Mohon tunggu...
bu anni
bu anni Mohon Tunggu... profesional -

Semua artikel saya di Kompasiana dan tulisan saya lainnya, saya simpan di http://dengarlahnuranimu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diperkosa Suami

22 Februari 2013   14:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:52 233982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1361543980856907648

free-press-release.com

Masih pagi kira-kira jam 10.00 an di ruang kuliah, kami sedang berkonsentrasi menyimak Profesor yang sedang memberikan kuliahnya. Sedang asyik-asyiknya mengagumi isi otak pak Profesor yang sudah sepuh itu, teman yang duduk pas di depanku di barisan agak belakang, tiba-tiba menoleh ke arahku. Aku bergeming. Dia menoleh lagi dan aku cuek lagi. Akhirnya dia memanggilku dengan berbisik, “bu anni … ssstt … bu anniii …” Sebagai jawabannya aku angkat alisku, dan memandangnya dengan tatapan ” Apaan ??”.

Temanku itu mencodongkan tubuhnya ke arahku, dan berbisik dekat ke telingaku. ” Bu anni, tadi malem aku diperkosa sama suamikuu …” . Hahh ?!!  astaghfirullah ! sumpah kaget banget.  Seolah ada aliran listrik yang tiba-tiba menyetrum tubuhku.  Gokil banget ni orang, ngomong kok nggak dipikir dulu. Sejenak aku celingak-celinguk, khawatir teman-teman yang lain ada yang mendengar omongannya yang lumayan tidak senonoh itu.

Ya begini inilah kalau punya teman berkepribadian rada slebor. Apa saja begitu enteng mengalir dari mulutnya, termasuk isi perut rumah tangganya. Dan herannya kenapa harus ngomong sama aku ? apes banget deh ah …. Mendengar pengakuannya yang sekilas seperti orang sedang mengigau itu, aku langsung menempelkan telunjuk ke bibir, memberi isyarat agar dia diam, tak lagi melanjutkan pembicaraannya. Mungkin karena ekspresi wajahku terlihat serius dengan alis mata yang hampir bertaut, temanku itu langsung terdiam. Entah apa yang dipikirkannya. Apakah dia mengira aku kurang berkenan dengan pengakuannya, ataukah dia mengira aku lebih tertarik pada perkuliahan Pak Profesor, entahlah terserah dia saja.

Ketika waktu rehat tiba, kami makan siang di kantin dekat kampus di Bogor. Aku cari temanku yang bandel itu. Nah itu dia, duduk sendirian di meja agak sudut, sedang asyik memainkan tablet yang dia letakkan di atas meja. Sedang menanti pesanan makanan kelihatannya. Dia menoleh ke arahku dan langsung berteriak memanggilku seraya tangannya menyeret lenganku untuk duduk satu meja dengannya. Belum lurus posisi dudukku, dia sudah membombardirku dengan kisah tentang pemerkosaan yang dialaminya tadi malam, yang pelakunya tak lain adalah suaminya sendiri. Mendengar ceritanya yang lumayan rinci, kepalaku jadi berdenyut pusing. Aku sendiri tidak yakin, apakah puyengku ini karena aku merasa lapar, ataukah karena efek dari ceritanya yang rada-rada erotis itu !  Ha ha …

Aku tidak akan menceritakan bagaimana detail kisahnya disini. Takut dibanned admin soalnya he he … Intinya, temanku si Sophie itu - berusia 35 tahun, ibu dua anak, dan berprofesi sebagai guru SMP, merasa mendapat perlakuan kasar dari suaminya ketika harus melakukan aktifitas hubungan suami istri. Sebagai seorang istri, Sophie merasa wajib melayani keinginan suaminya yang begitu mendesak, sementara apa daya saat itu fisiknya sangat letih dan kesehatannya agak terganggu. Aku tidak kenal dengan suaminya, sehingga aku tak dapat menyimpulkan secara sumir, bahwa suaminya adalah tipe laki-laki tak tahu diri yang memperlakukan istri seenak kemaluannya eh udelnya sendiri.

Singkat cerita, sambil menyantap makan siangku, aku dengarkan saja curhat Sophie yang begitu menggebu ( serius,  aku agak heran juga sama orang ini, menceritakan perkosaan kok kaya orang yang sedang siaran pandangan mata pertandingan sepak bola Persib lawan Persija ! ck..ck ). Aku tak banyak berkomentar, hanya memberikan sedikit nasihat di akhir obrolan, agar dia memperbaiki komunikasi dengan suaminya. Karena dari ceritanya itu aku melihat ada komunikasi yang agak tersumbat antara Sophie dengan suaminya, sehingga terjadi peristiwa yang tak diinginkan ini.

**** Kasus perkosaan yang dilakukan suami ibarat fenomena gunung es yang ada di sekitar kita. Peristiwanya tentu sangat banyak, namun seberapa sering kita mendengar kasus perkosaan semacam ini diproses hingga ke meja hijau ? Tak seperti kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh bukan suami, perkosaan oleh Suami memang sangat jarang diadukan ke pihak berwajib, karena dianggap urusan interen rumah tangga. Disamping itu, ada perasaan enggan dan malu yang menghinggapi istri untuk mengadukan suaminya, karena khawatir malah dirinya yang justru akan dipersalahkan atas terjadinya kasus ini.

Tak hanya rasa enggan saja sebetulnya yang membuat istri tidak melaporkan perkosaan suami. Yang utama adalah kesalahan mempersepsi ajaran agama tentang hak dan kewajiban suami istri. Tak mungkin pasangan suami -istriyang memahami ajaran agamanya (sebutlah agama Islam) sampai mengalami kasus seperti ini. Yang kedua adalah latar belakang budaya di kebanyakan daerah di negeri kita yang masih bercorak patriarkis, yang menempatkan perempuan di bawah hegemoni laki-laki dalam segala hal, tak peduli status sosial yang disandang istri, semisal status pendidikan, status pekerjaan, dll. Dan (herannya) di Indonesia masih banyak para istri yang sudah berstatus sosial lumayan tinggi seperti itu masih sangat patuh pada sistem ini. Sebaliknya, rendahnya tingkat pendidikan, kesulitan ekonomi dan miskin iman menjadi penyebab utama terjadinya perkosaan oleh suami yang tidak dilaporkan ke pihak kepolisian

***** Bertolak dari pengertian perkosaan, yaitu setiap hubungan seksual yang berlangsung tanpa persetujuan bersama, maka hubungan seksual yang hanya dikehendaki oleh suami sementara sang istri tidak menghendaki, sebenarnya termasuk perkosaan. Apalagi kalau disertai ancaman, misalnya akan dicerai, akan mencari wanita lain, bahkan sampai diperlakukan dengan kekerasan hingga menimbulkan penderitaan bagi sang istri.

Banyak istri mengeluh mengalami rasa sakit pada alat vitalnya akibat hubungan seksual yang dipaksakan oleh suaminya, atau dengan kata lain diperkosa oleh suaminya. Pada dasarnya pengalaman mereka sama, yaitu mereka sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual karena sebab tertentu. Tetapi sang suami tetap memaksa sambil marah. Maka hubungan seksual berlangsung sangat menyakitkan. Sang suami segera puas, tetapi sang istri mengalami kesakitan sampai berhari-hari.

Sebagian mereka sedang tidur nyenyak ketika dibangunkan oleh suaminya yang meminta melakukan hubungan seksual. Pada saat itu sang suami sudah siap ingin melakukannya, sementara sang istri masih dalam keadaan setengah sadar dan tidur yang lelap. Maka berlangsunglah hubungan seksual yang sangat menyiksa sang istri. Mudah dimengerti kalau sebagian sampai mengalami infeksi pada alat kelaminnya.

Sebagian lain memang tidak sedang tidur, tetapi sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual setelah lelah bekerja seharian. Tetapi dengan terpaksa mereka melayani keinginan seksual suaminya kalau tidak ingin menjadi tumpahan kemarahan, sampai kekerasan fisik. Sebagian istri yang lain memang telah kehilangan gairah seksualnya sehingga merasa lebih senang bila tidak disentuh oleh suaminya. Tetapi sang suami tidak pernah mau mengerti, sehingga tetap saja menuntut melakukan hubungan seksual. (www.ceriwis.com/kesehatan/)

***** Perkosaan adalah tindak kriminal. Dan tindak kriminal tetaplah tindak kriminal yang harus diproses secara hukum, tak peduli apakah perkosaan itu dilakukan oleh suami atau oleh orang lain yang bukan suami. Seorang perempuan harus berdaya atas keselamatan tubuh dan jiwanya. Oleh karenanya, segala bentuk kekerasan yang berpotensi mengarah pada ancaman keselamatan jiwa, harus dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Bukan untuk disiksa seperti itu tujuan kita membentuk rumah tangga.

Suami dan istri adalah equal. Kita menikah berdasarkan kesepakatan atas dasar cinta dan saling percaya untuk saling menjaga, saling menghormati dan saling memelihara. Seorang suami bukan hanya memiliki hak, namun juga memiliki kewajiban (dan hak) untuk memperlakukan istrinya dengan penuh penghargaan dan kelembutan, bukannya merusak sampai sedemikan rupa hanya karena alasan suami berposisi sebagai pemimpin. Satu hal yang sering dilupakan Suami adalah, suami itu adalah imam (pemimpin) bukan penguasa. Dan tentu saja Pemimpin itu sungguh berbeda konotasinya dengan Penguasa

Dan bagi para Istri, mari pahami, dalami seluk beluk perasaan suami. Buat suasana sedemikian rupa agar tak perlu ada pemaksaan sekecil apapun dalam rumah tangga kita. Istri itu penguasa rumah. Boleh dibilang, suasana apapun yang ada di rumah kita, bagaikan di surga atau sebaliknya bagaikan di neraka, kitalah yang berperan besar dalam mewujudkannya. Di tangan kitalah segala suasana indah seharusnya tercipta. Sepakat ?

Selamat berkasih sayang ya, teman-teman …

Salam sayang, Anni

Ps : Sophie itu nama samaran,  Anni itu nama sungguhan :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun