Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cerita Saya saat Membeli Rumah Subsidi

24 Juli 2017   13:14 Diperbarui: 15 Juni 2022   11:05 29005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah subsidi. Rumah.com

Semua orang pasti punya target dalam hidupnya. Termasuk saya dan teman-teman kuliah waktu itu. Suatu saat kami kumpul di kosan salah satu kawan, kami sharing berbagi cerita soal target masing-masing setelah bekerja. 

Waktu itu kalau tidak salah baru semester 5 atau 6, mungkin masih prematur untuk membicarakan target setelah mendapat pekerjaan. Tapi biarlah, yang kami bicarakan toh untuk masa depan, tidak ada salahnya bukan?

Dalam kamus kami, kesuksesan ditandai dengan "memiliki" sesuatu. Sebenarnya salah anggapan ini, karena sukses bukan hanya dinilai dari materi. Tapi tak apa, selama ini jadi motivasi kami untuk lulus dan mendapat pekerjaan dengan cepat.

Sebagaimana yang diinginkan kaum adam, rerata teman-teman saya ingin punya kendaraan setelah lulus dan bekerja nanti. Ada yang ingin beli motor (lumayan) gede seperti Ninja 250, ada juga yang ingin beli mobil BMW lawas karena hobi, ada juga yang ingin keliling Indonesia, pokoknya macam-macam lah pikiran kami. Anak muda memang pantas dan layak untuk bermimpi.

Tapi saya memutuskan berbeda dengan kawan yang lain. Saya tekankan, sebelum usia 25 tahun, saya ingin punya rumah sendiri. "Entah bagaimana itu caranya, tapi saya harus bisa" kira-kira seperti itu lamunan saya dahulu.

Muluk-muluk tidak?

Kalau kata beberapa teman sih, iya.

Jika dipikir dengan logika, harga rumah tentu saja mahal bukan? Setidaknya untuk downpayment rumah tipe 36/72 saja bisa lebih dari 50 juta dengan cicilan 3 jutaan selama 15 tahun. Apalagi jika dihitung-hitung kalau kami lulus tepat waktu maka kami bisa lulus di usia 22 atau 23 tahun. Dan hanya berjarak 2 tahun saja menuju 25.

Dengan pengalaman kerja selama 2 tahun, apa bisa mendapat uang lebih dari 50 juta dan membayar cicilan 3 jutaan itu? Logikanya sih tidak. Hahaha... Tapi tak apa lah. Namanya juga target, bisa tercapai bisa juga tidak.

Tapi ternyata ada jalan keluar dari cita-cita saya ini. Pemerintah memiliki program rumah subsidi dengan bunga flat hingga cicilan selesai. Bunganya hanya sebesar 5 persen, berbeda dengan non-subsidi yang bunganya floating bahkan bisa mencapai 12 persen. Program rumah subsidi inilah yang coba saya manfaatkan untuk membeli rumah pertama.

Saya browsing, mencari tahu kelemahan dan kelebihan program rumah subsidi dari pemerintah ini. Setelah browsing, cari informasi dengan masuk ke beberapa forum serta blog, ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun