By: Radixx Nugraha
Sabtu hari kemarin (14092013) saya pergi ke Jakarta, menengok saudara.
4 hari sebelumnya, setelah menimbang nimbang antara waktu tercepat, kedekatan dengan tempat saudara, dan keuangan, saya memutuskan untuk mencoba naik kereta ekonomi AC. Saya segera membeli tiket kereta api di Indomaret. Saya mendapatkan kursi duduk di kereta api Tawang Jaya, berangkat hari sabtu pk 7 malam.Harga tiket tersebut 45 rb, tetapi saya diharuskan membeli juga 1 mie indomaret seharga 7500. Total biaya yang saya keluarkan adalah 52500.Saya segera menyerahkan uang tersebut beserta identitas diri KTP saya kepada kasir.
Sebagai Backpacker amatir, hari Jumat Malam saya berangkat ke Pasar Sapi Salatiga, tempat bis bis kecil yang mengangkut penumpang dari Salatiga ke Stasiun Poncol berada. Saya mensurvei harga perjalanan dari Salatiga ke Stasiun Poncol semarang, dan saya mendapatkan perkiraan harga di kisaran 8 rb. Saya segera pulang untuk bergegas menyiapkan perjalanan.
Sabtu pkl 3 sore saya segera bergerak ke pasar sapi salatiga dan berangkat ke semarang dengan minibis merah dengan nomor H 1712 C. Pkl 3.30 sore. Sang kondektur menagih uang 10 rb. Penumpang yang lain ada yang ditarik 12 rb. Saya sebenarnya hendak protes karena Jumat malam saya sudah survei harga, tetapi karena saya hendak melakukan perjalanan jauh, saya ikhlaskan saja uang 2 rb tersebut. Hitung hitung membayar doa sang kondektur agar saya sampai dengan selamat dan dimudahkan sampai Jakarta.
[caption id="attachment_279765" align="alignnone" width="614" caption="Minibis H 1712 C."][/caption]
Sang kondektur, dengan tubuh yang gemuk tertawa tawa, serta berkata kepada para penumpang yang lain bahwa ia berencana mendapatkan untung satu juta rupiah pada perjalanan pulang pergi salatiga semarang ini, serta dia memiliki posisi tawar yang kuat untuk menaikan harga karena dia adalah kendaraan terakhir yang mengangkut penumpang dari Salatiga ke Stasiun Poncol, dan waktu untuk kereta berangkat kurang tiga jam lagi.
Minibis terus berjalan dan semakin lama semakin penuh sesak orang, di sebelah saya ada penumpang yang membawa bayi usia 7 bulan berusaha meredakan tangisnya. Suhu didalam minibis cukup panas karena jalur lalu luntas macet di Bawen dan Ungaran, serta minibis yang saya tumpangi membawa penumpang sebanyak 3 kali lipat jumlah yang bisa dia tanggung. Saat itu saya seperti dapat merasakan apa yang dialami pindang ketika dia dimasak sampai dijual ke pasar. Didalam hari saya membatin, hmm... pantas bisa mentarget untung satu juta.
Pkl 6 sore, sampailah saya di stasiun poncol. Disana saya menukarkan struk belanja di Indomaret dengan tiket resmi dari stasiun. Saya segera bergegas memasuki kereta api Tawang Jaya, walaupun didalam kereta saya harus menunggu 1 jam sampai kereta berangkat. Saya penasaran, seperti apakah kereta api ekonomi AC rasanya.
[caption id="attachment_279766" align="alignnone" width="614" caption="Stasiun Poncol Semarang"]
Kereta Tawang Jaya memiliki 4 buah gerbong, dimana tiap gerbong terdiri dari 23 deret kursi warna hijau, Tiap deret kursi menampung 5 orang. Saya mendapati urutan saya di gerbong no 2 dengan deret kursi no 13 c. Tiap deret kursi genap dan ganjil disusun berhadap hadapan dengan jarak antar kaki 10 cm. Sepanjang malam saya tidak dapat meluruskan kaki saya karena kaki penumpang lain menghalangi..