Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Kisah Keluarga Atmali & Muskiah

16 Agustus 2017   16:31 Diperbarui: 16 Agustus 2017   16:40 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEPENGGAL KISAH KEHIDUPAN KELUARGA ATMALI + MUSKIAH

Ditulis dan disusun oleh : Hendra Wijaya

Sepenggal kisah kehidupan keluarga Atmali + Muskiyah ini diceritakan oleh Yati Setiawati binti H.Halimi bin Atmali, putri pertama dari H.Halimi  bin Atmali. Beliau Pernah  menikmati kebersamaan dengan Bapa Atmali dan Muskiah sampai kelas 3 SD.

sumber: dok.pribadi
sumber: dok.pribadi
Alkisah dahulu pada 'zaman gerombolan' DI TII, Gerombolan PKI sekitar tahun 1948-an dan masa pendudukan kembali kolonial Belanda di Indonesia,  hiduplah sepasang suami istri bernama  Atmali dan Muskiah di dusun Cimahi yang sekarang masuk wilayah Desa Karang Baru, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. 

sumber: jadhomes.com
sumber: jadhomes.com
Dirumah panggung khas sundanya yang besar dan luas, mereka hidup dengan lima orang anaknya : Suharta, Caswita, Kasni, Warmah dan Saryan (Halimi).  Sebuah mushola kecil berbahan kayu dan bambu dan beratap ijuk  yang dibuatnya,  biasa digunakan masyarakat untuk sholat berjamaah  berada disamping  rumahnya. Banyak masyarakat di sekitar yang sering datang  dan berkumpul  ke rumah itu dengan berbagai keperluan. Ada yang hanya ingin ngobrol ngalor ngidul saja, ada yang ingin bantu-bantu menyelesaikan pekerjaan rumah, tapi ada juga yang datang khusus untuk berobat. Makanan dan minuman ala kampung tak pernah kurang tersaji.  Betapapun banyaknya tamu, tak ada cerita kekurangan sajian makanan. Terkadang makanan datang dari berbagai penjuru tetangga. Tuan rumah dengan ramah dan tulus menerima semua tamu.

Ki  Atmali begitu sebutannya saat itu, dikenal  banyak orang di sekitar kampungnya (Jagra, Karang baru, Cimanggu, Cijambu, Gandol, Garajati) , bahkan sampai  jauh di luar kampungnya ('daerah kidul' : Babakan, Ciwaru, Ciniru bahkan sampai dekat ke daerah Tasik) sebagai orang yang suka dimintai 'tolong' untuk  menyembuhkan berbagai penyakit yang di derita oleh banyak masyarakat  di berbagai tempat itu. Untuk memenuhi banyaknya  undangan untuk pengobatan masyarakat yang jauh itu,terkadang Ki Atmali harus meninggalkan rumah berhari-hari. 

Putra pertama Ki Atmali, Suharta dan Putra Bungsunya, Saryan (Halimi), Kerap diajaknya untuk menemani perjalanannya. Cara pengobatan Ki Atmali  hanya menempelkan telapak tangan kanannya saja di atas kepala pasiennya, lalu beliau berdoa kepada Alloh dalam hati, bibirnya tak lepas dari senyum kadang dengan pasiennya beliau mengobati sambil ngobrol santai, selepas  itu pasien diminta minum air putih di botol gelas (botol sirup) yang sudah pasien bawa dari rumah masing-masing.  Sebagai tanda terimakasih, masiarakat umumnya memberinya berbagai  oleh-oleh : beras, jagung, pisang, manggis, dukuh, Gula merah, kelapa, dan lain sebagainya. Karena pulangnya sering membawa oleh-oleh Gula Merah, banyak tetangga yang pesan Gula merah ke Ki Atmali kalau beliau melakukan pengobatan ke daerah 'kidul'. Sehingga muncul kesan Ki Atmali seperti pedagang Gula, padahal Ki Atmali hanya memenuhi pesanan saja, itupun kadang 'orang kidulnya' karena kasihan ke Ki Atmali, mereka dengan suka rela membawakan pesanan tetangga Ki Atmali langsung ke Cimahi.

sumber: sepanjangjkwordpress.com
sumber: sepanjangjkwordpress.com
Setelah putra putri Ki Atmali dewasa, mereka semua berumah tangga.  Suharta, putra pertamanya menikahi Kasem dan tinggal di Garajati, Caswita menikah dengan Jaya tinggal di Cimahi, Kasni juga menikah dan tinggal di Cimahi, Warmah menikah  dengan San Nukri tinggal di Jagra dan Saryan (Halimi) menikahi Kesih, tinggal di Jagra.  Suatu waktu, saat itu gerombolan DI TII merajalela ke kampung kampung.  Rumah penduduk banyak yang dibakar. Salah satunya rumah  pasangan Suharta dan Kasem yang saat itu telah memiliki putra yang masih kecil yang masih sekolah: Nasam Suharta.

Selain dikenal sebagai 'dokter' kampung,  tukang Gula merah, Ki Atmali juga dikenal  karena  memiliki kesaktian. Misalnya suatu waktu, dihutan ada dua kerbau yang jatuh ke jurang.  Semua  penduduk gaduh. Lalu ada seseorang bernama Jaya, suami  dari Casita putri ke-3 Ki Atmali yang dengan kesaktiannya dapat mengangkat  seekor kerbau besar  yang jatuh di jurang itu  dengan kedua tangannya dan membawanya ke atas seperti membawa bayi. Sementara Ki Atmali, ketika beliau diminta  untuk membantu masalah itu, Ki Atmali datang ke TKP lalu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk  kerbau besar  yang satunya yang jatuh di jurang itu dan berkata " ayo bangun kerbau, naiklah keatas !".  dengan kuasa Alloh, kerbau itu bangun dan berjalan sendiri menuju ke atas.  Dari peristiwa itu, masiarakat sangat hormat,  tak zim sama Ki Atmali, tapi sangat takut sama Pa  Jaya. "ih..takut di diangkat dan dibanting sama Pa Jaya mah..!" gerutu masiarakat. Ada juga cerita, jika hendak kedatangan tamu yang cukup banyak, dan Mbu Maskiah bilang "duh..kalo ada ikan buat menjamu tamu kayanya enak ya Ki..!", dengan cepat Ki Atmali pergi kesungai dan dengan cepat pula beliau kembali dengan membawa Dua 'dingkul' ikan atau Puluhan 'kempis' yang berisi : hurang, jeler, tawes, nila, lele, dll.  

sumber: kampungcurut.blogspot.com
sumber: kampungcurut.blogspot.com
Ki  Atmali juga memiliki sawah dan kebun yang luas. Suatu waktu, di kebun palawijanya di dalam  hutan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang entah darimana asalnya. Anak kecil  itu diajak pulang ke rumah di Cimahi, membantu keluarga Atmali dan menjadi anak asuh keluarga Atmali sampai beberapa bulan lamanya. Suatu Pagi, menjelang sholat subuh, para jamaah sholat subuh sudah berdatangan di mushola Bapa Emad Cimahi. Para jamaah melihat seorang tua yang masih  tengah tertidur pulas di dalam mesjid. Tak ada yang mengenali orang tua yang tertidur itu,semua bertanya tanya siapa dia? "Mungkin  orang dari luar kampung ! " pikir mereka.  Tak lama  datanglah Ki  Atmali ke  mushola. "anak asuh ku mana, sudah bangun belum?" tanya Ki Atmali kepada salah satu jamaah sebelum masuk kedalam mushola. "anak asuh Ki belum terlihat pagi ini ki..biasanya kan dia tidur di dalam mushola...tapi di dalam mushola  sekarang ada orang tua yang lagi tertidur ki..kita nggak kenal dia..mungkin orang dari luar kampung ki..!" jawab salah satu jamaah. Jamaah kemudian menunjukkan tamu asing itu ke Ki Atmali.  Dengan seksama, Ki Atmali mengamati orang tua yang lagi tertidur itu. Beberapa detik kemudian beliau tersenyum. Seorang jamaah diminta dengan hati-hati untuk membangunkan tamu asing itu. " Pa..bangun..sudah waktunya sholat subuh..!". " iya...!" jawab orang tua itu sambil menggeliat, tapi matanya masih terpejam. "Bapa siapa ?" tanya Ki Atmali. " aku Jaka !".  kata orang tua itu sambil membuka matanya dan bangun dari tidurnya. Ki Atmali dan dan orang Tua yang mengaku bernama Jaka itu saling tersnyum dan berpelukan.  Sementara itu seorang jamaah melaporkan bahwa anak asuh Ki Atmali tidak ditemukan. "Sudahlah..tidak perlu di cari anak itu..sekarang penggantinya kan Pa Jaka ini !" jawab Ki Atmali sambil tersenyum. Sholat Subuh berjamaah pun berlangsung khidmat. Kelak orang tua yang bernama Jaka itu dikenal dengan Abah Jaka Ciwaru. Orang yang dikenal suka 'menolong' dan mempunyai kesaktian tinggi.

Suatu waktu, Ki Atmali dengan izin Alloh dapat menyembuhkan seorang anak yang sakit parah di 'daerah kidul'.  Keluarga anak itu sangat berterimakasih sekali kepada Ki Atmali. Mereka menganggap  Ki Atmali seperti saudara mereka. Hubungan antara Keluarga Ki Atmali dengan keluarga itu baik sekali. Bahkan ketika sang ibu dari anak yang pernah di obati oleh Ki  Atmali  itu sakit,lumpuh, justru sang istri, Mbu Muskiah yang meminta Bapa Atmali untuk membawanya ke Cimahi dan merawatnya.  Dikemudian hari Mbu  Muskiah bahkan memberikan izin Ki Atmali untuk menikahi wanita lumpuh yang di  rawatnya itu. Wanita  itu namanya Mbu Surti. Sejak saat itu, Mbu Muskiah Tinggal dengan Saryan (Halimi), putra bungsunya di Kampung Jagra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun