Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tua itu Pasti, Sejahtera itu Dambaan, Maestro Infinite Protection itu Pilihan

20 Juli 2017   21:05 Diperbarui: 21 Juli 2017   07:47 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Old man. Ilustrasi. (data.whicdn.com)

Pernahkah Anda dihadapkan pada suatu kondisi, membaca informasi dari koran tentang pemenang undian atau semacamnya?  Mereka yang beruntung memenangkan undian yang menyediakan hadiah menggiurkan, dana ratusan juta rupiah, misalnya.  Mungkin kita dengan penuh nafsu akan segera membeli undian berhadiah menggiurkan itu. Di pikiran kita akan bilang,  "Ehh siapa tahu saya juga bisa menang."

Satu momen berbeda, saat kita melihat sebuah kecelakaan lalu lintas. Bukan hanya berdampak pada luka-luka/ sakit namun berujung maut. Meninggal dunia. Apa yang terpikir dalam benak kita?

Mungkin kita akan berpikir hidup tak bisa diprediksi, bisa saja suatu saat saya akan terkena musibah kecelakaan juga, bahkan meninggal. Lalu langsung dalam pikiran sekilas terbersit, "Wah kalau sakit, luka-luka, kena biaya besar neh. Apalagi tak punya asuransi yang akan mengkover biayanya. Waduh!"

Namun, setelah itu apakah kita akan segera membeli asuransi? Atau berapa banyak orang yang akan membeli asuransi? Mungkin iya, mungkin tidak. Mungkin hanya ada 5 orang dari 20 orang yang lalu membelinya.

Momen yang berbeda, seperti ketika saya sedang makan di sebuah warung lesehan di Jogjakarta beberapa tahun silam. Saat sedang makan, ada seorang penjual asongan menawarkan dagangannya. Ada tisu yang ditawarkannya. Penjualnya sudah berusia tua, taksiran lebih dari 60 tahun. Usia segetu masih bekerja keras? Mencari uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari? Dimana keluarganya? Tidakkah menyiapkan dana untuk hari tua?

Langsung yang terlintas di benak adalah, "Suatu saat (jika Tuhan berkenan) saya akan seusia bapak itu. Apakah nasibku akan seperti bapak itu? Tua itu pasti bukan? Lalu bagaimana saat sudah tutup usia? "

Cerita di atas merefleksikan sisi sifat psikologis kita, bagaimana kita butuh pemikiran jauh ke depan terhadap hal-hal atau momen yang tak terprediksi yang akan menimpa kita.  Butuh kesadaran lebih untuk menyadari pentingnya merencakan segala sesuatu kemungkinan yang akan terjadi pada kita. Karena kejadian/ musibah tak bisa diprediksi. Bahkan termasuk dalam menghadapi masa tua nanti, soal harta waris dan sebagainya menyangkut saat tutup usia. Disitulah kita berpikir tentang kata "Proteksi".

Hidup dan Ketidakpastian

Dalam mengarungi kehidupan, seandainya kita diibaratkan sebuah bidak, maka kita harus melangkah maju. Langkah maju untuk mencapai tujuan kesejahteraan hidup. Untuk diri dan orang-orang terkasih dalam keluarga. Seberapa jauh, seberapa cepat langkah, bergantung pada keputusan dalam merencanakannya. Perencanaan yang baik akan membawa perjalanan hidup menjadi baik. Selanjutnya membawa ke titik kesejahteraan ke masa depan, ke masa tua kelak.

Merencanakan langkah untuk hidup kini dan masa depan lebih dalam sisi pengelolaan keuangan, terkait erat dengan keinginan hidup sejahtera kini dan nanti. Keinginan yang akan mengantarkan pada titik memutuskan, langkah apa yang akan diambil untuk 'mengamankan' masa depan. Perencanaan dalam tata kelola keuangan menjadi sebuah keharusan.

Perlu perencanaan lebih, yang mengandung makna bahwa perencanaan keuangan yang lebih menjamin sebuah kepastian menghadapi kendala hidup saat ini dan nanti, masa tua. Bagaimana pun kita menuju tua bukan? Terlepas dari takdir berapa usia yang diberikan Tuhan pada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun