Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'Pesta' Jelang Berhaji

10 Agustus 2017   10:55 Diperbarui: 10 Agustus 2017   11:03 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'PESTA' JELANG BERHAJI

OLEH : Hendra Wijaya

 

 

Sebulan atau kurang sebulan menjelang keberangkatan berhaji ke tanah suci Makkah, calon jamaah haji  Indonesia sering di sibukkan oleh ritual 'pesta' menjelang keberangkatan mereka untuk berhaji.  'Pesta' itu umumnya dinamakan walimatus safar, makan-makan bersama di bulan safar. Dinamakan 'pesta'karena pada acara tersebut dihidangkan berbagai aneka makanan oleh calon jamaah haji untuk dinikmati oleh para tamu, sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan memberi kesempatan, kemampuan kepada mereka untuk berangkat berhaji. 

Semakin terasa rasa 'pesta' nya ketika acara tersebut umumnya di buatkan tenda besar yang megah, ada panggung, bahkan  diiringi dengan  lantunan lagu-lagu Islami baik secara langsung (live)  dinyanyikan oleh para musisi ataupun cukup dengan memutar kasset. Walimatus safar hampir sama acaranya dengan pesta-pesta yang sering di diadakan oleh bangsa Indonesia, seperti pesta sunatan, pesta pernikahan,  pesta syukuran rumah baru, dll, acaranya sangat meriah. Para tamu datang dengan pakaian terbaiknya, dengan kendaraan terbaiknya. Usai menikmati hidangan, para tamu sambil  pamitan kecalon haji memberikan 'amplop' ondangan yang langsung diberikan atau dimasukkan ke kotak ondangan. Untuk acara semacam itu biaya yang di  keluarkan oleh calon haji tak sedikit, bisa mencapai angka puluhan juta, bahkan ratusan juta.

Tepat menjelang keberangkatan, para calon hajipun mengadakan ritual lagi. Biasanya skala 'pesta' nya lebih sederhana dari pesta walimatus safar. Ada hidangan makanan alakadarnya  bagi para tamu, namun tanpa tenda besar dan megah, juga tak ada pemberian 'amplop'.  Tokoh agama dan tokoh masyarakat nampak hadir. Justru amplop di berikan calon haji ke para tokoh agama dan dan tokoh masyarakat yang hadir sebagai ucapan terimaksih sudah hadir dan memimpin acarara pelepasan mereka. Tokoh agama memimpin ritual melepas keberangkatan calon haji. Adzan berkumandang, doa-doa dan dzikir. Calon haji bersalaman, berepelukan dengan para tamu, memohon doa dan saling memaafkan. 

Para tamu umumnya adalah keluarga ,  saudara  dekat, tetangga sekampung yang siap dengan berbagai jenis kendaraan roda empat atau roda dua yang mereka pakai untuk  mengantar calon jamaah haji ke tempat karantina yang di tentukan oleh pihak Pemda setempat. Dulu zaman Kolonial Belanda calon  haji dari Indonesia di karantina terlebih dahulu di pulau Onrust, gugusan pulau seribu-Jakarta. Kini di jaman merdeka, tiap Pemda menyiapkan tempat karantina calon haji dari daerahnya. Kadang  pengantar calon jamaah  haji jauh lebih banyak  dari peserta jamaah hajinya. Satu calon jamaah haji terkadang diantar dengan 50  mobil roda empat dengan masing masing mobil berpenumpang penuh. 

Aku pun ada dalam rombongan konvoi mobil  itu. Diantara calon jamaah haji itu, ada suaminya yang baru saja diponis dokter terkena stroke. Dengan berat hati, dengan seizin suami, dengan memohon ridha Alloh perempuan itu tetap berangkat berhaji. Sedikit banyak ritual 'pesta' tepat menjelang keberangkatan ini juga memerlukan biaya, bisa mencapai jutaan.

Saat konvoi mobil pengantar calon haji melewati Jalan utama kota menuju tempat karantina haji suasananya seperti masa kampanye pilkada minus bendera partai dan foto calon , jalan macet oleh konvoi iring-iringan para pengantar calon haji. Ditiap kaca depan atau belakang mobilnya biasanya di tandai dengan tulisan banner 'Rombongan Jamaah Haji Si Fulan atau Si Fulanah Desa...Kecamatan..'  erkadang terjebak dalam macet total,  mirip juga seperti ketika kita terjebak kemacetan saat mudik menjelang perayaan hari  raya iedul fitri. Apalagi saat kendaraan memasuki area karantina, macet semakin parah,parkir mobil sulit karena area parkir tak mampu menampung jumlah kendaraan. Bahkan ada calon haji dan para pengantarnya terpaksa jalan dari lokasi yang cukup jauh dari tempat karantina, karena kendaraannya tak mampu  menjangkau tempat karantina.

Suasana di luar tempat karantina calon haji ramai sekali. Tukang dagang makanan,minuman, mainan anak-anak berjejer di pingir pinggir jalan , ada pula yang mengasongkan dagangannnya. Tukang kantong plastik menyambut para pengantar dan calon haji dengan menawarkan dagangannya. " Pa Plastik pa.., kedalam tidak boleh pake sandal atau sepatu..!". Para pengantar dan calon haji dengan pasrah membeli kantong plastik itu seharga Rp. 2000,-. Tak terlihat petugas haji. Suasananya seperti di pesta pernikahan atau sunatan di kampung. Riuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun