Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - â›”

Feel nya mana?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mendekatiku Jangan seperti Kacang yang Mendadak Teringat Akan Kulitnya

20 Juni 2019   17:43 Diperbarui: 30 Juni 2019   05:52 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuselimuti dikau dengan rasa aman, bermula hanya setitik asa hingga sesak rasaku memenuhi dada. Kini kau bak permata, dikau begitu berkilauan setelah selimutku dikau buang dan takdirku berikutnya adalah di kacangin begitu saja. 

Tapi itu bukan salahmu, hanya saja aku yang tak bisa membusukkan rasa. Sebelum dikau lupa.

Kuselongsongi dikau dengan rasa nyaman, bermula hanya sekosong mata hingga dewasa tubuhmu menggoda. Kini kau bak peluru cinta, dikau begitu mematikannya setelah proyektil rasamu berhasil menembus hati mana yang dikau suka dan takdirku berikutnya adalah di kacangin begitu saja. 

Tapi bukan salahmu, hanya saja aku yang tak bisa membunuh rasa. Sebelum dikau lupa.

Kucadari dikau dengan rasa hormat, bermula hanya sebenih doa hingga takutku menoda setinggi bumantara. Kini dikau bak bidadari, dikau begitu memesonanya setelah terlepas dari sangkar surgaku dan takdirku berikutnya adalah dikacangin begitu saja. 

Tapi bukan salahmu, hanya saja semoga nanti dikau jangan cari-cari dan jangan mendekatiku lagi seperti kacang yang mendadak teringat akan kulitnya. Aku sudah menjadi sampah. Dan itu dosa.

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun