Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Covid-19 dan Krisis Kesadaran

30 Maret 2020   03:57 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:23 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wabah virus corona atau covid-19 telah membuat kita sadar betapa pentingnya kualitas kesehatan. Pola hidup sehat adalah prioritas utama demi mengurangi potensi terserang berbagai penyakit. Walau dikaji dari sudut pandang manapun, ternyata tubuh sangat berpengaruh terhadap segala sektor kehidupan.

Faktanya menerapkan pola hidup sehat tidak sesederhana itu. Coba perhatikan, saat pemerintah mengeluarkan kebijakan Social distancing. Berapa banyak orang yang sadar bahwa beleid itu merupakan bagian dari upaya menjaga kualitas kesehatan. Bahkan himbauan agar tidak nongkrong di warkop, dipandang sebagai kebijakan politis. Padahal jika dipikir lebih dalam lagi, ada sisi edukasi di dalamnya. 

Berbicara soal warkop. Membayangkan ratusan pengunjung yang datang, berapa kali mereka menyentuh meja dan kursi. Apalagi pengunjung jarang cuci tangan dan ganti pakaian. Contoh lain, tempat hiburan malam. Di mana menjadi tempat paling disenangi saat malam hari dan paling susah ditutup. Tidak sedikit orang - orang menggunakan jasa hiburan itu. Pernyataannya siapa yang tahu diantara kerumunan itu ada yang terpapar penyakit menular. Ditambah lagi contoh lainnya berkaitan dengan imunitas seseorang.

Akibat kondisi ini, kini pemerintah terbelenggu dalam opsi - opsi. Di satu sisi ingin melindungi warganya melalui Social distancing,  di sisi lain ada desakan harus lockdown. 

Situasi menjadi semakin karut marut saat banyak pejabat daerah mondar - mandir dari daerah terpapar. Apalagi mereka yang sibuk mencari rekomendasi. Tidak salah, tapi mari berpikir mana yang prioritas. 

Hingga Ahad (28/3/2020), total pasien yang positif terinfeksi covid-19 mencapai 1.285 kasus. Sementara total pasien meninggal sebanyak 114 orang dan pasien sembuh sebanyak 64 orang. Angka tersebut tentu sangat mengagetkan. Ditambah lagi masih banyak warga yang pernah bersentuhan dengan pasien positif tapi belum diisolasi. Di samping itu jumlah PDP memberikan potensi bertambahnya kasus positif covid-19. 

Berdasarkan sebaran kasus per provinsi, pada Sabtu (28/3/2020) terdapat 29 provinsi yang ditemukan adanya kasus positif. Separuh lebih kasus positif Corona terdapat di DKI Jakarta dengan total pasien covid-19 sebanyak 675 kasus. Diikuti Jawa Barat 149 kasus, Banten 106 kasus, Jawa Timur 90 kasus, dan Jawa Tengah 63 kasus.

Tidak menutup kemungkinan lonjakan kasus akan meningkat tajam pada minggu-minggu - Minggu berikutnya. 

sultengterkini.com
sultengterkini.com
Melihat data di atas, sepertinya strategi memutus penularan virus Covid-19 belum cukup sukses. Salah satu fenomena paling sulit dibendung, warga selalu menilai aman - aman saja selama belum ada kasus positif. Tempat hiburan belum ditutup, cafe dan warkop masih menerima pengunjung. Nanti ada kasus positif, barulah tempat berkumpulnya massa dalam jumlah besar di tutup. Sebut saja tempat karaoke pasti masih buka, beranikah pemerintah menutup dan menyadarkan warga bahayanya tempat seperti itu.

Di sisi lain, kebijakan pemerintah belum terlalu menyentuh pada aspek kesadaran warga. Andaikan pemerintah dan aparat keamanan diberi wewenang menindak, tentu seluruh tempat berkumpulnya massa dalam jumlah banyak langsung ditutup. Faktanya, setelah aparat datang memberi himbauan agar membubarkan diri, tidak lama kemudian situasi kembali seperti semula. Kejadian itu selalu ada di Warkop.

Sebenarnya strategi pemerintah adalah menjaga yang sehat agar tidak tertular dari yang terinfeksi corona. Karena itulah penularannya harus diputus. Karena penyakit ini pasti menular dari orang yang sudah positif. Namun kesadaran diri untuk stay at home tampak belum efektif. Bukan hanya orang tua, anak - anak dibiarkan berkeliaran di luar rumah. Nanti sudah tertular, barulah mengeritik minimnya APD dan fasilitas pelindung diri lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun