Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bayar Pajak dan Ogah Golput, Secuil Kesadaran Seorang Warga Ibukota

17 Agustus 2017   18:59 Diperbarui: 17 Agustus 2017   19:33 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pilpres 2014. (Foto GANENDRA)

"Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu! (John F. Kennedy)

Siapa yang tak tertampar dengan kalimat JFK di atas. Kalimat yang menohok bagi warganegara terkait dengan semangat cinta tanah air, tanggungjawab sebagai warganegara, nasionalisme, ideologi serta rasa kebangsaan. Kita berasa ditagih, apa yang kau ukir di dada patriotmu? Apa yang kau perbuat untuk negaramu?

Aku memaknai kalimat itu terkait dengan status sebagai warganegara sebuah negara. Tentulah yang kumaksud Indonesia, laaa KTPku tiga kali ganti plus Kartu Keluarga tetaplah di provinsi Indonesia kok, yakni di Wonogiri (Jawa Tengah), Batam (Kepulauan Riau) dan Jakarta Barat (DKI Jakarta).

Minimal mesti pindah-pindah domisili, aku tetap memiliki bukti sah sebagai warga bangsa ini - tentunya juga membutuhkan itu untuk segala urusan. Heheee Bolehlah dikatakan aku bukan warga 'bodong'. Ini bentuk kebanggaan, pengakuan pada tanah negeri bukan - disamping karena factor kebutuhan hehee

Lalu apa yang kuperbuat untuk negeri tercinta ini?

Pertanyaan yang bikin keqi ini hahaa. Soalnya aku belum bisa beraksi yang cetar membahana. Aku hanya punya kemauan menjadi warganegara yang baik.

Ogah Golput!

Kamis, 17 Agustus 2017 pagi tadi, aku melintasi di Jalan Raya Serpong saat menuju ICE BSD, Serpong, Tangerang. Deretan bendera merah putih terpampang di pinggiran jalan. Sudah tak banyak penjual lagi, mungkin karena sudah pas tanggal 17 Agustus. Jadi penjualnya mulai berkurang. Deretan bendera merah dan putih bersih itu mengingatkan kembali, ini bulan Agustus. Bulan Kemerdekaan.

Seperti tak sadar aku minggir dan berhenti di penjual yang tinggal satu orang. Aku beli satu bendera merah putih segitiga. Pak Usman nama penjual yang berjualan persis di berseberangan dengan Arhanud 1/1 Kostrad. Pria dari Cirebon itu penjual yang tersisa dari puluhan penjual yang ada di jalan itu.

Bendera jualan Pak Usman. (Foto GANENDRA)
Bendera jualan Pak Usman. (Foto GANENDRA)
Masih teringat jelas di benak, awal tahun ini, deretan bendera-bendera juga kulihat banyak di pinggiran jalan ibukota. Bedanya itu bendera partai! Partai-partai besar yang sedang bertarung di momen Pilpres dan juga Pilkada DKI Jakarta.

Momen Pilpres 2014 silam, serta Pilkada DKI Jakarta yang belum lama berakhir, aku turut andil di dalamnya. Menggunakan hak pilih di momentum penting tentu menjadi hal yang perlu dan penting. Penting untuk turut melaksanakan tanggungjawab menentukan pemimpin yang berarti turut berupaya membangun negara kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun