Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Money

Kiat Hidupkan Usaha yang Hampir Bangkrut

31 Desember 2009   02:23 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 16235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Gawat: modal nol, kas kosong! Barang dagangan hampir ludes. Utang segunung. Yg nagih utang ngantri panjang. Karyawan lemes-lemes. Caci-maki dan kutukan bertebaran. Tambah lagi ancaman penyitaan dari bank pemberi kredit. Juga ancaman ambil secara paksa dari pemberi pinjaman pribadi. Duh ada lagi: sewa tempat usaha habis tahun depan. Pendeknya kami sedang jadi sasaran kekecewaan dan kebencian. Kebangkrutan benar-benar nyata di depan mata! Masih adakah harapan? Mungkinkah bangkit kembali?

Jangan takut, solusi pasti ada. Sekecil apapun peluangya harus dimanfaatkan, katakanlah sampai titik darah penghabisan.....! Berikut ini adalah pengalaman saya pribadi ketika saya sedang terpuruk dan bangkrut. Lalu diberi amanat untuk mengelola sebuah usaha yg hampir bangkrut. Saya dipilih karena tidak ada orang lain yg berani menangani dg resiko begitu tinggi. Kesempatan itu saya terima untuk menghidupkan kembali usaha keluarga yg hampir tewas dan sekaligus untuk menancapkan prestasi agar saya bangkit lagi seperti dulu.  Katanlah: Sekali dayung dua pulau terlampaui, bukan?

DILARANG PANIK!. Pelajaran pertama menghadapi masalah besar dari awal adalah dilarang panik. Kalo tidak ingin makin meruncing dan makin runyam. Seperti yg saya alami sendiri pada awal tahun 2003. Salah satu anggota keluarga menelpon dan minta saya bantu perusahaannya yg dalam keadaan genting. Usaha keluarga berupa Toko Bangan Bangunan dg omzet tertingginya sekitar 3milyar rupiah setahun. Tak ada pengalaman dalam bidang usaha tsb tapi saya tahu managemen perusahaan secara umum. Dan saya paham prinsip-prinsip kepemimpinan dalam menjalankan roda usaha. Walaupun suasana begitu runyam dan mencekam, saya usahakan tampak tenang. Seolah perusahaan tak ada masalah serius (padahal dalam hati sih tegang minta ampun koq dikasih amanat dadakan dalam keadaan kiamat sudah dekat hahaha...).

ANGKAT MORAL BERTARUNG PEGAWAI. Pelajaran kedua adalah perhatikan moral bertarung pegawai. Ketika saya perhatikan seluruh pegawai mengalami demoralisai maka saya adem-ademkan mereka bahwa bulan depan beres semua. Bahkan saya inisiatif naikan honor mereka 20% tanpa ijin dulu dari pemilik perusahaan sekedar untuk menghindari debat panjang sementara si pemilik hanya tertarik mengamankan assetnya saja. Pada saat yg sama saya harus menegakan tertib administrasi, disiplin pegawai dan menertibkan prilaku keluarga pemilik yg terbiasa intervensi urusan perusahaan. Belakangan pemilik dan keluarganya marah-marah kepada saya dg inisitif menaikan honor, dan baru reda sendiri 3 bulan kemudian setelah usahanya mengalami kemajuan.

OPTIMISME SEPARUH DARI PERJALANAN SUKSES. Pelajaran ketiga adalah menancapkan sikap optimis. Yakin bisa berhasil. Itu sudah separo dari kisah sukses. Pesimisme yg berkecamuk dalam pikiran segera buang jauh-jauh dan lupakan. Apapunn yg akan terjadi anggaplah bahwa kebangkrutan secara permanen cuma gertak sambal dari musuh-musuh yg dengki. Untuk menetralisir kepanikan dan keresahan saya ajak pegawai santai di waktu instirahat dan setelah jam kerja. Misalnya main catur rame-rame, maen kartu, maen gaple, jrang-jreng gitaran maen musik, cerita ngalor-ngidul dg humor-humor yg bikin gerrrrr cekakakan.

CARI TAHU TITIK PALING LEMAH & MERUSAK. Pelajaran keempat adalah meneliti biang kerok kehancuran usaha. Di sana yg saya temukan ternyata pengendalian keuangan yg amburadul dg kesalahan-kesalahan mendasar. Ini penyakit umum usaha kecil dan menengah: Pinter jual barang tapi tidak pinter kendalikan uang. Banyak yg pinjam cek/giro tanpa tanggal dan nilai nominal. Banyak pemakaian uang dan barang untuk urusana pribadi tak tercatat. Banyak piutang pribadi dilupakan. Banyak piutang dagang yg dibiarkan tidak tertagih. Celakanya, ini khas perusahaan keluarga, pegawai yg bertugas tak punya wibawa untuk melakukan penertiban saking kokohnya dominasi pemilik beserta keluarga dan sekondangnya.

Dari titik-titik lemah inilah saya lakukan penertiban besar-besaran tanpa pandang bulu. Bahkan untuk sekedar kas bon Rp.5000,- si pemilik kudu tandatangan di slip Pengeluaran Kas. Syukurlah sang pemilik yg sudah panik rela menyerahkan semua kebijakan dan operasional toko kepada saya asal usahanya selamat. Soalnya ini urusan hidup-mati bagi keluarganya di mana keluarga besar sangat mengandalkan usaha tsb untuk kebutuhan hidup mereka.

Kebangkuran usaha di sini bisa berarti kematian bagi hampir seluruh anggota keluarga besar. Kebetulan saat itu dampak kriisis moneter masih melanda dg hebat yg berakibat banyak anggota keluarga besar gulung tikar. Toko yg satu ini gawang terakhir! Kepanikan keluraga pemilik juga dipicu oleh desas-desus bahwa beberapa usaha serupa sedang gulung tikar padahal mereka punya modal sangar kuat. Nah yg saya tangani ini modalnya nol: jumlah stock barang senilai dg jumlah hutang dagang, kas hampir kosong, piutang hampir macet semua.

JANGAN HIRAUKAN PUJIAN. Pelajaran keempat adalah bekerja keras dg target usaha meraih peningkatan semaksimal mungkin dg mengutamakan kepentingan perusahaan, bukan pribadi manapun. Profesionalisme. Tidak penting apakah si pemilik memberikan pujian, yg penting kita berhasil mengangkat usaha dari tepi jurang ke tengah lapangan yg luas untuk bernapas. Di sini saya kadang inisiatif ambil keputusan yg tidak sejalan dg kepentingan pribadi si pemilik. Resiko dipecat pasti ada. Tapi saya yakin bila argumentasi kita kokoh dan hasil akhir perusahaan mengalami peningkatan maka inisiatif dan resiko harus diambil. Misalnya atas penigkatan usaha yg nyata dalam tempo 3 bulan maka saya tambahnkan tunjangan karyawan, fasilitas kerja karyawan.

MEREBUT KEMBALI KEPERCAYAAN. Tak disangka kebijakan-kebijakan yg saya ambil dahsyat dampaknya kepada suasana kerja. Saya pendatang baru 3 bulan tiba-tiba direken pahlawan oleh pegawai. Mereka sangat berharap saya tidak pernah meniggalkan mereka. Moral bertarung pegawai meningkat dg pesat. Kebangkrutan semakin jauh di mata. Senyum dan tawa membahana. Bahkan para sales-sales yg tadinya cemberut-cemberut takut tagihannya tak terbayar, sekarang berlomba membujuk saya agar order barang sebanyak-banyaknya kepada mereka. Mereka bilang mereka percaya kepada kami. Luar biasa, ini yg saya kejar: MEREBUT KEMBALI KEPERCAYAAN.

SPEKULASI DAN AMBIL RESIKO DICACI-MAKI. Perusahaan yg sudah mulai masuk blacklist berhasil come back berkat lancarnya cicilan hutang. Sebetulnya saya juga lakukan sedikit spekulasi dg berikan banyak giro mundur kepada supplier, padahal kas kosong melompong. Apa boleh buat, cuma itu caranya agar supplier mau drop barang lagi. Syukurlah hanya sekitar 10% giro yg jebol. Saya juga sempat gonta-ganti bank dan menyiapkan cek/giro dari beberapa bank atas nama saya. Beberapa kali rekening ditutup. Entah berapa kali dicaci-maki para supplier dan staff bank. Masa bodoh, saya terima makian mereka dan memaklumi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun