Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

H.A.R Tilaar yang Mencintai Pendidikan Kita

8 November 2019   18:08 Diperbarui: 8 November 2019   18:17 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Instagram/MarthaTilaarGroup

Kabar duka datang dari dunia pendidikan. Pada 30 Oktober 2019 seorang tokoh yang telah berkontribusi besar dalam bidang pendidikan Indonesia telah berpulang. Ya, dialah Henry Alexis Rudolf Tilaar atau yang akrab disebut H.A.R Tilaar. Tentunya mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan tahu banyak soal sumbasinghnya dalam memajukan pendidikan bangsa.

Sebagai seorang pendidik dan intelektual, Tilaar telah banyak menelurkan banyak karya, terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan kebudayaan. Banyak formula yang dihasilkannya bagi masa depan bangsa, terkhusus bagi dunia pendidikan.

Suami dari Martha Tilaar ini melalui tulisannya mampu memberikan pandangan yang mencerahkan ihwal pendidikan. Beberapa bukunya banyak menguraikan masalah-masalah pendidikan, mulai dari kurikulum, guru, dan sistem kependidikan kita. Kritiknya teramat tajam, selangkah lebih jauh dari apa yang ada dipikiran awam soal problema pendidikan.

Ia membedah persoalan pendidikan secara mendalam, ia pun mendedahkannya kepada masyarakat secara lugas dalam bukunya sehingga kita mampu mencapai tingkat pengetahuan pada sebab masalah pendidikan sampai ke akarnya. Tilaar memang tidak hanya mengungkap masalah pendidikan dari yang ada dipermukaan saja, ia terus menggali sampai mendapat esensi utama dari setiap permasalahan yang ada.

Tilaar jelas berbeda dari yang lain. Rumusan yang ditelurkannya selalu kritis dan tajam. Tentu ini tidak terlepas dari refleksi mendalamnya ketika hendak dan saat melakukan pengkajian. Tilaar ditunjang dengan kemampuannya melakukan sintesa dari banyak penulis progresif lainnya, dalam konteks pendidikan ia banyak mengambil saripati dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Freire, Giroux, Illich, Gramsci, dan pemikir besar lainnya.

Buku-bukunya, meskipun lebih banyak membahas persoalan pendidikan, namun tidak sekedar membahas masalah teknis dan satu perspektif semata. Tilaar selalu mengkaji masalah pendidikan dalam tinjauan yang multiperspektif. Sehingga hasil kajiannya selain mendalam juga komprehensif.

Selain itu Tilaar juga selalu mengingatkan agar pendidikan kita tidak diam di tempat, dalam arti tidak mau berinovasi dan lepas dari feodalisme. Ia selalu mencoba menawarkan gagasan-gagasan baru demi perbaikan kualitas pendidikan Indonesia. Dari Tilaar jugalah gagasan pedagogik kritis, multikulural, dan transformasi pendidikan terus berkembang dan menambah khazanah keilmuan kita hari ini.

Tilaar boleh sebagai ksatria dalam pendidikan kita dewasa ini. Ia berani menyampaikan kritik pedasnya kepada pemerintah. Misalnya dalam buku "Kekuasaan dan Pendidikan" Secara tegas ia nyatakan bahwa pemerintah telah keliru dalam menerbitkan UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang jelas-jelas akan membuat akses pendidikan cenderung tidak akan berpihak kepada rakyat dengan mengkapitalisasinya.

Hal lain juga ada dalam buku "Membenahi Pendidikan Nasional" yang menyoroti pula permasalahan guru yang ada di Indonesia, dengan serta merta mengkritik pemerintah agar segera mengentaskannya. Seperti yang tadi sudah saya katakan, selain mengkritik Tilaar juga bisa menelurkan mahakarya yang bisa menjadi landasan bagi kemajuan pendidikan, hal itu misalnya tertera dalam buku "Pedagogik Teoretis", "Pedagogik Kritis", "Multikulturalisme", dan banyak lagi yang lainnya.

Hal lain yang saya saluti dari Tilaar adalah betapa besar kecintaannya terhadap pendidikan Indonesia, meskipun dalam pengamatan saya kritik dan gagasannya kadang tidak dihiraukan oleh pemerintah, tetapi ia tetap menulis, ia tetap berkarya bahkan di usianya yang sudah sangat tua.

Kecintaan Tilaar terhadap pendidikan bangsanya memang tidak perlu diragukan lagi, ia mencintainya secara tulus dan ikhlas, walau kadang tak terbalaskan dengan setimpal. Tapi saya percaya, bahwa ia semata-mata berkarya bukan untuk lain hal, selain karena kecintaannya dan cita-cita luhurnya terhadap pendidikan kita.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun