Naik Bus Umum rasa film Horor.
Medan - Berastagi
Kemarin sore seperti biasa sepulang dari pekerjaan aku selalu menumpang Bus angkutan umum untuk pulang ke Berastagi, Â setelah tadi menghabiskan waktu hampir satu jam setengah bermacet macetan hanya dari jalan SM Raja simpang limun ke simpang post Medan. Selain arus lalulintas yang memang padat juga diakibatkan oleh sopir angkot yang ugal-ugalan dan pengendara sepeda motor yang mau menang sendiri. Tak peduli lampu merah semua rame rame menyosor semakin kedepan di perempatan, sehingga badan jalan menjadi sempit tak karuan seolah olah hanya mereka yang ingin cepat sampai ke tujuan.
Polantas pun mungkin sudah apatis masa bodoh dan setengah putus asa karena diatur pun tak bisa diatur. Â "Bante kau lah disitu, Â istilah medannya, Â
"jarrke kono" kata orang Jawa, Â "munggil ko Jei" Â kata orang karo "songon bodat ho, Â lomom isi" kata orang batak..
Karena prilaku kita di jalan Raya adalah menunjukkan kepribadian kita.
Belum lagi prilaku sopir sopir angkot yang suka mengumpat dengan kata kata jorok. Â Pokoknya stresslah..ditambah lagi keringat yang semakin membasahi semua bagian dalam tubuh karena udara kota Medan yang semakin panas.
Bus yang akan kunaiki untuk ke Berastagi kali ini, kelihatan masih baru dengan beraneka macam hiasan dan aksesorisnya interior bagian dalam dibuat lampu kerlap kerlip seperti tempat hiburan malam dan tak ketinggalan klakson Telolet yang semula kuanggap mengganggu kini malah kuanggap menjadi hiburan. Dalam hatiku "ternyata sesuatu yang sangat kubenci bisa berubah menjadi yang menyenangkan" artinya
"bila membenci bencilah sekedarnya karena kita tidak tahu suatu saat nanti mungkin kita juga akan menyenanginya"
Dan sopir bus ini orangnya masih muda sekitar 27tahunan gitu.  boleh dibilang sedikit gila karena memang sungguh ugal-ugalan tak peduli keselamatan dirinya dan orang lain. Kami para penumpangpun dibuatnya ketakutan,mungkin seandainya aku bisa merasakan semua denyut jantung  penumpang pada saat ini pasti degupnya sama yaitu degup yang sangat kuat dan tak beraturan, kadang nafas kami ikut tertahan sembari sebelah tangan kami berpegangan kuat pada apa saja yang bisa dipegang sampai sampai kulihat seorang bapak tua kakinya ikut terangkat sebelah dan mulutnya komat kamit seperti orang Latah aku sempat merasa geli juga melihatnya.
Selain itu yang bisa kami lakukan adalah berdo'a menurut keimanan kami masing-masing tapi aku tak tau apakah sang Sopir berdo'a atau tidak.