Mohon tunggu...
prisma susila
prisma susila Mohon Tunggu... Human Resources - Semoga menghibur

sekolah alam semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Aku Seorang Pemimpin akan Kupegang Ke-Jawaanku

9 Desember 2016   02:26 Diperbarui: 9 Desember 2016   03:02 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku adalah orang jawa. Lahir dijawa, dibesarkan dijawa pula. Kedua orang tuaku adalah jawa asli. Sayngnya ibuku adalah anak seorang transmigarsi. Bisa dikatakan bahwa ibuku bukan lagi orang jawa asli karena telah bercampur dengan kebudayaan yang lain. Tapi ini lah yang menjadi keluarga ku, bukan lagi masalah toleransi yang diajarkan kepada anaknya. Tapi dapat bermanfaat pada yang lain.

Bahkan sempat suatu waktu anak-anaknya diajak untuk berkunjung kepada orang kristen untuk menunjukkan simpatik kami pada hari natal. Yah mungkin saja ini dianggap orang yang sudah pintar dalam berakidah adalah kesalahan. Tapi kami yakin bahwa kebenaran adalah miliki Sang Tunggal, dan manusia adalah kesalahan yang mencari pembenaran. Jadi kami pun merasa bahwa Sang Kekasih Tuhanpun tak pernah mengajarkan untuk memumusuhi orang yang tidak memushi kita. Bahkan beliau sangat mencintai orang-orang yang memusuhi beliau.

Kembali pada jawa, ini adalah gambaran segelumit bahwa ada keindahan pada kebudayaan jawa untuk menjadi seorang pemimpin. Ajaran yang telah dituruntkan sejak lama. Tapi seolah-olah dihilangkan dengan konsep kebarat-baratan, yang sebenarnya kesesuaiannya perlu dipertanyakan. Konsep ini entah dari siapa, tetapi yang jelas ini adalah konsep yang oleh para sesepuh Jawa masih digunakan. Bahkan jika dilihat dari konsep psikologis ini sudah konsep terbaru yang ditemukan oleh orang barat. Jika dibarat baru saja mencoba dengan istilah “memanusiakan manusia”, di jawa sudah banyak sekali konsep seperti ini. Mungkin pula ini beberapa yang harus dipegang kembali oleh para calon pemimpin bangsa ini seperti, sugih tanpa bondho, digdoyo tanpa aji, ngelurug tanpa bolo, menang tanpo ngasor ake.

Sugih tanpo bondho

Yah sapa bila kaya itu harus banyak harta dan benda. Sangat salah jika kembali pada jawa masa lalu. Orang yang kaya adalah orang yang dapat mengkayakan orang lain, mempunyai banyak saudara, dan memberikan manfaat kepada orang. Jika kesadaran seperti ini dibangun kembali akan sepi penjara kasus korupsi. Memang saat ini pemimpin telah lupa bahwa kaya itu harus harta dan benda. Bahkan mereka telah lupa bahwa harta benda itu hanya ikatan yang tidak ada. Ikatan yang sepenuhnya ya ikatan dengan Sang Tunggal, makhluknya, dan lingkungan yang telah diciptakkannya.

Digdoyo tanpo aji

Berkuasa tanpa penghargaan. Pemimpin itu adalah orang yang mengabdikan dirinya pada bawahan. Beliau melayani setiap kebutuhan bawahanya. Bukan lagi mengharapkan dipuji, disanjung, dan digaji tinggi. Semua pekerjaannya adalah perilaku yang sebenar-benarnya dan semurni-murninya keiklasan. Sebelum mengajari keiklasan pada bawahan untuk menghadapi kesulitan dan kesengsaraan beliaulah tameng pertama yang menghadang itu.

Ngeluruk tanpo bolo

Setiap kesalah orang yang bekerja dengannya adalah kesalahaanya. Setiap ketidak mampuan mengatur semua sistem kehidupan adalah kesalahan. Bahkan beliau tidak akan berani menyalahkan bawahaanya atau Tuhannya. Karena beliau sadar bahwa bawahannya perlu bimbingannya. Pandangan untuk Tuhan pun adalah penguji untuk dirinya. Jadi tidak lagi beliau menunjuk kesana kemari. Beliaulah yang lantang menyebut kesalahan pada dirinya sebagai pemimpin sekaligus sebagai manusia.

Menang tanpo ngasorake

Menang tapi tanpa menyengsarakan. Layaknya el-clasiccodi sepak bola, yaitu pertandingan antara Real Madrid dan Barcelona. Kedua tim yang terkenal dengan pertandingan penuh gengsi dan penuh dengan trik tingkat tinggi. Sangat indah lagi ketika laga telah usai, kedua tim ini akan saling memberikan ucapan masing-masing. Pemenang akan mengucapakan “terima kasih telah menjadi teman permainan yang baik, sehingga penonton puas dengan kita”. Untuk tim yang kalah akan mengucapkan “terima kasih telah menjadi penyemangat untuk latihanku”. Jadi setelah itu kedua tim akan saling menyiapkan diri dan saling berbenah untuk saling berhadapan dilain waktu. Tidak ada kata hinaan atau mengatakan keunggulan dari timnya sendiri. Bahkan tim pemenang akan lantang mengucapkan “masih banyak kekurang diberbagai lini kami”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun