Mohon tunggu...
Putri Na Tan
Putri Na Tan Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

Hidup itu penuh dengan seni.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanggungjawab Mitigasi Bencana "Pemerintah atau Masyarakat? "

13 November 2019   09:17 Diperbarui: 20 November 2019   08:38 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya dengan sumber daya Alam. Tentunya kita sebagai warga Negara yang baik harus bisa menjaga NKRI agar dapat sejahtera dan dapat menanggulangi bencana sejak dini. Badan Nasiona penaggulangan Bencana (BNPB) mengatakan bahwa Kejadian bencana saat ini memiliki kecenderungan semakin meningkat. Perbandingan kejadian bencana tahun 2018 dan 2019 dari kurun waktu 1 Januari – 31 Mei 2018 dan 1 Januari – 31 Mei 2019 meningkat sebesar 15,9 %. Dalam rentang waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 tercatat sebanyak 11.579 orang meninggal dan hilang akibat bencana, dengan kerugian rata-rata setiap tahunnya mencapai 30 trilyun rupiah. Bahkan untuk tahun 2018 saja, korban jiwa mencapai 4.814 jiwa. Dan Indonesia, adalah peringkat ke-2 dengan jumlah korban terbanyak akibat bencana di dunia.
Bencana dapat terjadi kapan saja. Dan dapat terjadi karena kehendak Tuhan (Bencana Alam) maupun bencana buatan manusia karena ulah yang tidak bertanggungjawab. Dan Indonesia termasuk Negara yang masih mempunyai tantangan dalam menanggapi hal seperti ini. Indonesia mempunyai Sumber Daya Alam yang beraneka ragam dengan cuaca  Tropis. Bencana yang kerap terjadi di Indonesia banyak sekali, seperti musim penghujan akan datang Banjir, musim kemarau akan datang kebakaran lahan, gempa Bumi, tsunami hingga bencana lainnya.
Selain kehendak Tuhan, salah satu penyebab bencana-bencana tersebut adalah lemahnya mitigasi bencana yang seharusnya di kolaborasikan dengan masyarakat secara aktif.  Maka dari itu, Masyarakat dan Pemerintah harus bekerja sama dalam menanggulangi bencana agar dapat mengurangi resiko bencana yang akan terjadi. Dan sesungguhnya mitigasi tersebut dapat dimulai dari individu terlebih dahulu, karena mulai dari individu dapat menggeraakkan massa yang akan lebih banyak.
Hal tersebut menjadi krusial karena kesadaran merupakan yang paling penting dari hal ini. Tanpa adnya kesadaran diri untuk menjaga kesejahteraan maka pemrintah tidak bisa berjalan lancar dalam mengupayakan mitigasi bencana. BNPB telah mengkaji tentang kesiapsiagaan bencana oleh masyarakat dan ternyata menunjukkan beberapa pengetahuan yang mengatakan bahwa adanya kesadaran tinggi pada masyarakat didaerah kota. Akan tetapi beda dengan penduduk pinggiran dan penduduk daerah ternyata kesiapsiagaannya masih rendah.
Ada banyak persepsi dan Isu terhadap kesiapsiagaan bencana yang terjadi di Indonesia di masyarakat. Dan ada beberapa keadaan yang berbeda di setiap wilayah dan terjadi kasus yang berbeda pula.  Di satu sisi sebagian masyarakat sekarang mempunyai kesadaran kesiapsiaagaan bencana, akan tetapi ternyata pemerintah tidak mempunyai anggaran dana yang cukup dalam kesiapsiagaan tersebut. Karena bencana memang dapat ditanggulangi baik melalui fasiltas maupun mentalis individunya, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa bencana alam yang tidak dapat di acuhkan karna itu adlah kehendak Tuhan. Lalu, jika anggaran dana tidak mencukupi, bagaimana keadaan masyarakat pasca bencana ?
Di Sisi lain, pemerintah berusaha membantu masyarakat agar menjadi masyarakat yang tangguh bencana dengan memberikan himbauan bahkan pengetahuan.Pada tahun 2018, BNPB juga telah merilis buku panduan kesiapsiagaan Bencana untuk keluarga yang dapat diakses secara daring, sebagai rangkaian dari program meminimalisir resioko bencana. Panduan ini tidak hanya membahas langkah yang perlu dilakukan sebelum, saat dan setelah bencana terjadi, namun juga standar minimal perlengkapan kesiapsiagaan bencana yang perlu disiapkan. Perlengkapan ini berguna untuk memenuhi kebutuhan dasar diri sendiri dan keluarga pada kondisi terisolasi akibat bencana. Usaha pemerintah tersebut akan sia-sia jika masyarakat tak mau bekerja sama dan acuh terhadap mitigasi bencana ini.
Persepsi dan Isu tersebut tidak boleh diabaikan, tapi harus menjadi motivasi kita agar mampu menjadi masyarakat yang mulanya baik menjadi lebih baik lagi. Masyarakat tidak boleh hanya menyerahkan hal keseluruhan kepada pemerintah. Pola piker tersebut harus diubah menjadi masyarakat bergandeng tangan, berdampingan agar menjadi masyarakat yang tangguh bencana. Tidak hanya itu saja, masyarakat harus mampu mulai berusaha mengurangi dampak bencana dnegan mengedukasi diri sendiri dan orang terdekat terlebih dahulu tanpa bergantung terus kepadapemrintah. Setelah itu dilakukan, masyarakat sekitar juga harus berpastisipasi aktif dalam hal tanggap bencana sangat berperan penting agar dapat menanggulangi bencana bersama,dan terbukti di masyarakat Jepang sebagai Negara yang rawan terhadap bencana.
Maka dari itu, masyarakat dan pemerintah harus saling bekerja sama, bahu membahu untuk menghdapai bencana bersama. Dengan adanya kerjasama ini, kesiapsiagaan akan lebih siap sehingga masyarakat dapat siap mengahadapi bencana dan dampak bencana yang akan terjadi. Masyarakat tangguh bencana merupakan pondasi dari upaya mitigasi bencana, karena bencana tidak dapat kita hindari, namun dampaknya dapat diminimalisir. (Putri Na Tan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun