Mohon tunggu...
Rahmat Thayib
Rahmat Thayib Mohon Tunggu... Penulis - Sekadar bersikap, berharap tuna silap.

Sekadar bersikap, berharap tuna silap. Kumpulan tulisan saya: http://rahmathayib.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat Siap Rebut Masa Depan

18 Juni 2019   10:15 Diperbarui: 18 Juni 2019   10:25 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjelaskan tentang polarisasi, Politik Identitas dan Tidak Inklusif usai kampaye terbuka di GOR Bima Kota Cirebon, Kamis (11/4/2019). (Kompas.com/ MUHAMAD SYAHRI ROMDHON)

Wacana Kongres Luar Biasa (KLB) yang diusung oknum Demokrat layu sebelum berkembang. Mayoritas Pengurus Daerah Demokrat langsung menolak wacana ini. Mereka juga menyatakan setia kepada Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Meskipun sudah muncul suara-suara agar oknum-oknum itu ditindak tegas, tidak ada gelagat sanksi akan dijatuhkan. Demikianlah nilai-nilai Demokrat bekerja. Perbedaan selalu diterima secara wajar. Tak ada intimidasi meskipun kita semua paham kalau wacana itu amat menyakitkan. Karena dilempar saat Demokrat masih berduka atas kepergian istri SBY, Ibu Ani Yudhoyono.

Di lain sisi, wacana KLB memang premature dari awalnya. Oknum-oknum itu seolah-olah gagal membaca pencapaian Demokrat dalam Pemilu 2019.

Pertama, Demokrat tetap eksis meskipun secara berani telah memilih "berpuasa" dari kekuasaan selama lima tahun terakhir. Setidaknya, sudah tiga kali koalisi pemerintah menawarkan posisi menteri untuk Demokrat. Tapi demi melaksanakan peran sebagai peyeimbang di antara dua poros politik yang kerap bersitegang, Demokrat memutuskan belum saatnya untuk kembali ke dalam pemerintahan.

Kedua, Demokrat tetap bisa bertahan di tengah badai Pemilu 2019 yang tidak sehat. Secara kukuh, Demokrat terus menjaga menjaga integritas berpolitiknya untuk tetap tidak mengeksploitasi politik identitas. Selain itu, Demokrat juga terbebas dari tiga dugaan politik ala marchiavellianisme yang amat mengganggu Pemilu 2019. Tiga dugaan aksi itu adalah mengeksploitasi aparat penegak hukum, kepala daerah dan dana APBN guna kepentingan parpolnya.

Sehingga dapat disebut, Demokrat bukan semata-mata partai yang ingin menang pemilu. Demokrat ingin menang dengan cara-cara yang baik. Demokrat tetap melangkah di jalan politik berkeadaban.

Ketiga, meskipun selama empat bulan, SBY mendampingi perawatan Ibu Ani Yudhoyono, roda organisasi Demokrat tetap berjalan dengan baik. Beberapa kali unsur pimpinan Demokrat, baik Sekretaris Majelis Tinggi, anggota Majelis Tinggi, Waketum, Sekjen, juga komunikator politik menggelar rapat di Singapura. Sementara mesin politik pemenangan Demokrat sehari-hari dlaksanakan oleh Ketua Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono. Semuanya bergulir dibawah kendali SBY sebagai Ketum Demokrat.

Semua ini menggambarkan bahwa semua elemen Demokrat sudah berusaha secara maksimal. Sehingga secara internal, para kader Demokrat paham bahwa mereka tidak perlu saling menyalahkan.

Pencapaian Demokrat di Pemilu 2019 lahir dari kerja keras. Benar, hasilnya tidak sebaik pemilu-pemilu sebelumnya. Tapi demikianlah fenomena politik bekerja. Jatuh-bangun dalam politik itu hal biasa. Silakan rujuk PDIP yang butuh 15 tahun untuk kembali jadi pemuncak Pileg 2014 pasca kejayaan mereka di Pileg 1999.

Semangat kader Demokrat tidak perlu kendor hanya gara-gara hasil Pileg 2019. Jangan pula salah-menyalahkan. Hasil pemilu 2019 justru harus menjadi pelecut kepercayaan diri para kader untuk menyambut konstalasi yang lebih menjanjikan pada Pemilu 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun