Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ini yang Membuat Pasien BPJS Enggan Ikut 'Prolanis'

20 Juli 2017   21:38 Diperbarui: 21 Juli 2017   16:24 7632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Obat generik pun 'bon'(dokumentasi pribadi)

"Saya tetap kontrol di rumah sakit ini saja, dok. Tidak usah lagi pakai buku 'Prolanis'. Masak jauh-jauh datang ke apotiknya, obatnya tidak pernah lengkap."Gerutuh pasien nenek-nenek usia 60 tahunan yang empat bulan lalu darah tinggi dan kencing manisnya sudah terkontrol dan saya kembalikan ke PUSKESMAS untuk ikut Program Pengelolaan Penyakit Kronis (disingkat: Prolanis).

Si Pasien yang telah ketemu dosis idealnya diberikan obat 1 bulan di rumah sakit, lalu bulan berikutnya dia membawa buku 'Prolanis', fotokopi daftar obat terakhir dan kertas rujuk balik dari rumah sakit ke PUSKESMAS atau dokter keluarga BPJS Kesehatan. Si dokter di PUSKESMAS/dokter keluarga ini akan menyalin resep tersebut ke buku prolanis dan dibawa pasien ke apotik yang ditunjuk BPJS Kesehatan untuk melayani obat 'Prolanis'.

Seharusnya, semua obat yang tertulis di buku diberikan oleh apotik yang ditunjuk namun ternyata ada beberapa apotik tidak bisa menyediakan obat-obatan sesuai buku 'Prolanis' dan menulis seperti gambar diatas yang dilingkari biru: 'BON', artinya mengutang. Tetapi anehnya hutang ini tidak dilunas-lunasi oleh si apotik setiap pasien datang, tanpa solusi.

"Ganti apotik saja, nek. Pasien lain bilang di apotik 'B', semua dikasih.Kalau ada 'BON', pasti beberapa hari kemudian pasiennya dipanggil untuk ambil obat yang terhutang..."Saran saya.

"Tetapi di PUSKESMAS juga gula darah saya tidak diperiksa, dok. Kalau di rumah sakit diperiksa terus tiap bulan."Keluhnya lagi.

"Ya, memang gulanya sudah dianggap stabil. Lagipula nenek harusnya punya alat cek gula darah sendiri atau satu RT atau RW atau satu komunitas punya satu dibeli patungan, lalu secara periodik memeriksa gula darah berkelompok dibantu paramedis di lingkungan itu."Usul saya.

Nah, inilah susahnya mengembalikan pasien ke habitatnya di Fasilitas Kesehatan Primer bila sudah stabil. Tidak sedikit yang mengaku kecewa dengan pelayanan rujuk balik 'Prolanis', yang memeriksa bukan dokterlah, obatnya tidak lengkaplah, dosis obat digantilah, karena pasiennya memang maunya ke spesialislah, sampai suka ke rumah sakit karena punya teman ngobrol sesama pasien yang cocok dan sering janjian kontrol bareng. Menunggu 3-5 jam dijalani senang-senang saja kalau sudah ada teman ngobrol begitu.

Tetapi memang seharusnya, FASKES Primer membina pasien penyakit kronis ini tidak hanya dengan memberikan obat sebulan 'lengkap', tetapi juga membuat kegiatan senam bersama, penyuluhan dan hal-hal yang menyehatkan lainnya, supaya terasa ada gunanya buku 'Prolanis'. Lalu apotik-apotik yang kerjasama dengan BPJS juga harus mengurangi tragedi 'BON-BON-an' obat, supaya pasien tidak 'memilih' menumpuk di rumah sakit dan sia-sialah program 'Prolanis' BPJS yang dicanangkan untuk mensejahterakan penyakit kronis seperti kencing manis, darah tinggi, stroke, jantung, asma dan sebagainya.

dari FB kompal
dari FB kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun