Mohon tunggu...
IGA Prima Dewi
IGA Prima Dewi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengulas Buku "Mimpi Itu Gratis"

2 Juni 2017   23:20 Diperbarui: 2 Juni 2017   23:30 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: getscoop.com

Identitas Buku

  • Judul Buku                  : Mimpi itu Gratis
  • Pengarang Buku          : AyuSha
  • Penerbit Buku             : Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
  • Tahun Terbit                : 2016
  • Halaman                      : I-X + 131 halaman
  • ISBN                           : 978-602-394-193-3

Sinopsis “Mimpi itu Gratis”

Mimpi itu gratis. Barang kali kita sependapat dengan kalimat tersebut. Setiap orang memiliki impian dan cita-cita yang berbeda-beda, tidak ada pasal yang melarang manusia untuk bermimpi, karena mimpi itu gratis. Jadi bermimpilah sebanyak dan setinggi yang kau mau!

Kisah ini berawal dari perjalanan dinas penulis selama 270 hari di Kota Keerom, Papua. Penulis bertugas di Kampung alang-alang. Disana ada sebuah sekolah kecil yang bernama SD Alang-Alang. Seperti namanya, sekolah ini ditumbuhi gulma yang menggunung dan menutupi identitas sekolah ini. Sekolah tersebut hanya memiliki dua ruangan, yaitu satu ruang kelas dan satu toilet. Dari cerita penulis, penulis mengajar beberapa anak-anak dari Kampung Alang-alang, mereka antara lain yaitu Salomo Telenggen, Annike Kogoya, Yomis Telenggen, Yotinus Telenggen, Dahlia Telenggen, Nelson, Desi, dan Yundion. Mereka memikili karakter dan cara belajar yang berbeda, dimulai dari Salomo Telenggen, lahir dari keluarga besar Telenggen. Salomo memiliki karakter yang pantang menyerah, sekalipun ia tak pandai dalam menjawab soal matematika, namun ia memiliki semangat untuk tetap bersekolah. Salo, juga pernah salah sewaktu mewarnai bendera Indonesia, namun ia telah menyadari bahwa sesungguhnya bendera Indonesia adalah Merah Putih. Annike Kogoya, berbeda dengan Salomo. Teman-teman akrab memanggilnya Nike. Ia selalu berusaha menunjukan yang terbaik. Yomis Telenggen, yah dari marganya saja kita sudah bisa menebak bahwa Salomo dan Yomis bersaudara. Yomis selalu berpakaian rapi saat bersekolah, ia juga murid yang pandai di kelas. Yomis memiliki cita-cita yang mulia, yaitu sebagai pendeta di Kampung Alang-alang. Ada juga Yotinus Telenggen, salah satu siswa yang juga memiliki semangat untuk bersekolah. Topi kupluk hijau dan juga bertubuh besar membuat Tinus mudah untuk dikenali. Tinus pernah berjanji kepada penulis, bahwa ia bisa membaca dan menulis dalam waktu empat bulan saja. Selanjutnya kita mengenal Dahlia Telenggen, seperti namanya ia adalah seorang gadis yang sangat menarik. Ia anak yang rajin, bahkan ia selalu datang ke sekolah lebih awal dari teman-temannya. Nelson, yaa.. seperti yang kita ketahui, namanya mirip seperti salah satu tokoh dunia yang sangat berpengaruh yaitu Nelson Mandela. Nelson memiliki harapan agar tetap bisa bersekolah. Desi, mungkin jika dibandingkan dengan anak perempuan lainnya karena Desi lebih dewasa dibandingkan anak perempuan lainnya. Desi sangat menyukai pelajaran matematika, namun sayang, ia tidak bisa setip hari datang ke sekolah karena harus membagi waktu untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumahnya. Yundion yang kerap disapa Dion. Dion menyukai lagu Satu Nusa Satu Bangsa, rasa nasionalisme tumbuh dari diri Dion, namun sayang Dion tidak mengerti arti. Ia tidak mengerti apa itu Sabang sampai Merauke? Yang ia tahu hanya desa Alang-alang.

Keunggulan Buku

Setelah dibaca, buku ini memberikan inspirasi dan motivasi kepada pembaca. Namun, hal yang terpenting dari buku ini adalah penulis memberikan pesan dan gambaran bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Pendidikan di Indonesia tidak merata dan terkesan “Pincang”, karena pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi pendidikan di Negara ini. Sebagai contoh, kita yang hidup di kota besar, dapat bersekolah dengan fasilitas yang bagus, pengajar yang memiliki sertifikasi dan infrastruktur yang baik. Berbanding terbalik dengan saudara kita yang berada dibelahan Indonesia Timur, salah satunya provinsi Papua. Buku ini memberi sebuah pesan kepada pembaca, bawasanya setiap orang yang membaca buku ini akan tersadar, dan akan merasa sangat beruntung dan tentunya bersyukur, karena masih bisa bersekolah dan mengejar mimpi kita. Buku ini juga mengajarkan artinya semangat untuk menuntut ilmu dan tetap mempercayai bahwa mimpi itu tidak ada yang kadaluarsa.

Penulis mampu memberikan motivasi kepada pembaca, dan penulis juga pandai dalam merangkai kata-kata indah dan terselip motivasi bagi siapapun yang membaca buku ini. Pemilihan kata kiasan yang dirangkai pada setiap kalimat membuat pembaca mampu berimajinasi tentang bagaimana realita kehidupan di Desa Alang-alang tersebut.

Kekurangan Buku

 Jika dilihat dari sisi sampul buku, buku ini terlihat tidak begitu menarik minat pembaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun