Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menata Hati yang Cemburu

11 April 2017   08:14 Diperbarui: 11 April 2017   08:26 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lagi-lagi rasa itu membakarku. Rasa yang tidak menyenangkan, rasa yang sangat tidak nyaman. Rasa yang sesungguhnya amat tidak aku sukai karena membuat lemas seluruh badan, mengguncangkan hati dan membuat resah jiwa. Rasa yang setiap kali muncul membuatku susah tidur. Rasa yang setiap kali timbul, membuatku gelisah. Rasa cemburu, cemburu yang membabi buta, cemburu yang datangnya tak diundang, cemburu yang merusakkan jiwa, cemburu yang sungguh aku  tidak ingin menyimpannya dalam hatiku.

Aku percaya cintamu. Cinta yang membawaku pada keindahan. Cinta yang melambungkanku dan membuatku mengerti sesungguhnya bahwa diriku berharga. Ternyata masih ada cinta yang kuterima. Ternyata diriku masih ada yang menerima dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Cintamu sungguh berharga bagiku. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku tidak ingin menghapusnya. Aku ingin selalu menikmatinya. Aku ingin selalu mendapatkannya.

Dirimu yang penuh pesona, tidak hanya aku yang memuja. Aku tidak tahu bagaimana engkau di luar sana. Namun diriku mencoba untuk selalu percaya bahwa cintamu adalah untukku. Apakah hanya untukku ? Aku tak tahu yang jelas diriku kadang merasa engkau punya penggemar rahasia. Walau kelihatannya engkau tidak menanggapinya namun kadang hal itu menggelisahkan jiwaku. 

Namun aku  tidak ingin selalu terbakar api cemburu. Api itu bisa merusakkan jiwaku. Api itu bisa membuat cintaku padamu bisa memudar. Api itu dapat membakar diriku hingga aku tidak sadar diriku hancur karenanya. Tentu saja aku tidak ingin hal tersebut terjadi.

Aku harus mampu menata hati dan pikiranku. Aku harus bisa menata kecemburuanku, agar rasa cemburuku tidak berada di tempat dan waktu yang salah. Aku tidak ingin diriku dibayang-bayangi sesuatu yang mungkin bukan hal yang sebenarnya. 

Cintamu adalah real, cintamu adalah nyata. Cinta yang telah terikat dengan janji suci. Cinta yang seharusnya aku tidak meragukan lagi.

Justru dirikulah yang seharusnya bisa menata hati. Memupuk cinta, menjaganya agar selalu bersemi, mewangi dan tidak hilang, pudar ditelan masa. Apalagi terhapuskan karena cemburu buta. Akulah yang harus menanamkan pemikiran positif pada diriku. Akulah yang harus bisa menjaga hatiku untuk tidak berprasangka negatif. Prasangka yang bisa membuat diriku menjadi tidak mempercayainya. Padahal rasa tidak percaya adalah awal pudarnya cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun