Mohon tunggu...
Angga Deka Saputra
Angga Deka Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis_Frelencer

Tulisan adalah gambaran JIWA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rahasia di Balik 17 Agustus

17 Agustus 2017   12:39 Diperbarui: 17 Agustus 2017   12:59 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Private collage. Dok.pribadi

Hari yang sangat monumental bagi bangsa Indonesia akhirnya kembali menyapa bumi pertiwi. Semarak merah putih kembali menyelimuti penjuru negeri. Tenda-tenda didirikan dan sang saka merah putih siap dikibarkan dengan segala kemegahannya. Upacara kemerdekaan di istana negara yang menjadi tempat rutinan ritual suci bangsa, seolah memberikan kesan mistis kepada seluruh peserta upacara kemerdekaan itu, hingga membuat mereka hanyut dalam perasaan seakan membisu seribu bahasa.    

Hari ini bangsa Indonesia menginjak 72 tahun kemerdekaanya, tentunya di hari ini seluruh warga negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke merasakan kegembiraan dan kebahagian yang tiada duanya. Cara mereka memperingati hari yang bersejarah ini pun berbeda-beda. apalagi bagi orang-orang yang bertempat tinggal di pedesaan, disamping adat dan budayanya yang masih begitu kental, dan rasa kekeluargaan yang masih begitu erat. Jika ada perayaan-perayaan besar seperti ini, mereka sangat bersimpatik menyambutnya.

Seperti halnya yang terjadi di desa Air Sulau ini, seminggu sebelum perayaan hari besar 17 agustus, seluruh warga desa, tua maupun muda, bersama-sama melakukan gotong royong disekitar desa, seperti membersihkan selokan dipinggir jalan, merapikan pagar-pagar pekarangan rumah, merombak tugu desa, mengecatnya kembali dengan menambahkan aksesoris-aksesoris sehingga orang yang melihatnya akan bernostalgia pada zaman penjajahan dulu. Seperti membuat bambu-bambu runcing yang dulunya adalah senjata bagi pejuang Indonesia untuk melawan penjajah. Bambu-bambu itu ditancapkan disekitar tugu dan mengecatnya dengan warna kebangsaan kita, merah putih.

 Kini Pemandangan disepanjang jalan pun tampak sangat elok, bendera merah putih, lambang kemerdekaan kita tertata rapi dan berkibar tinggi. Ia, suasana inilah yang kembali membakar semangat mereka seolah kembali pada masa memperjuangkan kemerdekaan.

Keramaian dan kebahagiaanpun tidak hanya terhenti disini, setelah selesai melakukan gotong royong. Beberapa hari selanjutnya kebahagiaan itupun semakin menjadi-jadi, bagaimana tidak? rupanya begitu banyak macam cara  mereka memperingati hari yang monumental ini,  seperti diadakannya  aneka lomba yang disajikan untuk anak anak desa, tidak kalah seru dengan suasana dikota yang serba canggih permainanya. Namu bagi mereka, hal tersebut seakan menjadi surganya anak-anak, perlombaan yang disajikan begitu unik dan menarik, yang mampu mempererat persaudaraan dan kekeluargaaan mereka, kekompakan mereka, antusias mereka, canda tawa mereka, sangat mampu menghilangkan kepenatan bagi setiap orang yang menyaksikannya. Memang benar mereka masih jauh dari kecanggihan dunia teknologi, anak desa yang begitu polos dan lugu, namun kebersamaan mereka tidak pernah terkalahkan, mungkin hal seperti itulah yang membuat para pahlaan kita dahulu dapat meraih kemerdekaan. Perlombaan yang disajikan pun masih begitu kental dengan permainan khas desa. Seperti balap karung, panjat pinang, lomba makan kerupuk, lomba kelereng, egrang bambu, dan masih banyak lainnya yang menjadi permaianan khas ala desa.

Namun sekarang kita telah merdeka, merdeka dari kekejaman para penjajah, menjaga kemerdekaan dan keutuhan desa hingga negara Indonesia adalah  tugas dan kewajiban kita semua, baik tua maupun muda tak kenal lelah dan usia.  Selama nafas dan jantung ini berdetak selama itupun kita harus menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih.

Namun, pernahkah kita berfikir, mengapa proklamasi kemerdekaan harus dilakukan pada tanggal 17 agustus? Mengapa tidak 15 agustus atau 19 juli  saja? Apakah hanya karena 17 agustus adalah hari kemerdekaan negara kita? Ada rahasia apa dibalik 17 agustus?

Tidak banyak yang tahu, Ternyata jika ditelusuri bahwa pada tanggal 17 agustus adalah hari dimana Ir. Soekarno membacakan teks naskah Proklamasi yang sekarang dikenal dengan istilah peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Tidak hanya sampai disana. tanggal 17 tersebut, menurut kepercayaan kala itu  dianggap sebagai tanggal yang baik. Kenapa bisa demikian? Karena kala itu, tanggal 17 agustus bertepatan dengan  hari jum'at legi yang menurut kepercayaan suku jawa,  jum'at legi adalah hari keberuntungan.

Mau percaya atau tidak, faktanya pada tanggal tersebut Ir. Soekarno berhasil membacakan teks naskah Proklamasi. Yang mana pada saat sebelum pembacaan Proklamasi, terjadi perubahan tempat yang awalnya akan dilaksanakan dilapangan Ikada kemudian dipindahkan ke kediaman Ir. Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Dengan alasan keamanan. Dapat kita bayangkan seberapa genting dan bahayanya saat akan membacakan naskah Proklamasi, namun pada tanggal 17 agustus teks naskah Proklamasi akhirnya berhasil dibacakan dan dengan itu  Indonesia dinyatakan merdeka.

Dan pada saat itu juga, tanggal 17 agustus jatuh pada bulan ramadhan, yang mana seluruh orang yang beragama Islam meyakini bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat dan kemuliaan bagi umat Islam, bulan yang lebih baik daripada seribu bulan (lailatul qadr). Bertepatan dengan itu, pada malam  17 ramadhan adalah malam dimana al-Quran diturunkan melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw, dengan ayat atau perintah yang pertama kali turun adalah I'QRA yang artinya bacalah.

Allah swt yang menciptakan langit dan bumi  menyuruh Rasul-Nya untuk membaca. Sedangkan   pada tanggal 17 agustus saat itu di Indonesia Ir. Soekarno didesak oleh kaum pemuda bahkan sampai dibawa ke Rengasdenglok hanya untuk menyegerakan pembacaan teks naskah Proklamasi, dan pada akhirnya teks naskah Proklamasi berhasil dibacakan sehingga pada saat itu juga Indonesia merdeka dan Ir. Soekarno pun menjadi wakil rakyat atau bisa disebut dengan sebutan Preesiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun