Mohon tunggu...
Rafly Febriansyah
Rafly Febriansyah Mohon Tunggu... Security - Scavenger Poem

Ada yang harus aku tuju, kemudian aku buat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Tentang Perempuan yang Berenang dalam Renung

20 September 2019   01:26 Diperbarui: 21 September 2019   16:45 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentang Perempuan yang Berenang dalam Renung (Foto: Dokumentasi pribadi)

Sepenggal pelampung yang hanyut
di dalam kekalutan yang bergenang tak berujung
menikam perahu yang berlayar tanpa dayung
merampas semua dekapan air yang berlindung di balik karang,
semua ombak tertimbun pengap tak bersuara
tertutup dengan kekalutan tanpa nama.

Ada perempuan
yang menyelam dengan keberanian
merenggut semua perihal yang tenggelam;
pasir, karang, ombak, perahu, dan angin laut
semua terapung ke atas untuk menghela napas.

Laut bertanya kepada perempuan itu
tentang kedatangannya yang seperti rasian
"Apakah kau datang dari surga?"

Langit menjatuhkan hujan
mengisi kembali air laut yang kering di dalam kalut.
Burung-burung mengiringi bantuan
dengan irama indah yang keluar dari kepakan sayapnya,
lalu perempuan itu menjawab dengan lembut
tanpa tersamar oleh kebisingan angin
"Aku datang dari laut yang tak berair"
"Lantas kenapa laju kaki dan tanganmu mahir sekali untuk menenangkan air?"

Ombak melepas culas dengan mengayunkan air
seperti kuda yang terkurung beberapa windu
dan seketika liar ketika dilepas untuk berkelana keliling kebun penuh rumput.

"Aku belajar berenang di dalam renung, sebelum hujan menupahkan air memenuhi laut, sebelum laut memanggilmu untuk menempati namanya"
"Ajarkan aku untuk bisa sepertimu"
"Kau sudah tua renta, jari jarimu akan keriput jika terendam air"
"Bukannya belajar itu tidak ada batas usia?"
"Kenapa kemauan belajarmu tidak turut timbul sedari kau dilahirkan? Sekarang rasakanlah, bagaimana laut tidak lebih ahli untuk menyelami genangan airnya sendiri. "

Sekejap burung-burung berhenti bernyanyi
ombak-ombak belum puas dengan kelepasanannya
angin-angin pun sunyi untuk menghebuskan perahu berlayar.

Laut terdiam tunduk
merenung tetapi tidak berenang,
seluruh ombak menghantam kalut
air laut kembali tenang selepas perempuan itu pergi.

Rafly Febriansyah 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun