Mohon tunggu...
Rachmawan Deddy
Rachmawan Deddy Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional

Sarjana Pertanian yang berladang kata-kata. Penulis buku Jejak PKI di Tanah Jambi dan Jejak Sejarah Lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Dia Sekolah Tanpa Guru

28 Maret 2011   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:22 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru, tak semuanya membanggakan. Selalu saja ada nila setitik yang merusakkan susu sebelanga. Lihat saja berita ironi dari Jambi ini. Bisa-bisanya ada sekolah, ada siswa, tapi gurunya entah ada di mana.

Bagaimana mungkin, enam bulan lamanya sekolah yang telah berdiri sejak lama itu tidak ada guru. SMPN 4 Rantau Pandan, Desa Leban, Kabupaten Bungo. Di sekolah yang awalnya merupakan sekolah satu atap inilah puluhan siswa telantar, atau tepatnya ditelantarkan.

Cerita teman yang melaporkan berita ini, dulu SMP ini gabung dengan SD negeri. Baru pada tahun 2009, SD dan SMP ini berdiri sendiri.

Walhasil, perlahan, guru yang mengajar di sana memilih mengajar di SD. Mau tahu berapa orang yang tesisa sekarang? Hanya 3 orang yang berstatus PNS. Satu kepala sekolah, satu Tata usaha, dan satu lagi petugas sekolah.

Beberapa guru honor yang ditugaskan di SMP yang berjarak 30 kilometer dari Kota Muara Bungo, ibukota Kabupaten Bungo itu pun entah bagaimana ‘mundur teratur’, entah tak digaji atau gajinya tak sesuai pengharapan.

Seperti diberitakan tribunjambi.com , kini sudah enam bulan siswa di sana tak belajar. Mereka tetap datang ke sekolah, kendati tak mendapati guru yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa itu (Oh tuhan, padahal bapak ibu mertuaku guru, syahdan demikian istriku).

Aneh bukan? Bahkan kata teman yang menuliskan berita ini, kepala sekolah pun sangat jarang-untuk mengatakan tidak pernah-ke sekolah.

Provinsi Jambi dengan 11 kota dan kabupatennya secara geografis, kepadatan penduduk sangat jauh dibanding Pulau Jawa. Acap sekali sekolah-sekolah di desa terpencil tak dilirik oleh para guru. Memang tak semua seperti itu, tapi tentu tidak semua juga yang tulus dan menjalankan tugasnya secara benar. Dalam artian, rela ditempatkan di tempat terpencil di pelosok.

Beberapa teman juga pernah melaporkan, banyak sekolah yang kekurangan guru. Setelah ditempatkan mereka mengajukan pindah ke ibukota atau tempat yang aksesnya relatif terjangkau. Ironisnya, pejabat di dinas terkait tetap saja menyetujuinya. Lalu siapa yang salah? Guru yang menceerdaskan bangsa, di mana dia?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun