Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jangan Curhat ke Psikiater

8 Februari 2012   03:38 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 137480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh : Dr.Andri,SpKJ (Psikiater)

Selama ini kesan yang saya tangkap dari masyarakat bahkan kalangan medis sendiri adalah bahwa jika ke psikiater maka pasien bisa curhat sesuka hatinya. Sering dalam komunikasi dengan sejawat spesialis lain di rumah sakit tempat saya bekerja, biasanya dokter akan mengatakan kepada pasiennya "Silahkan curhat ke dokter Andri bu, ibu silahkan cerita apa saja". Dalam tulisan ini saya mencoba untuk lebih menjelaskan apakah benar curhat itu bisa dilakukan kepada psikiater.

Kebanyakan psikiater yang bekerja sehari-hari di praktek menerima konsultasi per pasien antara 30-60 menit. Walaupun dalam berbagai literatur terutama yang berkaitan dengan bidang psikosomatik, konsultasi pertama seharusnya tidak boleh lebih dari 30 menit. Saat saya belajar pun para dosen saya mengatakan bahwa konsultasi harus efektif dan efisien waktu, artinya tetap menjaga tujuan wawancara dan terus ingat bahwa wawancara yang dilakukan kepada pasien pun bersifat terapeutik atau dalam artian wawancara itu sendiri adalah "obat" untuk pasien. Dosen saya mengatakan waktu 30 menit adalah waktu yang optimal dan disarankan untuk konsultasi klinis psikiatri.

Dalam praktek sehari-hari, psikiater akan mewawancarai pasien dengan teknik tertentu. Psikiater tidak akan membiarkan pasien bercerita sesukanya tanpa arahan yang jelas, memang pada menit-menit awal biasanya akan diberikan kesempatan untuk berbicara sesukanya namun setelah itu arahan dalam bentuk pertanyaan terbuka (bukan pertanyaan iya dan tidak) akan membimbing arah wawancara.

Saya masih ingat betul ujian wawancara psikiatrik itu adalah termasuk ujian yang paling sulit ketika belajar menjadi seorang psikiater dulu. Bagaimana membuat wawancara yang terjadi menjadi efektif dan efisien. Seringkali saat awal-awal sekolah, saya sudah wawancara pasien sejam tapi tidak mendapatkan makna apa-apa dari wawancara tersebut, sedangkan senior saya hanya dalam waktu 20 menit saja sudah mampu menegakkan diagnosis dan rencana tatalaksana bahkan sampai beberapa minggu ke depan. Keahlian ini terus diasah sepanjang kami belajar sampai akhirnya lulus menjadi psikiater.

Keahlian wawancara psikiatrik juga perlu didukung oleh kemampuan dalam mengenali kepribadian pasien secara tepat di saat proses wawancara itu. Hal ini akan membuat proses terapi akan berjalan lebih baik. Wawancara pada pasien dengan gangguan cemas, gangguan depresi dan gangguan bipolar akan masing-masing berbeda. Belum lagi jika pada pasien dengan gangguan kepribadian atau dengan ciri kepribadian tertentu yang menonjol. Misalnya pasien dengan kepribadian narsisistik atau histrionik yang selalu meminta perhatian lingkungan. Keahlian ini tentunya tidak dipelajari secara singkat tetapi harus terus diasah. Itulah mengapa selama 4 tahun belajar di Departemen Psikiatri kami diminta untuk menangani berbagai macam kasus dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jadi saya rasa pasien ke psikiater bukan untuk curhat ngalor ngidul tentang dirinya tetapi lebih sifatnya menggunakan wawancara untuk mendapatkan penyelesaian terhadap kondisi yang dideritanya. Saya menyadari ada beberapa pasien yang mengalami perbaikan hanya dengan menceritakan saja keluhan-keluhannya. Kondisi ini biasanya akan terlihat sejak awal wawancara. Psikiater yang sudah terlatih dalam menangani kasus-kasus dan dilatarbelakangi oleh kemampuan psikoterapi dan wawancara psikiatrik yang mumpuni akan mampu melihat kondisi ini dengan baik dan langsung merencanakan strategi dalam wawancaranya. Ibarat seorang Utut Adianto yang telah menyiapkan langkah pion catur beberapa langkah ke depan.

Kalau sekedar hanya curhat saja, sebenarnya pasien bisa melakukannya ke teman atau konselor. Psikiater pada dasarnya akan membantu upaya pasien dalam mengembangkan mekanisme adaptasi yang matur (dewasa) berkaitan dengan permasalahan yang dihadapinya. Psikiater juga akan membantu pasien mengatasi kondisi pasien dengan bantuan pasien sendiri. Jadi pergi ke psikiater diharapkan juga pasien ikut aktif dalam usaha perbaikan dirinya. Caranya bisa dengan berbagai macam proses psikoterapi baik terapi perilaku ataupun kognitif. Inilah yang akan bertahan lama daripada sekedar meminta nasehat yang belum tentu bisa dijalankan.

Semoga membuat pembaca lebih jelas tentang proses wawancara psikiatrik.

Salam Sehat Jiwa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun