBUNGAN DIANTARA MEREKA

Mungkin anda bertanya-tanya, apa hubungan antara mereka bertiga ?

Dari ketiga tokoh tersebut memang hanya Evan Dimas yang merupakan tokoh nyata. Tsubasa dan Madun hanyalah tokoh imajinasi. Namun ketiganya memiliki kesamaan hobi dan bakat : sepak bola.

Evan Dimas sebagai seorang pemain bola yang mulai bersinar memiliki kemiripan dengan tokoh kartun Tsubasa. Mereka melalui tahapan yang panjang untuk menjadi pemain profesional. Namun tahapan tersebut adalah tahapan yang logis dalam karir pesepakbola. Melalui latihan rutin, panjang dan proses yang tidak serta-merta.

Kalau kita melihat perkembangan persepakbolaan di negeri matahari, tanpa mengesampingkan pembinaan yang terus menerus dan dibangunnya sistem kompetisi sepakbola yang ketat; komik Kapten Tsubasa seolah-olah menjadi salah satu tonggak kebangkitan persepakbolaan di sana. Mencetak seorang pemain bola dimulai dari masa kanak-kanak. Dimulai dari sebuah keyakinan bahwa mereka bisa menjadi pemain bola hebat yang mendunia. Hal inilah sepertinya yang ditanamkan pada alam bawah sadar anak-anak di Jepang melalui komik Kapten Tsubasa.

Tsubasa bisa menjadi pemain hebat yang bisa melanglangbuana ke berbagai negara dan menjadi juara adalah sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada anak-anak di Jepang bahwa mereka bisa bersaing dengan pemain dari negara manapun. Kepercayaan diri seperti ini tumbuh melaui komik yang notabenenya adalah konsumsi anak-anak. Saat mereka berhadapan dengan pemain dari luar negeri dengan postur tubuh yang lebih bongsor dan sebagainya mereka tidak pernah gentar dan yakin bahwa mereka tidak kalah dengan mereka. Kepercayaan diri seperti ini sangatlah penting.

Sekarang kita bisa melihat banyak pemain-pemain Jepang yang telah berlaga di berbagai negara tergabung dalam klub-klub elit dan memiliki kemampuan menawan. Sebut saja misalnya Shinji Kagawa (Manchester United), Yuto Nagamoto (Inter Milan), Keisuke Honda (CSKA Moskwa) dan Hidetoshi Nakata (AS Roma).

Secara tim, timnas Jepang juga merupakan salah satu tim sepakbola paling sukses yang berada di Asia. Pernah tiga kali menjuarai AFC dan masuk kualifikasi Piala Dunia pada empat kali terakhir ini.

BAGAIMANA DENGAN INDONESIA ?

Madun memang memiliki kemampuan yang hebat dalam bermain bola. Namun kita bisa melihat bagaimana sinetron ini justru -menurut penulis- membodohi anak-anak Indonesia. Dalam sinetron ini pertandingannya dibumbui dengan hal-hal yang tidak masuk akal dan sama sekali tidak mencerminkan sepakbola yang sesungguhnya. Kita disuguhi tontonan yang akan menanamkan pemikiran dalam benak anak-anak kita bahwa pemain hebat harus bisa “terbang” saat main bola, bisa main bola di atas genteng rumah, memiliki jurus-jurus aneh dan hal-hal lain yang tidak logis.

Secara hiburan mungkin bolehlah, karena tujuan sinetron ini memang untuk hiburan. Namun demikian alangkah elok seandainya dari segi hiburan memang menghibur, namun pada sisi yang lain anak-anak kita mendapatkan hal positif dari hiburan tersebut.

Berbeda dengan negerinya Tsubasa, belum banyak pemain sepak bola asli dari Indonesia yang berhasil tampil di luar negeri. Kalaupun ada, karir dan prestasinya tidaklah sementerengseperti halnya pemain Jepang. Sebut saja beberapa di antaranya Bambang Pamungkas ( Klub Divisi 3 Liga Belanda, EHC Norad), Ricky Yakobi (Matshusita, Jepang), Kurniawan Dwi Yulianto (FC Luzern, Klub di Liga Swiss) dan Kurnia Sandy (Penjaga gawang di FC Sampdoria).

Dari segi tim, timnas Indonesia belumlah sementereng timnas Jepang. Berbeda dengan Jepang, timnas Indonesia belum pernah sekalipun berlaga di kualifikasi piala dunia. Berdasarkan ranking FIFA yang diupdate pada tanggal 8 Mei 2014, Indonesia hanya berada pada posisi 152 sedangkan Jepang pada posisi 47. Selisih yang sangat jauh.

Tentunya kita sama-sama ingin memiliki pemain-pemain bola yang hebat serta tim yang kuat yang bisa turut bicara pada level internasional. Kita ingin Evan Dimas dan skuad Timnas U-19 berkembang menjadi tim tangguh yang bisa mengharumkan Bangsa Indonesia dalam persepakbolaan dunia. Karenanya menjadi tugas kita bersama untuk memajukan persepakbolaan Indonesia. Semua stakeholder punya tanggung jawab. PSSI sebagai induk organisasi yang memayungi, kompetisi liga yang ketat dan fair, suporter sepak bola yang menyemangati, masyarakat yang mendukung serta tayangan-tayangan sinetron yang mendidik. Sehingga Evan dimas dan kawan-kawan nantinya juga bisa ikut tergabung dalam klub-klub elit dan berlaga di berbagai Liga yang mendunia seperti halnya Tsubasa Ozora. Tidak hanya menjadi pesepakbola antar kampung seperti halnya Madun.

Wallahu’alam.

Catatan : Tulisan ini pernah dimuat di harian Kalteng Pos dengan sedikit penyesuaian Ranking FIFA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun