SEPENGGAL KISAH KEHIDUPAN KELUARGA ATMALI + MUSKIAH
Ditulis dan disusun oleh : Hendra Wijaya
Sepenggal kisah kehidupan keluarga Atmali + Muskiyah ini diceritakan oleh Yati Setiawati binti H.Halimi bin Atmali, putri pertama dari H.Halimi  bin Atmali. Beliau Pernah  menikmati kebersamaan dengan Bapa Atmali dan Muskiah sampai kelas 3 SD.
Ki  Atmali begitu sebutannya saat itu, dikenal  banyak orang di sekitar kampungnya (Jagra, Karang baru, Cimanggu, Cijambu, Gandol, Garajati) , bahkan sampai  jauh di luar kampungnya ('daerah kidul' : Babakan, Ciwaru, Ciniru bahkan sampai dekat ke daerah Tasik) sebagai orang yang suka dimintai 'tolong' untuk  menyembuhkan berbagai penyakit yang di derita oleh banyak masyarakat  di berbagai tempat itu. Untuk memenuhi banyaknya  undangan untuk pengobatan masyarakat yang jauh itu,terkadang Ki Atmali harus meninggalkan rumah berhari-hari.Â
Putra pertama Ki Atmali, Suharta dan Putra Bungsunya, Saryan (Halimi), Kerap diajaknya untuk menemani perjalanannya. Cara pengobatan Ki Atmali  hanya menempelkan telapak tangan kanannya saja di atas kepala pasiennya, lalu beliau berdoa kepada Alloh dalam hati, bibirnya tak lepas dari senyum kadang dengan pasiennya beliau mengobati sambil ngobrol santai, selepas  itu pasien diminta minum air putih di botol gelas (botol sirup) yang sudah pasien bawa dari rumah masing-masing.  Sebagai tanda terimakasih, masiarakat umumnya memberinya berbagai  oleh-oleh : beras, jagung, pisang, manggis, dukuh, Gula merah, kelapa, dan lain sebagainya. Karena pulangnya sering membawa oleh-oleh Gula Merah, banyak tetangga yang pesan Gula merah ke Ki Atmali kalau beliau melakukan pengobatan ke daerah 'kidul'. Sehingga muncul kesan Ki Atmali seperti pedagang Gula, padahal Ki Atmali hanya memenuhi pesanan saja, itupun kadang 'orang kidulnya' karena kasihan ke Ki Atmali, mereka dengan suka rela membawakan pesanan tetangga Ki Atmali langsung ke Cimahi.
Selain dikenal sebagai 'dokter' kampung,  tukang Gula merah, Ki Atmali juga dikenal  karena  memiliki kesaktian. Misalnya suatu waktu, dihutan ada dua kerbau yang jatuh ke jurang.  Semua  penduduk gaduh. Lalu ada seseorang bernama Jaya, suami  dari Casita putri ke-3 Ki Atmali yang dengan kesaktiannya dapat mengangkat  seekor kerbau besar  yang jatuh di jurang itu  dengan kedua tangannya dan membawanya ke atas seperti membawa bayi. Sementara Ki Atmali, ketika beliau diminta  untuk membantu masalah itu, Ki Atmali datang ke TKP lalu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk  kerbau besar  yang satunya yang jatuh di jurang itu dan berkata " ayo bangun kerbau, naiklah keatas !".  dengan kuasa Alloh, kerbau itu bangun dan berjalan sendiri menuju ke atas.  Dari peristiwa itu, masiarakat sangat hormat,  tak zim sama Ki Atmali, tapi sangat takut sama Pa  Jaya. "ih..takut di diangkat dan dibanting sama Pa Jaya mah..!" gerutu masiarakat. Ada juga cerita, jika hendak kedatangan tamu yang cukup banyak, dan Mbu Maskiah bilang "duh..kalo ada ikan buat menjamu tamu kayanya enak ya Ki..!", dengan cepat Ki Atmali pergi kesungai dan dengan cepat pula beliau kembali dengan membawa Dua 'dingkul' ikan atau Puluhan 'kempis' yang berisi : hurang, jeler, tawes, nila, lele, dll. Â
Suatu waktu, Ki Atmali dengan izin Alloh dapat menyembuhkan seorang anak yang sakit parah di 'daerah kidul'.  Keluarga anak itu sangat berterimakasih sekali kepada Ki Atmali. Mereka menganggap  Ki Atmali seperti saudara mereka. Hubungan antara Keluarga Ki Atmali dengan keluarga itu baik sekali. Bahkan ketika sang ibu dari anak yang pernah di obati oleh Ki  Atmali  itu sakit,lumpuh, justru sang istri, Mbu Muskiah yang meminta Bapa Atmali untuk membawanya ke Cimahi dan merawatnya.  Dikemudian hari Mbu  Muskiah bahkan memberikan izin Ki Atmali untuk menikahi wanita lumpuh yang di  rawatnya itu. Wanita  itu namanya Mbu Surti. Sejak saat itu, Mbu Muskiah Tinggal dengan Saryan (Halimi), putra bungsunya di Kampung Jagra.