Perpisahan merupakan hal yang mungkin tak pernah diinginkan oleh seseorang ketika mereka memiliki hubungan dengan orang lain, baik orangtua, saudara, teman, maupun kekasih. Seseorang tak akan pernah mau merelakan orang yang sangat dikasihi untuk sebuah perpisahan.Â
Meskipun ada pandangan yang menganggap perpisahan merupakan awal yang pahit untuk sebuah akhir yang manis, namun siapa yang mampu menjamin setelah berpisah orang tersebut dapat kembali lagi seperti sedia kala? Karena hal tersebutlah sebuah perpisahan menjadi hal yang sangat tidak diinginkan oleh siapun.
Acep Zamzam Noor, lewat puisinya yang berjudul "Perpisahan" mencoba mengungkapkan potret lain mengenai apa yang dirasakan seseorang ketika orang tersebut dihadapkan pada sebuah perpisahan melalui tanda yang terdapat dalam puisi tersebut. Untuk memaknai sebuah teks puisi, ada beragam teori yang dapat digunakan untuk mengkaji sebuah teks puisi.Â
Salah satunya teori semiotik yang mengungkap makna dalam sebuah teks puisi dengan menafsirkan tanda yang terdapat dalam puisi tersebut. Untuk melakukan pemahaman melalui teori semiotik dapat digunakan metode yang diungkapkan oleh Michael Riffaterre, salah satu metodenya yaitu puisi dibaca secara heuristik dan hermeneutik.
Pembacaan melalui heuristik dan hermeneutik lebih memerhatikan perbedaan antara arti dan makna. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa arti sepenuhnya bersifat referensial sesuai dengan bahasa dan bersifat tekstual, sedangkan makna bisa saja "keluar" dari referensi kebahasaan dan mengacu kepada hal-hal di luar teks.
***
Perpisahan
Kau meninggalkanku dengan rambut
Yang terbungkus kabut. Langkahmu kunangkunang
Di antara kegelapan yang mengepung malam
Aku pun melepasmu tanpa kepak elang
Tanpa lolongan anjing di kejauhan
Penafsiran arti terhadap puisi di atas dapat diartikan sebagai berikut, si kau beranjak meninggalkan si aku, dengan hanya menampakkan rambut yang terlihat dari sisi belakang. Ketika si aku melihat si kau, muncul kabut yang menyamarkan pandangannya terhadap si kau. Langkah si kau sepintas terlihat dan sepintas tidak oleh si aku, karena si kau berjalan di antara kegelapan yang mengelilingi malam.Â
Melihat hal tersebut si aku pun melepas kepergian si kau, tanpa kekuatan atau usaha keras untuk menahan kepergian si kau. Tanpa pula usaha untuk memanggil si kau yang kini kian berada di kejauhan dari pandangan si aku.
Pemaknaan terhadap puisi tersebut sebagai berikut, puisi ini bercerita mengenai sebuah perpisahan antara si aku dan si kau. Dalam larik pertama dituliskan "kau meninggalkanku dengan rambut" bermakna bahwa si kau meninggalkan si aku tanpa menatap si aku, Diksi 'dengan rambut' dapat diartikan sebagai kiasan bahwa si kau tak memberikan ucapan perpisahan terlebih dahulu kepada si aku.Â