Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bau Kentut Diantrian Pembayaran PBB

22 Juli 2017   11:22 Diperbarui: 22 Juli 2017   11:58 2873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAU KENTUT DI ANTRIAN PEMBAYARAN PBB

Oleh : Hendra Wijaya

 

Sudah enam tahun Pajak Bumi dan Bangunan  (PBB)  tanah dan bangunan rumah kami belum dibayar. Terus terang ini tidak sengaja. Alasannya sederhana." Lupa!". Kami baru tersadar kembali, setelah Pa RW di lingkungan kami sebulan yang lalu datang ke rumah dan menanyakan, "Apakah Surat Tagihan Pajak Bumi dan Bangunan sudah ada yang nganterin tahun ini ?". "belum ada pak, bahkan udah dua tahun ini belum ada yang nganterin pa..". Jawab kami, lugu. "wah..itu tandanya SPPT nya udah di blokir pa..kalau sudah lima tahun belum bayar pajak PBB, SPPT di blokir pa...!" tegas Pa RW." Di blokir gmana pa..". " ya..di blokir/ditutup sementara  sama Dispenda pa.. "duh..terus gmana pa..!" jawab kami, dengan raut wajah bingung.

"Bapa harus membuka blokirannya pa..prosesnya pertama bapa harus ke Dinas Pendapatan Daerah Cabang Kukun, disana minta formulir untuk membuka blokir , oya..sebelumnya disana bapa harus minta print out data tahun yang belum dibayar dan berapa tagihan Pajaknya pa. Yang harus dibayar terlebih dahulu yaitu tahun awal bapak belum bayar pajak sampai dengan tahun ke-lima setelahnya. Nah..setelah  dibayar yang lima tahun itu, bapa bawa formulir yang sudah dilengkapi dengan surat-surat keterangan penunjangnya ke Tiga Raksa, ke Dinas Pendapatan Daerah Kab. Tangerang.!" Terang Pa RW panjang lebar. "duh...". jawab kami,sambil tepok jidat.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Besoknya aku langsung meluncur ke Kantor Kecamatan Rajeg, Kab.  Tangerang yang tak jauh dari tempat tinggalku.  Disanalah, disalah satu pojok area kompleks Kantor Kecamatan Rajeg itu terdapat kantor Pelayanan Pajak. Setelah ku temukan, diteras kantor itu sudah banyak  orang, ada yang berdiri bergerombol, ada yang duduk ngerumpi bergerombol, ada yang duduk berjajar di pinggir dinding tembok pagar beralas batu. Aku mencoba terus masuk kantor itu, menerobos 'gerombolan' antrian pengunjung. Ruangan  kira-kira 6 x 6 meter itu sudah dipadati oleh pengunjung dengan berbagai keperluan. 

Dua baris kursi pengunjung kapasitas @ 4 orang penuh di duduki pengunjung. Sisanya berdiri. Kulihat beberapa meja pelayanan di ruangan itu antara lain : meja pelayanan print out, meja pelayanan informasi dan penyediaan form, meja pelayanan  SPPT,  dan ruang Loket Pembayaran Pajak. Yang paling  mencolok pandanganku adalah ruang loket pembayaran pajak.  Ruangan Loket dengan satu lubang pelayanan itu seperti diserbu pengunjung. Pengunjung berdiri di depan loket, bergerombol, berdesakan. Petugas didalamnya terdengar samar memanggil wajib pajak dari ruangan itu satu persatu  berdasar urutan tumpukan tagihan SPPT yang ditaruh pengunjung di tengah lubang loket pembayaran.  

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Karena suara petugas  tak terdengar saat memanggil nama wajib pajak, para pengunjung yang berdir di depan loket dengan berteriak teriak meneruskan panggilan si petugas kepada pengunjung lainnya. Suasananya mirip  seperti di dalam pasar tradisional tempo dulu. Berdesakan, aroma yang 'ga jelas', wajah wajah penuh harap,cemas, kesal,  kecewa, marah,tatapan mata kosong dan pasrah. Akupun ikut antri, berdiri, bergerombol, berdesakan-pasrah, menanti sang petugas memanggil namaku. Tiba-tiba dari barisan yang bergeromboldi depan loket terdengar keluhan seorang  bapa tua. " duh..ini bau amat..siapa yang kentut ni...!" katanya setengah berteriak.

Tak lama lelaki tua keluar dari 'gerombolan' barisan depan loket. 'Gerombolan' antrian barisan depan mendadak buyar, rata-rata sambil menutup hidungnya. Semua mata memandang sendu, semua bibir tersenyum  sinis, semua kepala menggeleng pelan. Barisan depan loket jadi kosong. Tak lama, setelah kami menunggu selama satu jam, setelah berdesakan, berdiri, menikmati harumnya kentut,tiba-tiba petugas Loket Pembayaran Pajak mengumumkan "Bapa Ibu Internetnya Off Line...!".  sesaat suasana hening. Semeneit kemudian, dengan suara pasrah dan kecewa seorang ibu setengah baya menguatkan diri untuk bertanya.

"Duh..kapan on linenya lagi pa..?".  "em...tau yah bu..kadang nggak tentu..mungkin bisa sampai dua jam lagi...atau bapa ibu..besok kesini lagi aja..!". Suasana menjadi riuh. Marah, kecewa tergambar dalam wajah-wajah pengunjung. " Ini kita mau bayar aja ko susah amat ya..padahal kita mau kasih duit..ih..ko ribet gini..cape dech..!" gerutu para pengunjung. "Bapa ibu..bagi yang ingin bayar pajak yang tidak menuggak tahun lalunya bisa bayar pajaknya di BJB, Alfa  Mart atau Indomart ya..!". kata seorang petugas. " Lah..saya kan tadi dari sana pa..di BJB dah ngantri lama eh..Off line, pindah ke Alfa Mart..pindah lagi ke Indo Mart...sama juga..Off Line..Cape dech..!". 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun