Di depan ribuan pendukungnya yang diklaim adalah Alumni Universitas Indonesia, calon presiden petahana Joko Widodo menegaskan dalam memilih pemimpin jangan asal coba-coba. Pemimpin butuh pengalaman.
"Diperlukan pengalaman dalam memerintah. Apalagi sebuah negara yang besar seperti Indonesia ini. Jangan coba-coba dong," ujar Jokowi di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Januari 2019. Ia menyebut menapaki dunia pemerintahan membutuhkan tahapan dan proses.
"Karena saya memiliki latar belakang pengalaman mengelola kota, mengelola provinsi, waktu masuk ke lingkup pengelolaan negara, manajemen negara. Ya saya biasa-biasa saja karena sudah mengalami itu. Itu lah yang dinamakan begitu sangat pentingnya pengalaman dalam berpemerintahan," tandas dia.
Maka itu, ia berharap, masyarakat Indonesia jangan coba-coba dalam menentukan pilihan pada pilpres nanti. "Di sebuah kota saja saya memerlukan 1,5 tahun sampai 2 tahun untuk belajar apalagi belum punya pengalaman langsung mengelola negara. Butuh waktu berapa tahun pertanyaan saya?," pungkas dia.
Pernyataan Jokowi tersebut secara tidak langsung menyindir calon presiden Prabowo Subianto. Namun, pernyataan Jokowi itu juga mengandung logical fallacy (kekeliruan logis) yang fatal.
Pernyataan Jokowi bahwa pemimpin itu butuh pengalaman memang benar. Tapi pengalaman seperti apa?
Jika untuk menjadi presiden seseorang harus teruji bisa memimpin negara terlebih dahulu, pada pilpres 2014 Jokowi juga tidak memiliki pengalaman memimpin negara.Â
Jika yang dimaksudkan adalah pengalaman birokrasi, sebelum terpilih dan menjabat sebagai Walikota Solo Jokowi juga tidak memiliki pengalaman birokrasi.
Jika yang dimaksudkan adalah pengalaman memimpin, maka Prabowo juga berpengalaman semasa masih aktif di militer. Bukankah Prabowo mantan Danjen Kopassus? Apakah itu bukan suatu bentuk kepemimpinan?
Jokowi saat ini memang diuntungkan dengan statusnya sebagai petahana, yang artinya dia sudah memiliki pengalaman memimpin negara. Sementara Prabowo belum.Â
Seandainya Jokowi berada dalam posisi Prabowo, atau situasinya seperti pilpres 2014 yang saat itu tidak ada calon petahana, saya yakin Jokowi tidak akan berani mengeluarkan pernyataan seperti ini.