Kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat sudah berlangsung beberapa waktu. Demo-demo anarkis sebelumnya terjadi meluas di Manokwari, Sorong, Fakfak, Jayapura, Timika, dan Kabupaten Deiyai.
Umumnya demo  terjadi anti pemerintah, kemudian berkembang menjadi upaya pengibaran bendera Bintang Kejora, berbau isu referendum.
Dari sisi intelijen dengan analisa kasus, penyelesaian cepat hanya dua jalan, yaitu diplomasi dan pertahanan keamanan. Pertama, minta principle menghentikan handler yang main di sana.
Kalau principle agent mengatakan stop, maka berhentilah pesta berbau impian itu. Semua akan kembali ke posisi semula, berbebenah sarana yang dirusak.
Kalau beberapa negara Pasifik Selatan penganut Melanesian Brotherhood itu hanya ikutan memanfaatkan momentum, dipikir pesta dimulai.
Juga Om Benny yang parkir ongkang-ongkang di Eropa hanya menunggu dengan harap-harap cemas keputusan principle. Yaitu siapa yang mampu memerintahkan pasukan PBB dan mengagendakan Sidang PBB. Kita semua paham, hanya AS.
Nah, kondisi yang berlaku, Pak Moeldoko (KSP) usai menerima Asisten Menlu AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik David R. Stilwell, di Kantor KSP,  "Minta suport (dukungan) Amerika atas kondisi yang terjadi di Papua. Dan beliau (David R. Stilwell) sangat  suport
tentang kedaulatan," kata Moeldoko.
Jelas itu sudah ada pembicaraan kepentingan masing-masing pihak. Berarti istana sudah paham signal proxy yang Pray maksud. Kemelut diprediksi akan mereda, kita akan lihat perkembangannya.
Kedua, kunci keamanan Papua terletak pada pundak Panglima TNI dan Kapolri.
Penulis heran kalau ada yang mengkritik kedua pejabat ini, bahkan ada yang nyarankam diganti.