Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswiku Cantik Sekali

17 Juni 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:29 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Kelas ini, hanyalah ruang formal yang tak boleh membatasi kita untuk share pengetahuan, jadi kapan saja dan di mana saja kita bisa berdiskusi dan berbagi ilmu." Itulah kalimat penutup kali pertama saya menjadi staf pengajar di sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Metro - Lampung. Dengan tak lupa meninggalkan nomer handphone dan alamat rumah saya.

Aku berharap tak ada rasa sungkan dari para mahasiswa-mahasiswi untuk mengajakku berdiskusi kapan saja, sehingga mereka tidak hanya menghapal teori-teori pengetahuan sebagai tuntutan akademik, tetapi juga tercerahkan sehingga mereka mampu menjadi 'intelektual organik' atau 'raushan fikr' yang memiliki tanggungjawab penuh terhadap peradaban bangsa dan masyarakatnya. Begitulah idealnya aku sebagai staf pengajar!

Namun, diam-diam aku juga berharap mahasiswi-mahasiswi cantik yang membuatku betah berlama-lama di kelas itulah yang menghubungiku. Walaupun aku juga tidak tahu tujuannya apa.

Sebulan, dua bulan, tak ada nomer baru yang masuk ke HP-ku. Baru bulan ketiga, setelah aku memberikan tugas kelompok untuk membuat makalah bahan diskusi, baru ada mahasiswa yang menelponku. Meminta keringanan agar referensinya bisa satu buku, dari minimal lima buku yang aku wajibkan.

Pada saat aku masuk kelas, sebelum kuliah dimulai, yang menelpon tadi menghampiriku dan menyerahkan makalah yang telah selesai dikerjakan. Alamak, betapa kagetnya aku setelah membaca makalah yang hanya mengetik ulang isi buku itu. Jika kerangka dasar makalah itu di ambil dari satu buku yang kemudian diperkuat dengan fakta lapangan dan hasil analisis mungkin tak masalah, tapi kalo menyalin tulisan?

Duh, ingin sekali menceramahi para mahasiswa/wi ini berjam-jam. Tapi sudahlah, mungkin mereka memang harus dibimbing pelan-pelan, akupun menawarkan diri untuk menjadi tempat bertanya yang baik, jika ada kesulitan dalam pembuatan makalah, bukan hanya untuk mata kuliah yang aku pegang, tapi untuk makalah apa saja.

Iseng-iseng pikiranku berharap, siapa tahu mahasiswi-mahasiswi itulah yang sering berkonsultasi. Sekali lagi aku juga tahu sebenarnya kenapa ada harapan-harapan seperti itu, karena aku sama sekali tak berniat selingkuh.

Purnama dipinta terang didapat, sebuah pesan pendek (SMS) masuk di inbox. "Selamat sore pak, lagi ngapain. Ganggu gak nih?" Segera ku balas, karena aku yakin itu pasti dari mahasiswa/wiku, karena seumur-umur belum ada yang memanggil aku Bapak, selain dari para mahasiswa-mahasiswi itu. "Sore, Maaf ini siapa, saya santai saja kok, jadi gak ganggu." Begitulah kira balasan smsku. Lama tak dibalas.

Menjelang tidur, aku baru lihat HP-ku ternyata ada satu pesan yang belum dibaca, "saya siapa ya? Yang jelas saya fans bapak loh.." Halah, kalo sms nyasar seperti ini sudah terlalu sering. Aku tak berminat menanggapinya.

Beberapa hari kemudian, HP-ku berdering, sebuah suara perempuan. "Maaf, ini siapa?"
"Saya mahasiswi bapak, saya Retno."
"Oh, iya Retno, ada apa?"
"Saya mau konsultasi pak, tapi jika boleh tidak di rumah, kalau bapak tidak keberatan, saya ingin bertemu bapak di dekat Lapangan Samber."
"Tentu saja saya tidak keberatan, tapi kenapa tidak di rumah saja, dan mau konsultasi tentang apa?"
"Nanti saya jelaskan di sana saja pak, saya tunggu sore sehabis ashat ya pak."

Pembicaraan terputus, saya bingung kenapa Retno (mahasiswi tercantik di kelasku mengajar, menurutku tentunya) tak mau datang ke rumahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun