Kabar berita mengenai penutupan seluruh media sosial oleh kominfo ini sontak membuat geger masyarakat Indonesia. Hal ini pun langsung menyebar luas baik di Facebook maupun Twitter ataupun media sosial lainya. Sepertinya kabar buruk ini bukanlah gertakan sambal semata, terbukti dengan telah di blokir nya website resmi dari Telegram yakni (web.telegram.org). Menkominfo beralasan jika penutupan ini dikarenakan banyaknya paham Extrimisme atau Radikalisme yang berkeliaran baik di Facebook, Twitter dan Youtube. Oleh karena itu Menkominfo meminta masyarakat agar siap jika suatu saat media sosial ditutup. Namun apakah pentutupan media sosial itu adalah jalan terbaik untuk mencegah paham paham radikalisme? menurut saya tidak. Karena media sosial tidak serta merta di gunakan sebagai sarana informasi saja melainkan ada yang memanfaatkan media sosial untuk mata pencaharian mereka seperti seorang Blogger, Youtuber. Pernah suatu waktu saya wawancarai Zainun Nasuha, seorang mahasiswa yang bergelut di bidang Blogger. Bagaimana pendapat anda jika pemerintah serius menutup semua Medsos itu? jawabnya : "Saya tidak setuju, sangat tidak setuju. Itu adalah ide gila. media sosial itu tidak keseluruhan jadi tempat dakwah paham radikalisme tetapi juga tempat mahasiswa mencari informasi guna menyelesaikan skripsi ataupun tugas yang lainnya. Saya seorang Blogger dan saya memiliki beberapa situs diantaranya RajaSwara dan Clamband dari situs saya itu saya mendapatkan sedikit penghasiln tambahan dari hasil blog saya dan saya gunakan untuk keperluan kuliah saya. Jika ini sampe ditutup bagaimana saya bisa melanjutkan kuliah?." Saya pun sependapat dengan Zainun Nasuha itu, memang kebanyakan mahasiswa di Indonesia telah mengenal apa itu Blogger, Youtuber dan sejenisnya. Akan kah pemerintah tetap bersikeras untuk menutup media sosial, kita liat saja nanti. :)Â
