Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Lomba PK] 'Open House' Tahun Baruan di Rumahku Bakalan 'Rempong'

22 Januari 2017   04:59 Diperbarui: 22 Januari 2017   12:59 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
'Meet up' Kompasianer Palembang awal tahun (doumentasi pribadi)

"Dok, natal dan tahun baru, 'open house' enggak?"Tanya mbak Elly Suryani yang menjadi koordinator Kompasianer Palembang (Kompal) di pertengahan bulan Desember via 'WA'.

"Wah, tumben ada yang nanyain 'open house'. Emangnya ada yang mau datang?" Saya balik bertanya. Kebetulan isu yang berkembang di Desember adalah larangan ucapkan selamat natal dan memakai pernak-pernik natal bagi umat muslim.

"Ya, enggak masalah bagi Saya, kalau Dokter 'open house'. Yang lain juga kalau sekedar makan-makan dan silahturahmi tidak masalah, tidak mengucapkan selamat juga tidak apa-apa, kan?" Kebetulan waktu lebaran Idhul Fitri si 'Umek' Kompal ini juga menjamu kami semua di rumahnya makanan khas Palembang, seperti pempek, model, tekwan, kue 8 jam dan lain-lain di rumahnya.

"Enggak masalah, Bu. Tetapi memang istri Saya jarang mau repot-repot menjamu orang di rumah, kalau bisa dialihkan di tempat lain, dia lebih senang. Saya bisanya tanggal 21 Januari, Sabtu, karena tanggal 7 Januari masih liburan diluar dan tanggal 14 Januari masih repot." Saya memilih Sabtu, karena lebih banyak yang punya waktu luang.

Alasan yang saya tidak bisa ungkapkan lainnya juga, kalau masakan dimasak di rumah Saya, mungkin saja ada teman-teman Kompasianer Palembang yang risih, apakah bahan-bahannya, alat masaknya,bumbu-bumbunya dan tentu saja piring serta sendok makannya bisa dijamin 'halal' menurut mereka. Saya tidak mungkin meminta sertifikasi halal hanya untuk 'open house' di rumah, kan?

Semua happy (dokumentasi pribadi)
Semua happy (dokumentasi pribadi)
Tetapi keinginan untuk 'menjamu' teman sesama komunitas, sama seperti saya mentraktir teman-teman di Planet Kenthir sebagai balasan 'open house' mereka saat hari raya atau hari ulang tahunnya tetap menggebu, maka Saya putuskan untuk silahturahmi awal tahun, sekaligus rapat kegiatan Kompasianer Palembang di 2017, dilakukan di sebuah restoran baru di tengah kota Palembang.

Semua yang datang senang, tidak ada yang segan dan hati-hati saat makan, kalau ada yang saat salaman mengucapkan selamat tahun baru, selamat natal, saya ucapkan terima kasih, kalau hanya menyalam atau ada juga teman Kompasianer wanita yang tidak mau bersentuhan, hanya mengangguk kepala dan kedua telapak tangannya disatukan, tetap juga menyenangkan.

Jadi, sebenarnya semangat toleransi itu harus dimulai dari niat untuk kebersamaan dahulu, lalu kalau toh ada kemungkinan isu-isu yang membuat suasana bakalan tidak nyaman, maka individu yang memiliki 'beban isu intoleransi  terbesar' lebih menyesuaikan diri dan kondisinya terhadap teman-teman lain yang lebih tidak terkena isu tersebut. Tidak akan mungkin sama rata, semua harus toleransi satu dibalas satu, dua dibalas dua, si minoritas harus lebih banyak 'menyesuaikan' daripada si mayoritas.

Namun teman-teman juga seharusnya memperhatikan isu mayoritas-minoritas ini tidak tetap, misalnya ketika Saya sekeluarga awal tahun lalu berlibur ke Tiongkok, maka Sayalah minoritas dan orang Chinalah mayoritas yang kebanyakan agamanya Tao atau animisme, sebaliknya kalau Saya ke Manado, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, mungkin penyesuaian Saya tidak terlalu besar.

Logo PK (FB grup PK)
Logo PK (FB grup PK)
Intinya, sebagai penganut agama minoritas, Saya pribadi lebih memilih lebih banyak memaklumi kalau ada batasan-batasan yang tidak dapat dilakukan teman-teman yang mayoritas, selagi itu tidak ada akibat langsung yang mengancam jiwa-raga Saya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun