Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Pejuang

18 Agustus 2017   13:08 Diperbarui: 18 Agustus 2017   13:17 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Izinkan dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI Ke-72 ini, saya ingin menyapa para Guru yang mulia yang tersebar di seluruh peloksok negeri. Salam sejahtera, semoga selalu  diberi kekuatan, ketabahan,keikhlasan dan keberkahan oleh Alloh SWT. Zaman sudah berubah, 72 tahun silam dan sebelumnya kita masih hidup di zaman Kolonial. Kita diatur oleh Kolonial ,sangat sedikit kebebasan yang bisa dilakukan. Usai proklamasi kemerdekaan, sedikit demi sedikit berbagai kebebasan sebagai sebuah bangsa yang merdeka kita raih hingga saat ini. Kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan memilih pekerjaaan, kebebasan berpendapat, kebebasan menjalankan ibadah adalah buah dari tanaman yang bernama proklamasi kemerdekaan yang kita nikmati hari ini.

PERJUANGAN GURU MASA KOLONIAL

Sejak zaman kolonial, profesi guru sudah ada di Indonesia. Profesi guru disematkan kepada orang yang kesehariannya, pekerjaannya mengajarkan sesuatu ilmu atau pengetahuan atau keterampilan tertentu  kepada murid-muridnya, baik dilembaga lembaga pendidikan non formal  maupun formal. Zaman kolonial Belanda para guru di sekolah formal umumnya adalah tamatan bermacam-macam sekolah guru yang ada saat itu, seperti Normalschool (NS), Kweekschool (KS), Hongere Kweekschool (HKS) dan banyak lagi. Walau Mereka lulusan sekolah 'bermerk' Kolonial, namun tak menghalangi mereka untuk bertekad mencerdaskan kehidupan masyarakatnya, khususnya kaum pribumi Indonesia. 

Namun demikian pada saat itu ada perbedaan hak dan kedudukan yang mencolok antara Guru pribumi dan guru yang berdarah kaum penjajah.  Untuk mengukuhkan perjuangan para guru pribumi saat itu, pada tahun 1912, para guru pribumi membentuk organisasi guru yaitu Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Saat itu PGHB yang anggotanya adalah para guru pribumi dengan semangat  menggelora memperjuangkan persamaan hak dan kedudukan dengan pihak Kolonial Belanda. Perjuangan PGHB cukup  berhasil, kepala sekolah HIS yang  biasanya di jabat oleh Kaum penjajah Belanda mulai  bisa bergeser di jabat oleh Kaum Pribumi. Perjuangan para guru yang awalnya hanya memperjuangkan hak dan kedudukan yang sama dengan kaum kolonial meluas menjadi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka, Indonesia yang terbebas dari cengkraman penjajahan bangsa  asing. Seiring dengan meluasnya perjuangan para guru, PGHB dianggap sudah tak relevan saat itu.  Organisasi  sebagai alat perjuangan baru dibentuk tahun 1932 yaitu Persatuan Guru Indonesia (PGI), dengan semangat perjuangan baru yaitu mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka.  

Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata "Indonesia" yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Namun dengan semangat yang tinggi, walau penuh dengan resiko, guru-guru pribumi yang tergabung dalam PGI jalan terus, mengobarkan semangat nasionalisme bagi para peserta didiknya sampai betul-betul akhirnya Indonesia menyatakan dirinya sebagai sebuah negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945.

PERJUANGAN GURU MENGISI KEMERDEKAAN

Kini Indonesia sudah 72 tahun merdeka, tidak berarti perjuangan guru Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan agen nasionalisme usai.  Penjajah Belanda dan Yang lainnya secara fisik sudah tidak ada lagidi Indonesia, tapi justru tantangan dimasa merawat kemerdekaan saat ini   guru dihadapkan kepada berbagai masalah yang lebih kompleks menyangkut upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memupuk terus rasa nasionalisme bagi peserta didik.  Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi adalah berkah sekaligus tantangan bagi para guru dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan IPTEK juga telah mengubah peradaban manusia. 

Guru adalah agen sosialisasi utama bagi masyarakat dalam menyampaikan, mempraktekkan, bahkan menjadi bagian dari upaya mengembangan IPTEK itu sendiri. Namun bagaimana dapat mencerdaskan kehidupan bangsa kalau gurunya sendiri tak paham atau tak menguasai  perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Inilah tantangannya. Dizaman mengisi kemerdekaan ini guru diberi kebebasan dan kesempatan untuk terus memupuk dirinya, mengembangkan dirinya, dalam memahami, menguasai IPTEK. 

Pemerintah melalui Undang undang guru dan dosen telah mewajibkan setiap  guru harus serendah rendahnya Sarjana Strata Satu,ini  adalah upaya pemerintah untuk 'memaksa' para guru atau siapapun yang ingin berprofesi guru  untuk terus belajar, memupuk dirinya, mengembangkan dirinya untuk memahami, mempraktekkan dan mengembangkan IPTEK agar terjadi peningkatkan kualitas guru Indonesia yang berimbas pada peningkatan masyarakat Indonesia secara umum. Berbagai pelatihan penguatan profesi di selenggarakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga swadaya masuarakat. Bukan hal mudah untuk memenuhinya, butuh perjuangan dari para guru saat ini untuk memenuhi hal itu. Bagi guru yang sudah usianya tak muda lagi, namun belum Sarjana Strata Satu tentu  perjuanganya  untuk meraih gelar sarjana strata satunya jauh lebih kompleks dibanding dengan guru-guru yang masih usia muda.  

Perlu semangat, perlu dukungan keluarga, perlu waktu, perlu biaya. Keberhasilan studinya adalah buah dari perjuangan mereka yang luar biasa. Bahkan banyak guru di Indonesia saat ini, dalam rangka untuk terus  memupuk dirinya,mengembangkan dirinya sebagai  seorang Guru melanjutkan studinya sampai ke jenjang Sarjana Strata Dua (S2). Semua itu dalam rangka berjuang untuk mecerdaskan  dirinya sebagai guru dan mencerdaskan kehidupan bangsa secara umum.

Selain itu, Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah mengubah gaya hidup, pola interaksi  dan komunikasi masyarakat. Tekhnologi, melalui jaringan internet, melalui  komputer, Handphone atau alat komunikasi  lainnya memungkinkan manusia saat ini untuk berinteraksi secara langsung betapapun jauh satu sama lain berada layaknya bertemu secara langsung di dunia nyata. Informasi di berbagai belahan dunia yang terjadi saat ini begitu cepat dapat diterima kapanpun dan oleh siapapun. Semua orang dapat saling tukar informasi, dan saling mempengaruhi oleh informasi yang mereka berikan. Informasi-informasi itu ada yang benar,fitnah, bermanfaat, provokasi, bohong, adu domba,  penyebaran faham,  dll. Manusia di dunia saat ini seperti kumpulan semut dalam sebuah daun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun