Mohon tunggu...
Putri Rizky L.
Putri Rizky L. Mohon Tunggu... Lainnya - Joki Traktor di Tempat Magang

Penyuka random things. Doyan jalan-jalan meski belum jauh-jauh.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

[Event Semarkutiga] Merajut Kenangan dalam Kumpulan Diksi

6 Februari 2020   01:21 Diperbarui: 6 Februari 2020   01:37 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memorandum - Potret Langit, 2015(dok. pribadi 2018)

Dalam kehidupan, tentunya kita dihadapkan dengan berbagai peristiwa baik sedih, senang, kecewa, dan sebagainya. Rentetan peristiwa tersebut banyak yang begitu membekas di hati, tidak jarang juga hingga bertahun-tahun lamanya, meninggalkan kesan dalam. Putus cinta, kecewa akan diri sendiri, kelahiran buah hati, pernikahan, hijrah, dan macam-macam kejadian yang setiap manusia tentu punya kesannya masing-masing. 

Terlepas dari hal tersebut, kita hendaknya selalu belajar dari pengalaman untuk menjadi semakin baik di masa mendatang. Di satu sisi, banyak orang rupanya memilih untuk hanya mengingat dan memendam kesan terhadap peristiwa tersebut sendiri. Pilihan pribadi, tidak menjadi apa. Perspektif orang juga sangat berbeda satu sama lain.

Berbagai kesan peristiwa tersebut dapat kita tuangkan dalam berbagai bentuk benda, seperti foto, video, rekaman suara, lukisan, dan tulisan. Tulisan menjadi salah satu media yang mampu menggambarkan sebuah kesan dengan sangat detail. Banyak jenis tulisan yang dapat kita jadikan referensi format dalam 'merekam' segala kesan kita. Salah satunya adalah dengan menulis puisi. Selain menarik untuk dibaca ulang, sedikit banyak kita belajar untuk menelurkan karya seni sederhana. 

Dunia seni sastra tentu sangat kompleks, namun semua bentuk upaya dan karya kita layak untuk diapresiasi, hal ini membuat kita untuk belajar mencintai, mempercayai, dan apresiasi diri sendiri guna mengurangi insecurities, anxiety yang mungkin kita rasakan. Umumnya, penulisan puisi sangatlah kompleks dan beragam. 

Rima, bait, bentuk, diksi (pemilihan kata) sangat berpengaruh dalam penulisan. Tak ayal, banyak yang menilai menulis puisi sulit untuk ditulis. Berikut ini adalah beberapa tips dalam menulis puisi sederhana ala amatiran versi saya teruntuk Kompasianer yang dapat Anda coba dirumah, atau dimana saja.

1. Proses Kreatif

Banyak teman-teman saya yang sering mengeluh tidak punya ide untuk menuliskan sebuah puisi. Padahal, bila mau, sedikit saja memutar ulang kenangan yang pernah dilalui akan memicu kita untuk memikirkan sebuah cerita runut dari peristiwa tersebut. Dari sebuah cerita utuh, pikirkan garis besar cerita tersebut. Bisa juga dari benda-benda sederhana di sekitar kita yang mungkin sarat dengan peristiwa tersebut. Sebagai contoh, di masa sekolah sering kali saya temui tugas mengarang puisi bertema pahlawan. Ambil sesuatu yang identik dengan pahlawan kita, semisal bambu runcing. Contoh lain, seperti pada foto sebait puisi saya yang berjudul "Memorandum". Inspirasi saya adalah selembar kertas lipat warna biru. Dari situ proses kreatif kita akan terus berjalan, menyusun sebuah konsep cerita utuh. Tidak ada batasan dalam menentukan konsep kita.

2. Diksi

Setelah memiliki konsep puisi, kini saatnya menuangkan dalam bentuk kalimat yang nantinya akan menjadi sebuah bait. Diksi atau pilihan kata adalah hal mutlak dalam menuliskan sebuah puisi. Dalam hal ini, sebaiknya kita terus berlatih dan membaca banyak literatur dalam format apapun untuk memperkaya perbendaharaan kata. Untuk referensi, saat ini sudah banyak sekali buku-buku kumpulan puisi, rubrik puisi di Harian Kompas edisi hari Minggu, dan media elektronik lainnya. Keindahan pemilihan kata akan membuat puisi kita semakin 'cantik' dan berkesan. Kiasan dalam bentuk apapun diperbolehkan; bentuk-bentuk majas serta bahasa asing. Penulisan puisi sederhana sebaiknya tidak terlalu bertele-tele dan berbunga-bunga. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwasanya puisi pada umumnya memiliki pesan tersirat. Oleh karena itu, pilihlah diksi yang kurang lebih mendukung konsep yang sudah ada. 

Jangan lupa bubuhkan titi mangsa atau waktu kapan puisi kita ditulis dan dimana kita menuliskannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun