Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cerpen) Robohnya 'Cafe' Sang Konsultan Kampanye

25 Mei 2017   00:19 Diperbarui: 25 Mei 2017   07:40 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diedit dari dokumentasi pribadi

"Pa, 'cafe' kita sudah dua bulan ini sepi, pengunjung yang bisa 500-an orang sehari tinggal belasan orang, bahkan saat final piala 'Champion' dan nonton bareng disini pun yang datang hanya 21 orang. Itupun yang masih keluarga dan tim sukses yang sangat dekat......Saya bisa mengerti ini efek negatif dari kampanye yang sangat heboh kemarin, tetapi kita tidak bisa bertahan begini dalam 6 bulan...."Keluh Nyonya Lanina Carinamo, mantan penyiar olahraga bola yang jatuh cinta pada Devidev Cello Salsa, konsultan kampanye di salah satu calon walikota Matrix, kota besar dengan jumlah warganya 15 juta yang 11 juta diantaranya gila bola.

Awal tahun lalu diadakan pemilihan umum memilih pimpinan daerah antara yang lama Artoz serta penantangnya Sanchiz yang kebetulan keduanya bukan pemain bola di masa mudanya. Bila salah satu mantan pemain bola, sudah pasti dia menang, namun saat keduanya tidak pernah terekam jejak pernah resmi merumput, maka rasionalitaslah yang menang. Artoz tercatat kutu buku dan berenangpun tidak bisa, Sanchiz malah lebih suka main golf.

Di kota Matrix ada dua klub bola yang terkenal di dunia, Real Matrix yang penggemarnya kelas menengah keatas, karena memang tahun 1898 dibentuk oleh sekelompok anak orang kaya dan selang 5 tahun kemudian dibentuklah Atletico Matrix, klub yang berisi pemuda-pemuda buruh, pekerja keras dan pengangguran yang suka bola. Kaum miskin dan terpinggirkan menjadi pendukung fanatik klub Atletico yang 70% populasi penggila bola. Namun memang karena modalnya lebih besar, klub Real yang selalu mendominasi juara nasional maupun benua biru dan dunia.

"Kalau mau menang pemilihan walikota, jangan hanya mengandalkan 'tackling' kejam dan main 'diving' yang diajarkan di buku 'La bola'. Di buku itupun Perle, si legenda bola kita mengatakan kalau sangat-sangat terpaksa...." Itulah salah satu kalimat yang diucapkan Artoz saat kampanye di Kepulauan Seratus, salah satu distrik kota Matrix yang terpisahkan oleh pantai dan lautan. Pidato ini disiarkan di 'youtube' dan kemudian oleh Devidev dan tim sukses kampanye senor Sanchiz diedit ulang menjadi kalimat ," Kalau mau menang pemilihan walikota, jangan seperti si Perle di buku 'La Bola' yang hanya tahu 'tackling' kejam dan 'diving'...." Asal tahu saja, Perle adalah legendanya klub Atletico Matrix, yang sudah mencetak 2000 gol. Saat masa jayanya, Perle mempersembahkan 8 piala nasional dan 3 piala internasional. Bukunya 'La Bola' dianggap sebagai tuntunan hidup para pencinta klub dan menghina buku itu dianggap seperti penjahat perang.

Kalimat ini disebar ke media sosial ke semua lapangan bola di kota Matrix dan menimbulkan demonstrasi besar pendukung Atletico Matrix, baik dari kota itu sendiri maupun dari kota-kota sekitar.

"Lapangan bola jangan dijadikan lahan kampanye dan politik praktis. Itu wilayah netral!" Protet Brutus dari tim sukses Artoz, karena dia tahu, walaupun Sanchiz bukan pencinta bola, namun Artoz sudah dianggap menghina klub Atletico Matrix dan itu pengaruhnya bak tsunami politik. Namun pengawas pemilihan umum angkat tangan, karena ada 550 lapangan bola tempat warga main dan 70 persennya pencinta Atletico, tidak mampu mereka memantau sebanyak itu arena pertemuan warga.

Hasilnya bisa ditebak, Artoz kalah telak 65% berbanding 35%, bukan karena dia tidak bekerja dengan baik, tetapi karena pendukung Atletico yang mayoritas mau menghukum mulut ceplas-ceplosnya. Bagi warga kota yang sepertiganya penganut Atheis itu, bola seperti agama mereka.

Selesai? Tidak. Jutaan warga membuat petisi kepada presiden agar Artoz dicabut hak politiknya di kota Matrix, karena membuat dua pertiga kota menjadi tidak nyaman. Melalui proses dengar pendapat yang panjang, akhirnya Artoz dicabut hak dipilihnya selama dua periode.

Devidev dan tim suksesnya bahagia, apalagi senor Sanchiz, tetapi kemudian terjadilah kelesuan usaha dari personal-personal yang terlibat di pemelintiran kata-kata pidato Artoz di lapangan bola. Usaha-usaha jasa dan konsumsi maupun konstruksi mereka mengalami penurunan omset.

"Papa cuma dapat 5 milyar dari senor Sanchiz, padahal 'cafe' kita ada lima cabang yang masing-masing omsetnya 2 milyar. Kalau kelimanya sepi dan bangkrut, kita harus berbisnis apa lagi?" Nyonya Lanina menangis sesengukan.

"Papa coba 'playing victim', ma. Kita buat seolah-olah usaha kita sepi karena difitnah oleh tim lawan yang sakit hati, supaya simpatisan papa jadi sering makan kesini...."Devidev sang ahli strategi politik mau mencoba peruntungannya di bidang strategi ekonomi. Lalu mulailah kedua suami istri itu membuat curhat di media sosial seolah mereka orang yang tertindas dan perlu didukung oleh yang simpati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun