Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Foto Ucapan di Puncak Gunung, Sebuah Tren?

7 Agustus 2015   11:34 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah siapa yang memulai, akhir-akhir ini sering beredar di social media foto-foto seseorang sedang berpose di atas gunung dengan selembar kertas berisi ucapan yang ditujukan kepada seseorang. Ucapan itu bisa ditujukan kepada pacar atau mungkin masih gebetan, orang tua atau sekedar ucapan kepada rekan atau teman. Ucapannya pun beraneka ragam. Ada yang mengungkapkan rasa cinta atau sayang semisal kata "I Love You", "Aku Sayang Kamu", "Kapan Nanjak Bareng", dan masih banyak kata atau kalimat lain yang isinya mengungkapkan perasaan.  Meski tak terbatas dengan ungkapan perasaan, ada juga beberapa pendaki yang menulis kalimat untuk orang tuanya semisal, “Cepat Sembuh Pak” dan masih banyak kata-kata yang sering kita lihat di socmed, baik itu serius atau sekedar lucu-lucuan.

Tak jarang mereka yang berfoto dengan ucapan itu sering dijadikan bahan ejekan atau mungkin di-bully. Mereka disebut norak, kampungan, atau banyak lagi sebutan negatif lainnya. Padahal apa yang salah dengan aktivitas berfoto dan menyampaikan ungkapan perasaan seperti itu? Selama aktivitas itu tidak mengganggu dan menyusahkan orang lain. Selama kata atau kalimat yang tertulis di situ tidak menyinggung siapa pun, rasanya sah-sah saja dan tak ada yang perlu dijadikan bahan ejekan atau bully-an. Apalagi jika foto itu hanya digunakan untuk konsumsi pribadi di laman social media mereka dan orang yang disebut dalam ucapan. Mungkin akan berbeda jika hasil foto itu di-posting ke mana-mana di group yang tidak berhubungan, atau menyelipkannya dalam jawaban/reply sebuah diskusi dan jawaban itu tidak nyambung hanya untuk mendapatkan perhatian ataupun top comment. Atau orang yang Anda sebut dalam kertas ucapan itu adalah kekasih atau istri/suami orang…. Itu lain lagi ceritanya....

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tindakan itu akan terlihat ‘norak’ jika kertas yang digunakan untuk berfoto itu ditinggalkan begitu saja sebagai sampah di atas gunung. Padahal kenapa kertas itu harus ditinggalkan dan dibuang? Akan menjadi lebih indah jika kertas itu dibawa turun dan tidak dibuang namun disimpan. Andai suatu saat sang gebetan menjadi kekasih apalagi hingga menjadi pasangan hidup, akan terlihat sangat indah jika kertas itu dibingkai, lengkap dengan foto dan dijadikan kenang-kenangan. So sweet, bukan?

Buat rekan-rekan yang suka naik gunung dan melakukan foto dengan ucapan, tetaplah lanjutkan aktivitas itu. Tak usah pedulikan komentar, ejekan, atau bully-an orang lain yang tidak suka atau tidak setuju. Hanya saja perlu diingat agar tidak meninggalkan kertas ucapan itu sebagai sampah di atas gunung atau di mana pun. Lebih baik anda menulis sesuatu di kertas dan kertasnya dibawa turun daripada menulis sesuatu yang tidak jelas di batu, pohon, ataupun media lainnya di gunung, apalagi di bendera merah putih!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun