Mohon tunggu...
Humaniora

Orangtua dalam Mendidik Anak

7 Juni 2017   17:01 Diperbarui: 7 Juni 2017   17:05 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Anak adalah titipan Tuhan" entah sejak kapan istilah itu muncul dalam kehidupan kita. Namun entah kenapa sebagian orangtua seperti kehilangan akal dalam memahami istilah itu. Di zaman ini anak seolah hanya beban bagi orangtua dan cenderung menyusahkan. Padahal jelas kita melihat ini anak adalah generasi penerus orangtua dan generasi penerus bangsa. Namun dalam realisasinya menunjukan matinya peran orangtua yang ditandai munculnya penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anak.

Orangtua yang seharusnya mendidik anak justru malah sibuk bekerja mencari harta yang sementara. Seharusnya dia sisihkan sedikit waktu untuk anaknya entah itu satu jam, setengah jam atau hanya sekejap usahakanlah untuk memenuhi kebutuhan rohani anak. Tidak sedikit anak yang kekurangan kasih sayang orangtuanya berubah menjadi menyimpang. Orangtua pun dalam hal sebaiknya bijak dalam memahami anak ketika menyimpang. Dia melakukan penyimpangan mungkin bisa saja karena kurang diperhatikan dan ingin mendapat perhatian dari orangtua.

Lalu selain karena kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orangtua, anak dapat melakukan penyimpangan dikarenakan didikan yang salah dari orangtua. Dalam contoh yang sering disepelekan adalah rasa cintanya kepada negara Indonesia. Orangtua pun terkadang lupa memberikan pemahaman cinta negara atau malah mengajarkan tidak mempedulikannya kepada anak. Sehingga akibatnya Indonesia hanyalah sebuah kata yang sering diucapkan anak dalam lagu di upacara bendera setiap hari senin juga pelajaran. Sehingga sepak terjangnya di Indonesia hanya sebuah alasan untuk dia menggapai mimpinya bukan dikarenakan cinta pada negara. Tak heran jika kita melihat seseorang melakukan korupsi.

Di zaman sekarang ini kita melihat nasionalisme hanya identik dengan tentara atau orang-orang yang berhubungan dengan politik dan kenegaraan. Seolah nasionalisme hanya sebuah paham yang tidak modern kalah dengan paham modern yang cenderung bebas dan aneh-aneh. Padahal paham tersebut harus disaring mana yang baik dan mana yang buruk. Namun dalam kenyataannya sebagian generasi muda membuka tangan lebar terhadap paham baru yang boleh jadi bertentangan dengan Pancasila dan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Hingga kemudian yang terburuk adalah narkoba dan budaya seks bebas.

Narkoba dan seks bebas adalah kesalahan terbesar yang diperbuat orangtua yang lalai terhadap anak dan negaranya. Narkoba yang membunuh generasi muda berserta karakternya akan merusak Indonesia dari dalam. Selain itu pula digabungkan dengan seks bebas yang merusak moral generasi penerus bangsa. Tentu ini adalah sebuah kombinasi berbahaya yang mengancam Indonesia. Karena narkoba dan seks bebas akan menyebar seperti virus mematikan yang akan menyebar ke segala arah. Tentu orangtua harus membentengi anak terhadap dua hal ini dimulai sejak dini

Namun sudah terlambat bagi orangtua yang baru mendidik anaknya saat beranjak dewasa atau sudah dewasa sedangkan anaknya sudah terpengaruhi dengan paham-paham atau ajaran yang salah yang diakibatkan salah bergaul. Memang orangtua masih bisa mengubah dan memperbaikinya anaknya. Namun apalah daya diibaratkan anak sudah terkena kanker stadium 3 atau 4. Tentu ini sangat sulit untuk mengobati anak yang sudah terlanjur terjun ke dalam dunia yang kelam. Karena itu, anak sebaiknya dididik sejak kecil bahkan sejak kandungan.

Dalam mendidik anak,hal yang sebaiknya diajarkan orangtua pertama kali adalah kebaikan dengan memberikannya kasih sayang serta mengajarinya berhubungan baik terhadap saudara. Tak perlu repot mengajarkan larangan atau peraturan-peraturan yang membuat dia bingung atau malah dilarangnya. Cukup ajarkan untuk berbuat baik saja. Ini dilakukan agar kebaikan menjadi prinsip kehidupan bagi anak kedepannya sehingga anak tidak mudah menyimpang dan mudah membantu orang lain yang menyebabkan berkurangnya tindakan kriminal di masyarakat.

Lalu orangtua juga harus memperhatikan betul pergaulan anaknya. Apakah dia berteman dengan orang yang baik atau dengan orang yang buruk. Sebab teman pergaulan memiliki peran yang besar dalam membentuk karakter anak. Pergaulan yang baik akan membentuk anak menjadi baik. Sedangkan pergaulan yang buruk akan membentuk anak menjadi buruk. Bukan tidak mungkin anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak diinginkan orangtua.

Serta penting untuk menghindarkan kekerasan dan menunjukan kekerasan dalam mendidik anak. Karena anak dapat mencontoh perangai buruk yang dilakukan orangtuanya. Kekerasan bukanlah cara yang terbaik dalam mendidik anak. Anak akan menjadi trauma dengan didikan yang keras dari orangtua, membuatnya mencari keluarga baru yang belum tentu baik untuknya. Atau bisa  membuatnya menjadi orang yang keras dan tempramental.

Namun anak juga jangan dimanjakan dan dituruti segala permintaannya. Akibatnya anak pun jadi tidak mandiri rapuh dalam menentukan keputusan. Dan ketika dia mendapat masalah, dia tidak dapat menghadapinya dan mengambil jalan pintas untuk menyelesaikannya dengan melakukan penyimpangan. Contohnya dapat kita lihat dari kejadian-kejadian yang sudah terjadi mulai dari melakukan pencurian sampai melakukan bunuh diri.

Dan yang terakhir memberikan pendidikan yang baik untuk anak. Orangtua adalah guru bagi anak di dalam keluarga. Tentu seorang guru yang baik akan mendidik muridnya tentang hal yang baik-baik termasuk kejujuran. Sesuatu yang saat ini dirindukan Indonesia dan telah memudar dari budaya ketimuran Indonesia. Dan selain itu pula orangtua juga wajib menyekolahkan anaknya di sekolah formal, baik yang disediakan pemerintah atau pun swasta. serta dapat pula menambahkannya dengan sekolah nonformal seperti kursus dan pengajian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun